Share

Bab. 94

Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik tirai, membangunkan Luna dari tidurnya. Jemarinya meraba nakas di samping ranjang, meraih ponsel yang berkedip lemah. Layarnya menyala, menampilkan pesan dari Rayyanza yang terbengkalai sejak semalam.

[Mengapa kamu menutup teleponnya?]

Luna menghela nafas panjang, membiarkan pesan itu tenggelam.

Dengan langkah yang masih berat oleh kantuk, Luna melangkah ke kamar Arshaka. Di sana, putra kecilnya telah terjaga, sepasang mata bulat berbinar menatapnya.

"Sudah tidak menangis, jagoan mama?" tanya Luna lembut, dengan suara serak khas bangun tidur.

Sus Runi, yang tengah sibuk merapikan lemari bayi, menyahut, "Dek Arshaka baru saja selesai menyusu, Bu. Tenang sekali pagi ini."

Luna mengangkat Arshaka ke dalam dekapannya. "Anak mama makin tampan saja," bisiknya, mengecup pipi gembil sang buah hati.

"Makin hari, wajahnya semakin mirip dengan bapak ya, Bu," komentar Sus Runi.

Luna tersenyum tipis mendengarnya. "Benarkah?" katanya sembari memperhatika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ahmadfirdaus
dilema sekali luna seperyinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status