Tapi Andri belum juga bisa menemukan ibunya yang masih sesegukan di taman. Vasya jadi bingung melihat drama yang tidak kelar kelar ini. Sementara itu tiba tiba Jaden kembali ke ruangan sontak Vasya keget karena ia pikir Jaden sudah tidur."Kenapa?"Tumben ini, kenapa Jaden begini ya?Vasya mengamati gestur dan gerak gerik janggal lelaki yang ada di depannya, ia mencoba mencari sebenarnya ia kenapa. Kenapa seperti sedang marah tapi marah gara gara apa."Kenapa apanya?"Mata Jaden mengarah ke arah kue ulangtahun serta siaran pertandingan yang mubazir. Vasya hanya bisa meringis."Ibuku dan Andri sedang main drama dramaan di taman"Dan begitulah yang ia bisa bilang untuk sekarang. Rasanya ia malu jika harus menjelaskan satu persatu."Mereka ada di taman?"Vasya mengangguk lemah, dengan tangannya yang masih di gips, sungguh ia tampak menggemaskan."Tanganmu sudah baikan?"Buru buru Vasya menggeleng, ia masih kesakitan apalagi saat dibuka perbannya."Lusa sepertinya bisa di buka total perba
"Romi sudah mencaritahunya Sya, aku memberitahumu bukan tanpa dasar, aku mencari tahu dahulu sebelum berani membuka rahasia ini."Hening."Mamamu sering ke RS Wijaya sendirian dan bertemu dokter spesialis kanker, ada riwayatnya disana!""Monggo kalau tak percaya kamu kesana tanyakan sendiri!"Rasanya Vasya masih tak percaya, ia sudah jauh jauh lega karena tak ada kanker di silsilah keluarganya kembali tapi ia salah yang namanya genetika akan tetap berlanjut entah di usia berapa."Mamaku sehat"Dengan lemah Vasya mencoba menyanggah bom yang Jaden katakan, ia masih terus berupaya untuk menyangkal ide gila yang barusan Jaden lontarkan."Terserah Sya, percaya atau tidak terserah"Setelahnya Jaden berlalu begitu saja. Ia sudah terlanjur emosi dan tak tahu harus berucap apalagi untuk membuat Vasya percaya, agar gadis bodoh itu tidak menyianyiakan waktunya yang tinggal sedikit."Mamamu mengidap sumsum tulang belakang dan umurnya tidak lama lagi, coba tanyakan sendiri kalau berani"Lalu Jaden
Ibunya menegurnya karena Vasya terlihat melotot dengan muka memerah seperti memendam amarah. Ibunya lantas bertanya kenapa Vasya seperti itu tapi bukannya menjawab Vasya hanya memaksakan tersenyum. "Tak apa apa ma" Bohong! Kemudian dia menenggelamkan wajahnya ke bantal sambil mengeluarkan air matanya kembali. Mamanya pikir Vasya mau tidur, ia tak curiga bahwa anaknya sedang ada misi untuk membasahi seluruh bantal dengan air matanya. "Selamat tidur Sya" Lagi lagi mendengarnya langsung membuat air mata Vasya bergulir kembali. Kenapa bisa sesedih ini. Kenapa Allah begitu sayang dengan mamanya. Tapi Vasya tak menjawab, ia masih menenggelamkan wajahnya di bantal entah sampai kapan. "Tidur kak?" "Hush jangan ganggu kakakmu, dia mau tidur!" Lalu kemudian hening sehening heningnya. Vasya hanya berguman tanpa mau menjawab dengan lengkap. "Selamat tidur ya nak!" Kemudian Vasya memaksakan untuk tidur. Ia cukup yakin akan tidur panjangnya kali ini. Andri pasti akan membuat ibun
Paska tangan terkilir kini Vasya kembali bekerja, ia dengan semangat 45 hendak memberanikan dirinya lagi untuk menantang dunia yang terasa asing baginya. Pagi itu ia pergi sendiri ke kantor, Jaden sudah 2 hari tidak muncul. Lelaki itu terakhir terlihat malam itu saat Andri ulangtahun."Kakak sudah siap?""Hmmm""Mau ikut sekalian kan"Tentu Vasya mengangguk, ia memerhatikan jam tangan mahal yang di pakai adiknya."Dijual mahal pasti jam tangannya""Dasar mata duitan! Enak saja ini jam tangan aku!"Vasya mengangguk setuju, memang benar itu jam tangannya Andri yang dikasih oleh Jaden tapi mengingat itu Rolex makanya ia kerap kali menggodanya, dia kira adiknya bakal tergoda dan dia dapat cuan ternyata tidak."Kak?""Jaden pergi?"Hening."Iya kali""Kaka sih sok jual mahal!"Hey bangsad memang kakak wanita mahal mana mau di obral murah!!!"Harusnya kakak tanpa mikir mikir kalau sama kak Jaden mah!"Dasar!Ternyata setelah tahu kalau semua penderitaan kakaknya itu dari Jaden, Andri masih
Kata pertama yang Jaden tanyakan adalah ngapain padahal ia jelas jelas menghilang selama 2 hari dari hidup Vasya. Kenapa ngapain kan perkataan lain ada. Misalnya aku rindu kamu kek. Eh! "Nggak apa apa" Vasya segera merapikan caranya duduk, ia segera menatap komputernya dengan mantap. Tapi tetap saja ia menoleh ke arah Jaden yang bisa bisanya berjalan ke arah Amanda. "Kamu jadi sekertaris saya ya selama beberapa hari saja sebelum resign" Mendengarnya langsung berhasil membuat Vasya membeku di tempat, ia benar benar tak menyangkan Jaden akan menanyakan hal itu juga ke Amanda dan gadis itu girangnya tak karuan. Entah kenapa dia jadi girang kan cuma sekertaris, gajinya tak banyak banyak amat, paling beda berapa ratus dari gajinya yang sekarang. "Beneran pak?" Loh? Girang berenan loh? Perasaan dahulu Amanda sangat skeptis dengan Jaden. Dia anti Jaden dan selalu saja kepingin Jaden enyah saja dari hidup Vasya tapi ini kok beda. Kenapa kira kira ya. "Bener, saya butuh sek
"Ya""Disuruh ke ruangan pak Jaden sekarang""Saya?"Amanda mengangguk kikuk, bisa bisanya wanita itu kikuk bukannya malah ia harusnya lari jika dia tahu malu. Tak perlu jadi Amanda untuk malu, ia juga merasa malu di perhatikan banyak orang sekarang."Pak Jaden mau berbicara penting"Vasya memincingkan matanya, ia tak percaya dengan ular betina ini."Iya nanti saya akan ke atas setelah ke toilet"Tanpa mendengar apa yang Amanda jawab Vasya langsung ngacir saja menuju toilet. Begitu sampai ia langsung menuju bilik ke 4 dan terduduk disana. Ting! Ke ruangan saya!Mata Vasya meredup, ia benci di perlakukan seenaknya begini. Harusnya Jaden tak perlu begini, memang mereka mau ngapain. Vasya disana mau di suruh apa kenapa harus ke ruangan CEO segala.Anying!Tak lama ada suara gaduh di luar, ternyata ada segerombolan karyawan dari devisi yang berbeda dari devisinya Vasya. Mereka sibuk memuji Jaden dan melaknat Vasya juga Amanda. Rupanya kabar viral serta video mereka lebih melekat di piki
Vasya tak panik, ia hanya heran saja. Kenapa Jaden mau mengajaknya ke ibunya dan pertanyaannya ibu yang mana, dia kan punya ibu kandung juga ibu sambung. Jadi yang mana? "Aku ingin makanan segar hari ini" Vasya memincingkan matanya, ia bahkan tak kaget dengan mobil ferarri yang hendak ia naiki. Ia hanya sibuk memecahkan teka teki yang Jaden berikan. Makanan segar? Salad? Rujak cingur? Lagi lagi Vasya clueless dengan pikiran Jaden yang agak beda dengannya. Lelaki itu mulai mengemudikan mobil, ia dengan mulus menyetir ke jalan raya lalu tancap gas. "Andri baik baik saja?" Vasya hanya bisa mengangguk, dia memilih mengangguk timbang membalas Jaden yang sedang fokus menyetir alhasil Jaden menanyakan hal itu kembali karena lelaki itu tak mendengar jawaban. Mana tahu ia kalau Vasya mengangguk kan dia fokus dengan kemudi. Please jangan paka bahasa tubuh begitu neng yang ada nanti kalian berakhir nabrak tiang kalau Jaden disuruh memperhatikan kamu ketimbang jalanan. Tapi Vas
Ibunya masih melongok Vasya yang bersender di kaca mobil dengan penasaran. Sungguh sayang sekali dia tidak bisa ngobrol lagi dengan Vasya."Kamu buat dia kecapean ya nak?"Jaden hampir keselek perkedel ketika ibunya memincingkan mata padanya seolah olah dialah yang membuat Vasya begitu padahal tidak."Jangan memikirkan hal yang bukan bukan ma, aku tahu aturan lagian dia yang begadang sendiri sepertinya"Lha kok Jaden bisa tahu Vasya begadang, dari mana ia tahu. Siapa yang membocorkan cerita tadi malam kepada Jaden, kalau Vasya pasti tak mungkin, itu sama saja membuatnya malu setengah mati."Jangan terlalu kejam nak, dia gadis yang baik"Hening.Yang terdengar hanya suara Jaden yang sedang memakan kerupuk tempe bersamaan dengan kuah sotonya."Denger mama?""Iya ma"Sementara itu Vasya di dalam mobil masih tertidur pulas, kali ini ia bermimpi bertemu dengan Herry. Entah kenapa perasaanya tidak enak, ia jadi gelisah tak karuan."Tolong!"Hanya satu kata itu yang Herry katakan lalu sosokn