"Lihatlah kerutannya bahkan membuat dia makin mempesono berbeda denganku" "Apa bedanya?" "Bedanya dia bukan generasi Sandwich macam aku!" Jaden memerhatikan wanita paruh baya itu sekali lagi, dia heran dengan figur yang membuat Vasya terkesan pdahal sudah jelas bahwa wanita itu amat sangat tua. "Mau tahu caranya agar bahagia?" Vasya menoleh sebentar, ia menatap Jaden sampai membuat lelaki itu menoleh lalu tersenyum. "Bagaimana caranya?" "Kita Married" Yakin lu tong kalau bakal bahagia? Buka kebalikannya tah? Vasya pening, lagi lagi topik ini yang ia bicarakan. Sebenarnya ia sedikit terpengaruh dengan omongan adiknya, harusnya ia mengatakan iya pada Jaden sebelum lelaki itu sadar ataupun kabur. "Aku bisa berikan semuanya" Kalau di pikir pikir memang ada benarnya, Jaden memang sangat bisa memberikan segalanya. Kadang hatinya cenderung ingin memeluk Jaden yang malang tapi hanya sebentar karena ia pasti akan waras lagi. "Aku tahu" "Lalu cari yang bagaimana?"
Eh, tunggu dulu. Kalau Jaden bilang disini ada bukti tentang kejahatan Armin berarti ini rumah peninggalan keluarganya bukan. Iya pasti betul lalu pikiran Vasya terkonfirmasi dengan lukisan kuno yang menggantung di dinding perpus kuno itu. Dilukisan itu terpampang dengan jelas genetika yang sudah diturunkan turun termurun dari kakek buyut Armin. Mereka semua tampan. "Awas ada rak sepatu di depanmu!" Vasya mengangguk lalu menghindari rak sepatu tersebut, ia sedikit kepo dengan lukisan yang saat ini hendak ia dekati, sepertinya ada yang janggal dengan lukisan satu keluarga ini. "Keluarganya kenapa banyak sekali?" Jaden menoleh tapi ia tak memberikan jawaban, harusnya Vasya paham kalau memang Armin punya saudara banyak, pamanpun ia punya banyak termasuk ayah Jaden. Dan Vasya masih saja terpaktu dengan lukisan yang seolah berisi dengan dewa dewa nan tampan. Keluarga yang ada di lukisan nampak bahagia dan itu membuat Vasya rada iri. Dia hitungannya dari keluarga tak sempurna k
German?"Kata siapa?"Malah Jaden ikutan kaget dengan Vasya yang bilang tentang jerman, sejak kapan ia datang dari Jerman."Tak ada, aku hanya mengepaskan saja"Sekali lagi Jaden mengatakan bahwa ia bukan dari trah indonesia asli, ia campuran tapi memang sudah terlihat dari wajahnya sih. Hidungnya saja mancung, kulitnya putih, pokoknya Jaden itu nyaris sempurna."Ngawur, aku Brazilian!""Oke"Hening.Vasya sibuk dengan makanannya sementara itu Jaden masih membaca buku yang sangat susah di mengerti. Tulisan bukunya bukan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah EYD. Tulisan itu kuno dan sedikit tercampur dengan bahasa lain. Memang hanya Jaden yang bisa menerjemahkan sendiri."Sya""Hmmm"Jaden mengajak Vasya untuk datang ke rumah itu lain kali tapi Vasya sudah menggeleng duluan, ia sangat sayang nyawanya sendiri."Maafkan aku tapi tempatnya sama sekali tidak safety"Jaden mengakui bahwa rumah itu memang sudah sangat reyot dan bisa ambruk kapan saja tapi tetap saja ia meyakinkan Vasya su
Leluhurnya Jaden lebih seram dari leluhur Vasya, jika kakek buyutnya memuja Ratu pandan wangi berbeda dengan leluhurnya Jaden yang jelas jelas memuja iblis kelas berat. Iblis itu bahkan sekarang hadir di tengah tengah Vasya. Ia seolah sedang menunjukkan bahwa ia memang berada di sekitar Jaden yang merupakan keturunan trah iblis itu. Samar samar Vasya merasa ada wanita bertudung disampingnya sedang menunduk begitu. Padahal kemarin kemarin ia tak melihat beginian di sekitar Jaden. Kenapa ia datang, apa yang hendak ia katakan. Tapi sebelum Vasya sempat melihat rupanya, setan itu keburu pergi. Baguslah! Padahal energinya sangat menguras Vasya sekali. Mahkluk itu termasuk sangat kuat. Setelah selesai Vasya menanggalkan mukenanya lalu berlalu menemui Jaden yang berkutat dengan buku jadul pembawa petaka itu. "Kembalikan saja deh bukunya. Kok aku merasa bahwa buku itu membawa sesuatu!" Jaden tak bergeming, Vasya yakin Jaden tahu, ia pasti bisa merasakannya bukan. "Jaden dia itu ib
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men
"Jangan, beli sendiri"Karyawab pelit itu melindungi steaknya dengan sepenuh tenaga dan Jaden hanya bisa melongo saat melihat wanita ninja itu benar benar perhitungan dengannya."Murah lo pak, bqpak mending beli sendiri jangan malah minta jatah untuk perut kami yang kelaparan"Hmmm memang paling bisa membuat keadaan jadi menyudutkan begini. Dan akhirnya Jaden mendatangi kedai steaknya lalu memesannya secara manual sementara Vasya dari kejauhan sudah membuat ancang ancang untuk segera pergi ke kedai kebab di sebelah pintu masuk tadi.Rasanya ia sama sekali tak ingin melewatkan makanan khas turki tersebut apalagi kelihatannya adiknya bakal menyukai kebab yang ia beli kali ini.*"Vasyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!"Bos besar itu terpaksa untuk mengurung Vasya di sebuah warung telepon karena saking kesalnya ia di tinggal tinggal melulu. Pokoknya dengan di kurung begitu ia jadi anteng dan Jaden tidak susah mencarinya wkwkwk.Vasya menggedor gedor warung telepon itu dengan penuh arti, ia
Rasanya Jaden sedang memaksa Vasya dengan apa yang terjadi pada ibunya, seolah ia tahu segalanya."Jangan konyol!"Nada bicara Vasya langsung membuat Jaden meremang, ia langsung tahu kalau Vasya sedang badmood sekarang ini."Kenapa selalu membahas penyakit ibuku?"Jaden menggeleng, ia hanya khilaf saja dan kampretnya itu berulang kali, orang gila mana yang percaya begitu saja."Tenang Sya semua bisa di pertanggung jawabkan!"Halah setan!Vasya langsung hendak memiting kepala Jaden yang sedang enak enak menyetir, lelaki itu langsung panik sementara Vasya gemas setengah mati."Sya tenang sya tenang!"Tapi Vasya tak bisa tenang, ia malas kalau harus tenang menghadapi Jaden yang pendusta berat."Maafkan aku please!"Ngimpi ya kamu?*Sialnya Vasya karena saat Jaden mengantarkan dirinya pulang delalah di rumah beliau sedang berkunjung dan Andri kebetulan sedang pergi sebentar. Alhasil melihat Jaden begitu iapu menawari Jaden untuk masuk rumah dulu."Ngapain sih ma!"Vasya ini sangat buruk