Mata Jaden sampai pedas karena terlalu lama melihat monitor besar yang hanya itu itu saja. "Kenapa gesturnya familiar?" Sang asisten hanya bisa memandang dan memandangnya lagi, ia juga bingung. "Ya kan dia familiar?"Romi hanya bisa mengkerutkan dahinya, karena jujur ia belum pernah melihat wanita ini sebelumnya. Ia tak kenal sama sekali. "Aku yakin pernah melihatnya sepertinya" Lagi lagi perkataan ambigu itu membuat Romi makin ragu dengan daya ingatan bosnya. "Saya belum pernah melihatnya pak" "Benarkah?" Romi yang setia itu langsung mengangguk mantap, ia benar benar tak tahu dengan wanita yang wajahnya memenuhi layar. Jaden masih berpikir keras dengan apa yang ia debatkan tapi nihil, dia tak memperoleh nama ataupun inisial. Lalu siapa?*"Happy Birthday anak mama sayang!!!"Di moment yang membahagiakan itu Andri tak merespon ibunya, ia malah sibuk menonton MU yang sekarang sedang mendapat kesempatan untuk menendang bola.Dannnn Goallll!!!!!Harusnya begitu tapi naasnya kipe
Tapi Andri belum juga bisa menemukan ibunya yang masih sesegukan di taman. Vasya jadi bingung melihat drama yang tidak kelar kelar ini. Sementara itu tiba tiba Jaden kembali ke ruangan sontak Vasya keget karena ia pikir Jaden sudah tidur."Kenapa?"Tumben ini, kenapa Jaden begini ya?Vasya mengamati gestur dan gerak gerik janggal lelaki yang ada di depannya, ia mencoba mencari sebenarnya ia kenapa. Kenapa seperti sedang marah tapi marah gara gara apa."Kenapa apanya?"Mata Jaden mengarah ke arah kue ulangtahun serta siaran pertandingan yang mubazir. Vasya hanya bisa meringis."Ibuku dan Andri sedang main drama dramaan di taman"Dan begitulah yang ia bisa bilang untuk sekarang. Rasanya ia malu jika harus menjelaskan satu persatu."Mereka ada di taman?"Vasya mengangguk lemah, dengan tangannya yang masih di gips, sungguh ia tampak menggemaskan."Tanganmu sudah baikan?"Buru buru Vasya menggeleng, ia masih kesakitan apalagi saat dibuka perbannya."Lusa sepertinya bisa di buka total perba
"Romi sudah mencaritahunya Sya, aku memberitahumu bukan tanpa dasar, aku mencari tahu dahulu sebelum berani membuka rahasia ini."Hening."Mamamu sering ke RS Wijaya sendirian dan bertemu dokter spesialis kanker, ada riwayatnya disana!""Monggo kalau tak percaya kamu kesana tanyakan sendiri!"Rasanya Vasya masih tak percaya, ia sudah jauh jauh lega karena tak ada kanker di silsilah keluarganya kembali tapi ia salah yang namanya genetika akan tetap berlanjut entah di usia berapa."Mamaku sehat"Dengan lemah Vasya mencoba menyanggah bom yang Jaden katakan, ia masih terus berupaya untuk menyangkal ide gila yang barusan Jaden lontarkan."Terserah Sya, percaya atau tidak terserah"Setelahnya Jaden berlalu begitu saja. Ia sudah terlanjur emosi dan tak tahu harus berucap apalagi untuk membuat Vasya percaya, agar gadis bodoh itu tidak menyianyiakan waktunya yang tinggal sedikit."Mamamu mengidap sumsum tulang belakang dan umurnya tidak lama lagi, coba tanyakan sendiri kalau berani"Lalu Jaden
Ibunya menegurnya karena Vasya terlihat melotot dengan muka memerah seperti memendam amarah. Ibunya lantas bertanya kenapa Vasya seperti itu tapi bukannya menjawab Vasya hanya memaksakan tersenyum. "Tak apa apa ma" Bohong! Kemudian dia menenggelamkan wajahnya ke bantal sambil mengeluarkan air matanya kembali. Mamanya pikir Vasya mau tidur, ia tak curiga bahwa anaknya sedang ada misi untuk membasahi seluruh bantal dengan air matanya. "Selamat tidur Sya" Lagi lagi mendengarnya langsung membuat air mata Vasya bergulir kembali. Kenapa bisa sesedih ini. Kenapa Allah begitu sayang dengan mamanya. Tapi Vasya tak menjawab, ia masih menenggelamkan wajahnya di bantal entah sampai kapan. "Tidur kak?" "Hush jangan ganggu kakakmu, dia mau tidur!" Lalu kemudian hening sehening heningnya. Vasya hanya berguman tanpa mau menjawab dengan lengkap. "Selamat tidur ya nak!" Kemudian Vasya memaksakan untuk tidur. Ia cukup yakin akan tidur panjangnya kali ini. Andri pasti akan membuat ibun
Paska tangan terkilir kini Vasya kembali bekerja, ia dengan semangat 45 hendak memberanikan dirinya lagi untuk menantang dunia yang terasa asing baginya. Pagi itu ia pergi sendiri ke kantor, Jaden sudah 2 hari tidak muncul. Lelaki itu terakhir terlihat malam itu saat Andri ulangtahun."Kakak sudah siap?""Hmmm""Mau ikut sekalian kan"Tentu Vasya mengangguk, ia memerhatikan jam tangan mahal yang di pakai adiknya."Dijual mahal pasti jam tangannya""Dasar mata duitan! Enak saja ini jam tangan aku!"Vasya mengangguk setuju, memang benar itu jam tangannya Andri yang dikasih oleh Jaden tapi mengingat itu Rolex makanya ia kerap kali menggodanya, dia kira adiknya bakal tergoda dan dia dapat cuan ternyata tidak."Kak?""Jaden pergi?"Hening."Iya kali""Kaka sih sok jual mahal!"Hey bangsad memang kakak wanita mahal mana mau di obral murah!!!"Harusnya kakak tanpa mikir mikir kalau sama kak Jaden mah!"Dasar!Ternyata setelah tahu kalau semua penderitaan kakaknya itu dari Jaden, Andri masih
Kata pertama yang Jaden tanyakan adalah ngapain padahal ia jelas jelas menghilang selama 2 hari dari hidup Vasya. Kenapa ngapain kan perkataan lain ada. Misalnya aku rindu kamu kek. Eh! "Nggak apa apa" Vasya segera merapikan caranya duduk, ia segera menatap komputernya dengan mantap. Tapi tetap saja ia menoleh ke arah Jaden yang bisa bisanya berjalan ke arah Amanda. "Kamu jadi sekertaris saya ya selama beberapa hari saja sebelum resign" Mendengarnya langsung berhasil membuat Vasya membeku di tempat, ia benar benar tak menyangkan Jaden akan menanyakan hal itu juga ke Amanda dan gadis itu girangnya tak karuan. Entah kenapa dia jadi girang kan cuma sekertaris, gajinya tak banyak banyak amat, paling beda berapa ratus dari gajinya yang sekarang. "Beneran pak?" Loh? Girang berenan loh? Perasaan dahulu Amanda sangat skeptis dengan Jaden. Dia anti Jaden dan selalu saja kepingin Jaden enyah saja dari hidup Vasya tapi ini kok beda. Kenapa kira kira ya. "Bener, saya butuh sek
"Ya""Disuruh ke ruangan pak Jaden sekarang""Saya?"Amanda mengangguk kikuk, bisa bisanya wanita itu kikuk bukannya malah ia harusnya lari jika dia tahu malu. Tak perlu jadi Amanda untuk malu, ia juga merasa malu di perhatikan banyak orang sekarang."Pak Jaden mau berbicara penting"Vasya memincingkan matanya, ia tak percaya dengan ular betina ini."Iya nanti saya akan ke atas setelah ke toilet"Tanpa mendengar apa yang Amanda jawab Vasya langsung ngacir saja menuju toilet. Begitu sampai ia langsung menuju bilik ke 4 dan terduduk disana. Ting! Ke ruangan saya!Mata Vasya meredup, ia benci di perlakukan seenaknya begini. Harusnya Jaden tak perlu begini, memang mereka mau ngapain. Vasya disana mau di suruh apa kenapa harus ke ruangan CEO segala.Anying!Tak lama ada suara gaduh di luar, ternyata ada segerombolan karyawan dari devisi yang berbeda dari devisinya Vasya. Mereka sibuk memuji Jaden dan melaknat Vasya juga Amanda. Rupanya kabar viral serta video mereka lebih melekat di piki
Vasya tak panik, ia hanya heran saja. Kenapa Jaden mau mengajaknya ke ibunya dan pertanyaannya ibu yang mana, dia kan punya ibu kandung juga ibu sambung. Jadi yang mana? "Aku ingin makanan segar hari ini" Vasya memincingkan matanya, ia bahkan tak kaget dengan mobil ferarri yang hendak ia naiki. Ia hanya sibuk memecahkan teka teki yang Jaden berikan. Makanan segar? Salad? Rujak cingur? Lagi lagi Vasya clueless dengan pikiran Jaden yang agak beda dengannya. Lelaki itu mulai mengemudikan mobil, ia dengan mulus menyetir ke jalan raya lalu tancap gas. "Andri baik baik saja?" Vasya hanya bisa mengangguk, dia memilih mengangguk timbang membalas Jaden yang sedang fokus menyetir alhasil Jaden menanyakan hal itu kembali karena lelaki itu tak mendengar jawaban. Mana tahu ia kalau Vasya mengangguk kan dia fokus dengan kemudi. Please jangan paka bahasa tubuh begitu neng yang ada nanti kalian berakhir nabrak tiang kalau Jaden disuruh memperhatikan kamu ketimbang jalanan. Tapi Vas
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar