Share

Bab. 96

Penulis: Merisa storia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 18:38:31

Di apartemen, Luna terduduk lemas, tubuhnya seolah kehilangan seluruh tenaga. Berita dari Amanda bagai petir di siang bolong, menghantam jiwanya tanpa ampun.

"Halo ... Luna?" seru Amanda.

"Ya, Manda," jawab Luna dengan suara bergetar. "Kita berdoa saja semoga Rayyan selamat," katanya, berpura-pura tenang.

Setelah memutus sambungan telepon, Luna termangu. Pikirannya berkecamuk, membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada Rayyanza. Jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi, bagaimana nasib dirinya dan Arshaka?

Air mata mulai mengalir tanpa bisa dibendung, membasahi pipinya yang pucat. Isakan lirih lolos dari bibirnya yang bergetar. Hatinya seolah diremas kuat-kuat, meninggalkan rasa sakit yang tak tertahankan.

Tiba-tiba, tangisan Arshaka memecah keheningan dari dalam kamar, seolah ikut merasakan kesedihan ibunya. Suara tangisan itu menambah perasaan tak enak yang menyelimuti Luna.

Langsung saja, Luna menyeka air mata. Dengan langkah gontai, ia bergegas masuk ke dalam kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Merisa storia
wkwkwk kasihan Manda tapinya
goodnovel comment avatar
Merisa storia
iya kak :(
goodnovel comment avatar
Merisa storia
iya sih kasian juga manda hehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 97

    Malam itu, Luna membalas ciumannya. Rayyanza semakin terbawa suasana, ciuman mereka semakin dalam, kedua tangannya menyusuri lekuk tubuh Luna.Akhirnya Luna melepaskan diri, terengah-engah. "Cepat ke mobil, ganti bajumu. Bukankah kamu merindukan Arshaka?"Rayyanza tak segera beranjak. Ia memandangi bibir tipis Luna yang memerah dan basah dari jarak dekat. Ia ingin menciumnya sekali lagi, namun Luna menolak, segera membuang wajah ke samping."Cepat ambil pakaianmu, jangan lupa telepon Amanda. Beri dia kabar bahwa kamu baik-baik saja. Dia sangat mengkhawatirkanmu." kata Luna. Pria tampan itu mengangguk. "Baiklah ...." Ia kemudian beranjak. "Tapi, nanti kita tidur bertiga, oke?""Tidak! Enak saja!" tolak Luna tegas, namun senyum kecil tersungging di bibirnya.Rayyanza tersenyum, seolah mengerti dengan senyum tipis yang mengembang di bibir Luna. Dengan langkah yang tergesa, pria itu meninggalkan unit apartemen. Lift membawanya turun ke basement. Baru saat itu ia tersadar, bahwa ponseln

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 98

    Di dalam kamar yang suasananya menyerupai kamar hotel, Luna terdiam. Kebimbangan dan keraguan terpancar jelas di wajahnya. Namun, belum sempat ia memutuskan, Rayyanza langsung menarik tangannya dengan lembut, membimbingnya untuk berbaring di tempat tidur.Rayyanza memiringkan tubuhnya menghadap Luna, lalu memeluknya dengan mesra. Tangannya bergerak perlahan, mengusap anak rambut yang jatuh di kening Luna. Wanita cantik itu tidak menolak, membiarkan dirinya berada dalam dekapan Rayyanza."Luna ... Sayangku," ucap Rayyanza lirih. "Selama ini, aku belum pernah mengucapkan terima kasih padamu. Kamu telah mengandung, merawat, dan melahirkan anak kita. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih kamu memilih untuk mempertahankan Arshaka."Pandangan mereka bertemu, saling mengunci dalam keheningan malam. Rayyanza perlahan mengecup kening Luna dengan lembut, lalu mendekap kepalanya. Tangannya bergerak perlahan, mengelus rambut Luna dengan penuh kasih sayang, seolah ingin menidurkannya dalam pelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 99

    Luna mendengus dan tersenyum mengejek. "Bangun tidur sudah langsung melamarku? Minimal ada cincin berlian dan bunga," katanya bercanda, mencoba mencairkan suasana."Benarkah? Jika aku menyiapkan semuanya, apakah nanti kamu akan menerima lamaranku?" balas Rayyanza, setengah bercanda."Tentu saja tidak!" Luna memutar bola matanya, pura-pura kesal.Rayyanza mencubit hidung Luna dengan gemas, kemudian beranjak. "Sudah, aku harus bersiap-siap pergi ke kantor."Pria itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu, Luna menyiapkan roti sandwich dan segelas teh manis hangat, lalu menatanya di atas meja ruang televisi.Beberapa saat kemudian, Rayyanza keluar dari kamar mandi. Luna tercekat melihat tubuh yang hanya terbalut handuk hingga sebatas pinggang. Dada bidang dengan sedikit otot membuat Luna menelan salivanya secara otomatis.Rayyanza melangkah dengan meninggalkan jejak basah di lantai, masuk ke dalam kamar Luna untuk mengenakan pakaian. "Sayang ...," panggil Rayy

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 100

    Di dalam unit apartemen penthouse, Luna termangu. Pikirannya berkelana jauh, dan perasaanya pun campur aduk. "Halo ... Luna?" Suara Amanda memecah lamunannya. Luna terkesiap. "Ah, ya, Manda," ia berusaha menenangkan suaranya. "Aku yakin itu hanya sekadar mimpi. Tidak usah terlalu dipikirkan, namanya juga bunga tidur." "Tapi, perasaanku juga tidak enak, Luna," Amanda melanjutkan, kekhawatiran terdengar jelas dalam suaranya. Luna kembali termenung. Rasa bersalah menyelimuti hatinya, membuat dadanya terasa berat. "Oh ya, kapan kamu akan kembali ke Indonesia?" tanya Luna, mengalihkan pembicaraan. "Sekitar empat bulan lagi," sahut Amanda. "Ternyata masih lama, ya?" "Pekerjaanku di sini belum selesai. Ayo, main ke sini bersama Rayyan. Aku sangat merindukanmu," ungkap Amanda. "Oh, ya, kapan kamu kembali bekerja?" "Ya, nanti kapan-kapan aku main ke Singapura. Kalau untuk masuk bekerja, aku belum tahu, tapi kemungkinan minggu depan," jawab Luna, berusaha terdengar tenang. "Jika kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 101

    Luna menikmati ketenangan di taman seorang diri. Jemarinya melingkar di gelas ice moccacino yang dingin. Angin sepoi-sepoi membelai wajahnya yang cantik, memberi ketenangan walau sesaat.Tiba-tiba, ponselnya berdering, membuyarkan lamunannya. Nama Rayyanza tertera pada layar, membuat jantungnya berdegup lebih kencang. "Hallo ..." jawabnya lembut."Hallo, Sayang. Sedang apa?" suara Rayyanza terdengar hangat di seberang sana."Aku sedang duduk di taman," balas Luna."Bersama siapa?" "Sendirian," jawab Luna singkat."Perlu aku temani?" tawaran Rayyanza membuat hati Luna berbunga-bunga."Memangnya, kamu sudah tidak sibuk?" "Aku baru saja selesai bertemu dengan klien. Bagaimana, apa hari ini kita jadi jalan-jalan?" ajak Rayyanza.Tanpa sadar, Luna mengangguk semangat. "Ya, jadi," jawabnya, senang."Baiklah, Sayang ... aku akan segera menjemputmu.""Aku tunggu di taman," ucap Luna sebelum mengakhiri panggilan.Di kantornya, Rayyanza bergegas merapikan dokumen-dokumen yang tergeletak di at

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 102

    Luna melangkah cepat menuju lobi, mengabaikan panggilan Rayyanza. Matanya terfokus pada pintu lift yang tertutup di depannya. Rayyanza bergegas menyusul, dan tepat sebelum Luna masuk ke lift, ia meraih tangannya lembut. "Ayolah, Sayang. Maafkan aku. Mari kita jalan-jalan," bujuk Rayyanza dengan wajah memelas. Luna menghela napas, "Tidak! Aku sudah tidak berselera." Tanpa menyerah, Rayyanza menggenggam tangan Luna lebih erat dan menuntunnya ke arah basement. Meski enggan, Luna akhirnya mengikuti langkah Rayyanza menuju mobil. Wajahnya masih menunjukkan ketidaksenangan saat ia duduk di kursi penumpang. Rayyanza mengambil posisi di kursi kemudi, lalu menoleh ke arah Luna. "Sayang ..., aku minta maaf," ucapnya dengan tulus, berusaha meredakan ketegangan. "Aku tidak suka dengan caramu cemburu," balas Luna, masih dengan ekspresi kesal. "Tapi-." Rayyanza hampir saja terpancing emosi, namun ia berhasil menahan diri. Ia tidak ingin suasana semakin memburuk. Ia kemudian berdehem pela

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab. 103

    Di ruang apartemen yang tenang, Luna dan Rayyanza saling mendekatkan wajah, terbawa oleh suasana yang romantis. Namun, tepat saat bibir mereka hampir bersentuhan, Sus Runi melangkah melewati mereka menuju kamar.Terkejut, keduanya tersentak dan segera menjauhkan diri, salah tingkah seperti remaja yang tertangkap basah. Luna kembali fokus pada televisi, sementara Rayyanza sibuk menimang Arshaka hingga bayi mungil itu tertidur pulas.Setelah memastikan Arshaka terlelap, Rayyanza dengan hati-hati membawanya ke dalam kamar. Ia membaringkan putranya di tempat tidur, lalu ikut berbaring di sampingnya. Sejenak, ia memandangi wajah damai Arshaka, merasakan kebahagiaan yang membuncah dalam dadanya."Sayang ... kemari sebentar," panggil Rayyanza lembut.Luna beranjak dari sofa, melangkah pelan menghampiri Rayyanza masuk ke dalam kamar. "Ada apa?" tanyanya halus.Rayyanza menepuk bantal di sebelahnya, "Sini, rebahkan tubuhmu."Tanpa ragu, Luna menuruti permintaan Rayyanza. Begitu Luna berbaring,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 104

    Pria yang mengawasi Rayyanza dan Luna, segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Jemarinya dengan cepat mencari kontak Amanda, dan tanpa ragu ia menekan tombol panggil."Halo ..., Manda. Kamu di mana?" tanyanya dengan nada santai.Suara Amanda terdengar sedikit terkejut di seberang sana. "Hai, Boy ... Aku di Singapura. Tumben menghubungiku, ada apa?""Oh, aku kira kamu ada di Jakarta.""Tidak, memangnya kenapa, Boy?" Amanda bertanya, ia sangat penasaran mengapa pria itu tiba-tiba saja menghubunginya. Boy, masih terus mengawasi Rayyanza, ia menjawab dengan hati-hati, "Tidak ada apa-apa, aku hanya tiba-tiba saja teringat padamu." kata pria yang mengenakan kemeja hitam tersebut.Awalnya, Boy, putra rekan bisnis Ayah Amanda, berniat melaporkan apa yang dilihatnya. Namun, sesuatu menahannya. Ia berpikir mungkin Amanda pasti sedang sibuk mengurus perusahaan ayahnya di Singapura. Tidak ingin memperkeruh, ia segera mengurungkan niatnya.Di seberang sana, Amanda terdiam sejenak. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30

Bab terbaru

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 134

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Malam itu, Amanda menginap di apartemen Luna, berniat menemani sahabatnya sebelum melepas masa lajang. "Kapan kamu dan Ryuki akan menyusul kami?" tanya Luna pada Amanda, penuh keingintahuan.Amanda tersenyum lembut, tangannya dengan lembut menyisir rambut panjang Luna. "Doakan saja, semoga kami cepat menyusul kalian."Luna melirik jam yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Apa kamu tidak mengantuk?" tanyanya pada Amanda."Aku belum mengantuk," balas Amanda. "Besok kamu akan menikah, sebaiknya kamu tidur agar wajahmu fresh."Luna menggeleng pelan. "Aku juga tidak bisa tidur."Amanda tersenyum maklum. "Kalau begitu, bagaimana jika kita paksakan untuk tidur?" usulnya, lalu mematikan lampu kamar. Ia memeluk tubuh Luna dengan lembut. "Sini biar aku peluk.""Lepas, Manda, geli!" Luna meronta, tawanya terdengar dalam kegelapan.Amanda tertawa kecil. "Apa kamu ingat, dulu ketika kuliah, kita sering tidur bersama seperti ini."Lu

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 133

    Malam berganti pagi. Sinar mentari yang hangat mulai merayap masuk melalui celah-celah tirai, membangunkan Luna dari tidur lelapnya. Ia mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangan. Seketika, ia terkesiap mendapati dirinya berada dalam pelukan Rayyanza. Kehangatan tubuh pria itu membuatnya nyaman, tetapi juga membuat jantungnya berdegup kencang.Pergerakan Luna rupanya cukup untuk membangunkan Rayyanza. Pria itu menggeliat pelan, tangannya masih melingkar di pinggang Luna. Di samping Rayyanza, terdengar ocehan riang Arshaka yang sudah terjaga."Ah, anak mama sudah bangun?" kata Luna, menoleh pada putranya dengan senyum lembut.Rayyanza, masih setengah tertidur, dengan gerakan manja menyembunyikan wajahnya di perut Luna. "Aku masih ngantuk, Sayang," rengeknya."Lagi pula, siapa yang membangunkanmu? Aku mengajak bicara Arshaka," ujarnya. "Jika masih ngantuk, tidur lagi saja."Mata Luna melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi. Perlahan, ia beranjak dari tempat tidur,

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 132

    Malam itu, setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di basement apartemen. Luna turun dari mobil dengan hati-hati, kakinya yang masih terpincang membuatnya sedikit kesulitan. Ia berdiri sejenak, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang remang-remang itu. Tanpa bisa dicegah, ingatannya melayang ke malam yang kelam, malam di mana persahabatannya dengan Amanda hancur berkeping-keping. Namun, kini segalanya telah berubah. Luna merasa sangat bersyukur, menyadari bahwa pada akhirnya, semuanya baik-baik saja.Mereka melangkah bersama-sama menuju lift. Ruangan berdinding besi itu membawa mereka naik ke lantai sepuluh dalam keheningan yang nyaman. Setibanya di depan pintu apartemen, Amanda tiba-tiba berpamitan, suaranya terdengar sedikit gugup."Maaf, aku tidak bisa lama. Aku sudah ada janji dengan seseorang," ujarnya.Semua mata tertuju pada Amanda, dan Luna pun tak bisa menahan rasa penasarannya. "Mau ke mana malam-malam begini?" tanyanya, dengan alis yang terangk

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 131

    Siang menjelang sore, suasana di rumah mendiang nenek Luna terasa hangat. Bu Dona masih terus mengajak main Arshaka yang mulai mengoceh. Bayi itu juga sering melebarkan senyum, membuat ingatan Bu Dona kembali ke masa Rayyanza masih bayi."Mengapa kamu mirip sekali dengan papamu, Nak?" cetusnya, memandangi wajah polos Arshaka.Luna baru saja keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk, ia melangkah terpincang-pincang hendak masuk ke kamar. Rayyanza yang saat itu tengah berdiri di antara ruang tamu dan ruang tengah menoleh ke arah Luna, kemudian melangkah mendekatinya. "Sudah selesai mandinya, Sayang?" tanyanya seraya memegangi tangan Luna agar tidak jatuh.Wanita yang hanya berbalut handuk itu merasa malu dan risih. "Sudah, sana! Aku bisa sendiri.""Aku hanya ingin membantumu berjalan," Rayyanza bersikeras."Tapi aku malu!" protes Luna."Malu?" Rayyanza tertawa. "Mengapa malu? Bahkan aku pernah melihatmu tanpa sehelai kain.""Sudah hentikan, Rayyan! Itu tidak lucu sama sekali!" Lun

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 130

    Rayyan langsung melepaskan pelukannya saat menoleh ke arah pintu masuk. Luna dengan ramah mengajak Irwan untuk masuk, "Ayo, masuk, Mas."Irwan, pria desa yang telah menaruh hati pada Luna itu berdiri canggung di ambang pintu. "Maaf, sepertinya sedang ada pertemuan penting. Sebaiknya saya kembali lagi nanti," ucapnya, hendak melangkah pergi."Tunggu!" panggil Luna tiba-tiba. Irwan berhenti dan kembali menghadap Luna."Masuklah, Mas. Kenalkan, ini Ayah anak saya," kata Luna tanpa menyadari betapa menyakitkan kalimat itu bagi Irwan. Seketika, harapan yang baru saja muncul di mata Irwan langsung sirna, digantikan oleh kekecewaan yang ia coba sembunyikan.Irwan memaksakan senyum dan mengangguk, melangkah masuk mendekati Luna. Tangannya terulur, mengajak bersalaman pada Rayyanza. "Saya Irwan," ucapnya dengan suara yang ia usahakan agar tetap tenang.Rayyanza menatap Irwan dari atas hingga bawah. Kali ini, ia tidak merasa cemburu seperti pada Ryuki karena Irwan tidak semenarik Ryuki. Ayah A

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 129

    Sekujur tubuh Rayyanza menegang ketika melihat sosok wanita yang sangat dikenalnya. "Sayang ...," gumamnya. Pria tampan itu segera melangkah menerobos kerumunan hiruk-pikuk pasar, diikuti oleh Bu Dona, Amanda, dan Nikita yang berjalan di belakangnya. Mereka tampak tergesa-gesa, seolah-olah tengah mengejar seseorang.Sementara itu, Luna sama sekali tidak menyadari kehadiran Rayyanza. Ia masih fokus melayani pembeli, tangannya menyodorkan kantong plastik hitam berisi ikan yang baru saja ditimbangnya, sembari menerima uang pembayaran. "Terima kasih," ucapnya ramah seraya tersenyum.Baru saja ia akan memasukkan uang hasil penjualannya ke dalam dompet, tiba-tiba terdengar suara yang sangat tidak asing lagi di telinganya. "Sayang ...?!"Luna menoleh dan terhenyak kaget, matanya melebar saat melihat Rayyanza berdiri di hadapannya. Namun, begitu melihat Bu Dona berada di belakang Rayyanza, Luna segera berbalik badan dan berlari kecil menjauhi mereka, ketakutan jika Bu Dona akan kembali menga

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 128

    Suasana di dalam ruangan rawat dipenuhi oleh haru. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Bu Dona dan Amanda, sementara Nikita berusaha menahan isakan yang tertahan di tenggorokannya. "Benarkah?" tanya Rayyanza dengan mata yang berbinar, seolah mendapatkan kembali cahaya kehidupan yang telah lama redup.Nikita mengangguk, air mata menetes di pipinya. "Iya, Kak Rayyan. Pokoknya, Kak Rayyan harus sehat.""Jadi, di mana mereka tinggal?""Mereka tinggal di sebuah desa terpencil di Sukabumi," terang Nikita."Desa terpencil? Pantas sulit sekali menemukannya," cetus Amanda."Mari kita pergi ke sana!" Rayyanza tiba-tiba terlihat sangat bersemangat, berusaha bangkit dari tempat tidurnya."Kak Rayyan sedang sakit, sebaiknya aku saja yang pergi," Nikita mencoba menahan."Tidak! Aku ingin ikut," Rayyanza bersikeras.Bu Dona ikut menimpali dengan nada khawatir, "Tapi Rayyan ... sebaiknya kamu pulihkan dulu kesehatanmu.""Aku akan sehat, Ma. Aku pasti kuat. Mulai sekarang aku akan makan dengan laha

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 127

    Dengan hati yang dipenuhi rasa sakit, Nikita memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Rasa bencinya terhadap keluarga Rayyanza telah membutakan nuraninya, membuatnya tak peduli dengan keadaan Rayyanza.Melihat situasi yang tidak menguntungkan, akhirnya Amanda mengajak Bu Dona untuk mundur. "Ayo, Ma, sebaiknya kita kembali ke rumah sakit."Bu Dona hanya bisa mengangguk pasrah, kesedihan terpancar jelas di wajahnya karena gagal membujuk Nikita. Keduanya melangkah keluar dari kafe dengan langkah berat, masuk ke dalam mobil yang terparkir di luar.Selama perjalanan kembali ke rumah sakit, Amanda melajukan mobil dengan hati-hati. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari cara lain untuk menemukan Luna.Setibanya di rumah sakit, sebuah ide muncul di benak Amanda. Ia melangkah cepat menuju ruang informasi, berniat untuk melihat rekaman CCTV saat Bu Dona keluar meninggalkan ruangan rawat Rayyanza sebelumnya.Dengan alasan keamanan, pihak rumah sakit mengizinkan Amanda dan Bu Dona untuk ma

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 126

    Suasana di ruangan VVIP rumah sakit terasa begitu memilukan. Rayyanza, terbaring lemah di ranjangnya, menatap nanar ke arah Bu Dona. Matanya menyiratkan harapan yang begitu rapuh ketika ia bertanya dengan suara lirih, "Benar, Ma? Mama akan mengizinkan aku untuk bertemu dengan Luna dan juga anakku?"Bu Dona hanya bisa mengangguk, tak sanggup berkata-kata. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya menetes. Ia kemudian berbalik badan dan melangkah keluar ruangan, diikuti oleh Amanda.Di luar kamar, Bu Dona langsung menghadap Amanda. "Di mana wanita itu tinggal?" tanyanya.Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Ma. Kemarin aku sudah berusaha mencari Luna, tetapi tidak diketahui keberadaannya," jelasnya dengan wajah sedih."Lalu kita harus mencarinya ke mana?" tanya Bu Dona lagi.Saat itulah, Bu Dona yang selama ini dikenal keras kepala akhirnya menyadari sesuatu. Satu-satunya hal yang bisa mengembalikan semangat hidup Rayyanza adalah Luna dan anaknya. Rasa takut kehilangan putranya ka

DMCA.com Protection Status