"Ya""Disuruh ke ruangan pak Jaden sekarang""Saya?"Amanda mengangguk kikuk, bisa bisanya wanita itu kikuk bukannya malah ia harusnya lari jika dia tahu malu. Tak perlu jadi Amanda untuk malu, ia juga merasa malu di perhatikan banyak orang sekarang."Pak Jaden mau berbicara penting"Vasya memincingkan matanya, ia tak percaya dengan ular betina ini."Iya nanti saya akan ke atas setelah ke toilet"Tanpa mendengar apa yang Amanda jawab Vasya langsung ngacir saja menuju toilet. Begitu sampai ia langsung menuju bilik ke 4 dan terduduk disana. Ting! Ke ruangan saya!Mata Vasya meredup, ia benci di perlakukan seenaknya begini. Harusnya Jaden tak perlu begini, memang mereka mau ngapain. Vasya disana mau di suruh apa kenapa harus ke ruangan CEO segala.Anying!Tak lama ada suara gaduh di luar, ternyata ada segerombolan karyawan dari devisi yang berbeda dari devisinya Vasya. Mereka sibuk memuji Jaden dan melaknat Vasya juga Amanda. Rupanya kabar viral serta video mereka lebih melekat di piki
Vasya tak panik, ia hanya heran saja. Kenapa Jaden mau mengajaknya ke ibunya dan pertanyaannya ibu yang mana, dia kan punya ibu kandung juga ibu sambung. Jadi yang mana? "Aku ingin makanan segar hari ini" Vasya memincingkan matanya, ia bahkan tak kaget dengan mobil ferarri yang hendak ia naiki. Ia hanya sibuk memecahkan teka teki yang Jaden berikan. Makanan segar? Salad? Rujak cingur? Lagi lagi Vasya clueless dengan pikiran Jaden yang agak beda dengannya. Lelaki itu mulai mengemudikan mobil, ia dengan mulus menyetir ke jalan raya lalu tancap gas. "Andri baik baik saja?" Vasya hanya bisa mengangguk, dia memilih mengangguk timbang membalas Jaden yang sedang fokus menyetir alhasil Jaden menanyakan hal itu kembali karena lelaki itu tak mendengar jawaban. Mana tahu ia kalau Vasya mengangguk kan dia fokus dengan kemudi. Please jangan paka bahasa tubuh begitu neng yang ada nanti kalian berakhir nabrak tiang kalau Jaden disuruh memperhatikan kamu ketimbang jalanan. Tapi Vas
Ibunya masih melongok Vasya yang bersender di kaca mobil dengan penasaran. Sungguh sayang sekali dia tidak bisa ngobrol lagi dengan Vasya."Kamu buat dia kecapean ya nak?"Jaden hampir keselek perkedel ketika ibunya memincingkan mata padanya seolah olah dialah yang membuat Vasya begitu padahal tidak."Jangan memikirkan hal yang bukan bukan ma, aku tahu aturan lagian dia yang begadang sendiri sepertinya"Lha kok Jaden bisa tahu Vasya begadang, dari mana ia tahu. Siapa yang membocorkan cerita tadi malam kepada Jaden, kalau Vasya pasti tak mungkin, itu sama saja membuatnya malu setengah mati."Jangan terlalu kejam nak, dia gadis yang baik"Hening.Yang terdengar hanya suara Jaden yang sedang memakan kerupuk tempe bersamaan dengan kuah sotonya."Denger mama?""Iya ma"Sementara itu Vasya di dalam mobil masih tertidur pulas, kali ini ia bermimpi bertemu dengan Herry. Entah kenapa perasaanya tidak enak, ia jadi gelisah tak karuan."Tolong!"Hanya satu kata itu yang Herry katakan lalu sosokn
"Dia tidak pernah melakukan pelecehan, tolong jangan membahas hal yang berbau sentuan porno begitu" "Aku hanya tanya" "Kenapa kamu tanya?" Jaden menjelaskan bahwa Armin berulang kali dilaporkan oleh warga negara asing dengan tuduhan orang cabul. Vasyapun melongo, ia sempat heran dari mana Jaden bisa memperoleh informasi ini. Rasanya tak real saja. "Aku ada buktinya, dan ada rekapan pembicaraannya" "Benarkah?" Jaden mengangguk, Vasya merasa seperempat nyawanya menghilang setelah mendengar bahwa Armin pernah melakukan itu karena yang ia tahu Armin sungguh lelaki baik, eh lupa dia bangsad.Lagi lagi ia bukan Herry, dia lelaki bersih yang memang hanya jalan saja waktu berdua, tidak aneh aneh atau mungkin memang Vasya yang bukan tipenya. Mungkin memang Vasya yang tak bisa membuatnya berbuat senonoh begitu, Vasya tidak cukup seksi mungkin."Jangan terkecoh dengan tampang senimannya Sya!"Lagi lagi Vasya bengong. Malah yang Vasya ingat adalah tampang senimannya yang membuatnya rindu ti
"Lihatlah kerutannya bahkan membuat dia makin mempesono berbeda denganku" "Apa bedanya?" "Bedanya dia bukan generasi Sandwich macam aku!" Jaden memerhatikan wanita paruh baya itu sekali lagi, dia heran dengan figur yang membuat Vasya terkesan pdahal sudah jelas bahwa wanita itu amat sangat tua. "Mau tahu caranya agar bahagia?" Vasya menoleh sebentar, ia menatap Jaden sampai membuat lelaki itu menoleh lalu tersenyum. "Bagaimana caranya?" "Kita Married" Yakin lu tong kalau bakal bahagia? Buka kebalikannya tah? Vasya pening, lagi lagi topik ini yang ia bicarakan. Sebenarnya ia sedikit terpengaruh dengan omongan adiknya, harusnya ia mengatakan iya pada Jaden sebelum lelaki itu sadar ataupun kabur. "Aku bisa berikan semuanya" Kalau di pikir pikir memang ada benarnya, Jaden memang sangat bisa memberikan segalanya. Kadang hatinya cenderung ingin memeluk Jaden yang malang tapi hanya sebentar karena ia pasti akan waras lagi. "Aku tahu" "Lalu cari yang bagaimana?"
Eh, tunggu dulu. Kalau Jaden bilang disini ada bukti tentang kejahatan Armin berarti ini rumah peninggalan keluarganya bukan. Iya pasti betul lalu pikiran Vasya terkonfirmasi dengan lukisan kuno yang menggantung di dinding perpus kuno itu. Dilukisan itu terpampang dengan jelas genetika yang sudah diturunkan turun termurun dari kakek buyut Armin. Mereka semua tampan. "Awas ada rak sepatu di depanmu!" Vasya mengangguk lalu menghindari rak sepatu tersebut, ia sedikit kepo dengan lukisan yang saat ini hendak ia dekati, sepertinya ada yang janggal dengan lukisan satu keluarga ini. "Keluarganya kenapa banyak sekali?" Jaden menoleh tapi ia tak memberikan jawaban, harusnya Vasya paham kalau memang Armin punya saudara banyak, pamanpun ia punya banyak termasuk ayah Jaden. Dan Vasya masih saja terpaktu dengan lukisan yang seolah berisi dengan dewa dewa nan tampan. Keluarga yang ada di lukisan nampak bahagia dan itu membuat Vasya rada iri. Dia hitungannya dari keluarga tak sempurna k
German?"Kata siapa?"Malah Jaden ikutan kaget dengan Vasya yang bilang tentang jerman, sejak kapan ia datang dari Jerman."Tak ada, aku hanya mengepaskan saja"Sekali lagi Jaden mengatakan bahwa ia bukan dari trah indonesia asli, ia campuran tapi memang sudah terlihat dari wajahnya sih. Hidungnya saja mancung, kulitnya putih, pokoknya Jaden itu nyaris sempurna."Ngawur, aku Brazilian!""Oke"Hening.Vasya sibuk dengan makanannya sementara itu Jaden masih membaca buku yang sangat susah di mengerti. Tulisan bukunya bukan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah EYD. Tulisan itu kuno dan sedikit tercampur dengan bahasa lain. Memang hanya Jaden yang bisa menerjemahkan sendiri."Sya""Hmmm"Jaden mengajak Vasya untuk datang ke rumah itu lain kali tapi Vasya sudah menggeleng duluan, ia sangat sayang nyawanya sendiri."Maafkan aku tapi tempatnya sama sekali tidak safety"Jaden mengakui bahwa rumah itu memang sudah sangat reyot dan bisa ambruk kapan saja tapi tetap saja ia meyakinkan Vasya su
Leluhurnya Jaden lebih seram dari leluhur Vasya, jika kakek buyutnya memuja Ratu pandan wangi berbeda dengan leluhurnya Jaden yang jelas jelas memuja iblis kelas berat. Iblis itu bahkan sekarang hadir di tengah tengah Vasya. Ia seolah sedang menunjukkan bahwa ia memang berada di sekitar Jaden yang merupakan keturunan trah iblis itu. Samar samar Vasya merasa ada wanita bertudung disampingnya sedang menunduk begitu. Padahal kemarin kemarin ia tak melihat beginian di sekitar Jaden. Kenapa ia datang, apa yang hendak ia katakan. Tapi sebelum Vasya sempat melihat rupanya, setan itu keburu pergi. Baguslah! Padahal energinya sangat menguras Vasya sekali. Mahkluk itu termasuk sangat kuat. Setelah selesai Vasya menanggalkan mukenanya lalu berlalu menemui Jaden yang berkutat dengan buku jadul pembawa petaka itu. "Kembalikan saja deh bukunya. Kok aku merasa bahwa buku itu membawa sesuatu!" Jaden tak bergeming, Vasya yakin Jaden tahu, ia pasti bisa merasakannya bukan. "Jaden dia itu ib
"Brukk!!!"Tubuh wanita paruh baya itu terpental jauh karena ditabrak kontainer yang sedang mengantarkan makanan ringan. Mamanya Vasya langsung tak sadarkan diri karena saking syok juga sakit tak karuan. Baju warna peach yang ia pakai bersimbah darah apalagi bagian kepalanya yang nampaknya menghantam pinggiran jalan. Semua oranh berusaha mendekat dengan kepo dan ada yang lain menelpon ambulance segera*Di kamarnya yang nyaman Andri masih tertidur pulas, di sore itu ia sama sekali tak ingin melakukan apa apa bahkan ponselnya sudah berjauhan darinya sejak 2 jam yang lalu. Tentu saat pihak rumah sakit menelponnya ia tak kunjung merespon karena Andri pikir itu telepon iseng. Tapi untung rasa lapar membangunkannya dan membuatnya menatap layar ponselnya dengan seksama.Disitu ia langsung panik tentu saja, Vasya tak ada di dekatnya dan sekarang ibunya malah masuk rumah sakit. Dengan dandanan ala kadarnya ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa angan angan apa apa, yang ia tahu mungkin penyak
Dan mamanyapun langsung bangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya dengan mata lesu, Mimpi barusan membuatnya berkeringat dengan jantung yang masih berpacu liar sampai sekarang. Vasya kamu dimana? Seketika telponnya berbunyi dan mamanya merasa seperti dejavu, dia melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa itu nomor yang tidak dikenal. Tapi ternyata bukan, nomor itu milik ibu Romiah. "Halo?" Dan intinya adahal ibu Romiah hendak mengembalikan uang, ia meminta ketemuan dengan mamanya Vasya nanti jam 1 di suatu taman. Dengan sumringah tentu mamanya Vasya menyetujuinya, siapa yang tak setuju uangnya mau kembali tentu saja ia sangat antusias. Mamanya bahkan lupa dengan mimpi barusan, ia tetap menyangkal bunga tidur tersebut dan mengatakan kepada Andri supaya ia mau mencari kakak perempuannya karena mamanya hendak bertemu dengan seseorang. "Sama siapa?" "Ibu Romiah" "Ngapain?" "Katanya ia mau membayar hutang" Andri mengangguk angguk tapi ia tak sepenuhnya set
Awalnya dikira dia akan membeli guk guk atau kucing yang lucu lucu tak tahunya sampai sana malah ia kembali lagi, tak jadi ia melihat lihat kesana setelah penjaganya keluar, ternyata mas mas yang dulu kerap bertukar sapa dengannya sudah mengundurkan diri. Sayang sekali. Padahal seingat Vasya mas mas tersebut bekerja hampir 10 tahunan tapi kenapa resign segala. Vasya pindah haluan lagi, ia kini berjalan di samping trotoar sambil mengecek ponselnya. Kira kira ia mau ngapain apakah benar harus ke jogja atau ada opsi yang lain. Ponsel Vasya berbunyi dan itu adalah ibunya. Vasya melengos lalu mengantongi ponselnya, paling juga ibunya mau nitip sesuatu. Ogah ma, jangan nitap nitip! Selanjutnya Vasya berjalan kembali, ia kemudian terduduk di halte bis, tak lama bis arah luar kota mendekat dan tanpa sadar ia juga merasa takut, ia hanya ikut naik saja tanpa tujuan dan rencana yang memadai. Gadis konyol itu sekarang terduduk di kursi belakang sambil menghidupkan earphonenya. * Har
Vasya angkat tangan percuma memarahi ibunya, mending dia pergi, masa bodoh ibunya mau ngomong apa pokoknya ia masa bodoh. Mau dikatakan marah ya jelas marah tapi ia mau marah ke siapa. Entahlah Vasya badmood sekali pagi ini, dihari libur itu ia sudah membuat rencana dan berhubung ibunya kebangetan jadi ia hendak pergi sejak pagi. Lebih baik begitu timbang ia menelan ibunya bulat bulat. "Mau kemana?" "Pergi!" Sudah begitu saja dan Vasya benar benar bablas tanpa kata yang berarti. Andri yang tahu kakaknya sedang marah hanya melirik ibunya sebentar dan sang ibu tiada rasa penyesalan sama sekali. "Mama keterlaluan!" Ibunya rada kaget melihat ekspresi Andri yang menyeramkan dan kemudian Jaden duduk di meja makan. ia menanyakan Vasya yang tak kelihatan batang hidungnya. "Kakak sudah pergi" "Kemana kan ini hari libur?" Andri mengiyakan bahwa ini hari libur tapi bukan untuk Vasya. Ada aja yang mau ia lakukan di akhir pekan ini. "Entahlah kelihatannya dia ngemall hari ini"
Halo apa kabar?Ini nyasar atau bagaimana?Kok tumben amat atau salah kirim?Pesan yang sama sekali tak ingin dia baca tapi malah kebuka karena tangannya yang tak sengaja, yang selalu ia pikirkan namanya kini sudah berubah hendaknya ia segera sadar. Vasyapun langsung menghapus nomornya, baiknya memang begini.Ini yang namanya merelakan.Sudah diputuskan bahwa ia tak ikut campur lagi urusan mantan sahabatnya lagi. Semoga saja mereka bahagia, urusan Vasya hanya berusaha bangkit lagi dan hidup kembali seperti biasa.Dan akhirnya Vasyapun mencoba menutup matanya walaupun batinnya bergejolak tak karuan. Rasanya ia ingin menelpon kembali Armin. Hmmm lagi lagi ia berubah bodoh lagi perasaan beberapa menit yang lalu ia pintar dalam menghadapi pesan nyasar tersebut.Hingga yang terbaik sekarang adalah minum pill disebut solusi baginya agar ia bisa tidur tentu saja.*Siang tadi ia mimpi buruk dan malam ini ia tidak bermimpi sama sekali hanya saja ia mengorok dengan lantang di sela sela tidurny
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar