Ibunya masih melongok Vasya yang bersender di kaca mobil dengan penasaran. Sungguh sayang sekali dia tidak bisa ngobrol lagi dengan Vasya."Kamu buat dia kecapean ya nak?"Jaden hampir keselek perkedel ketika ibunya memincingkan mata padanya seolah olah dialah yang membuat Vasya begitu padahal tidak."Jangan memikirkan hal yang bukan bukan ma, aku tahu aturan lagian dia yang begadang sendiri sepertinya"Lha kok Jaden bisa tahu Vasya begadang, dari mana ia tahu. Siapa yang membocorkan cerita tadi malam kepada Jaden, kalau Vasya pasti tak mungkin, itu sama saja membuatnya malu setengah mati."Jangan terlalu kejam nak, dia gadis yang baik"Hening.Yang terdengar hanya suara Jaden yang sedang memakan kerupuk tempe bersamaan dengan kuah sotonya."Denger mama?""Iya ma"Sementara itu Vasya di dalam mobil masih tertidur pulas, kali ini ia bermimpi bertemu dengan Herry. Entah kenapa perasaanya tidak enak, ia jadi gelisah tak karuan."Tolong!"Hanya satu kata itu yang Herry katakan lalu sosokn
"Dia tidak pernah melakukan pelecehan, tolong jangan membahas hal yang berbau sentuan porno begitu" "Aku hanya tanya" "Kenapa kamu tanya?" Jaden menjelaskan bahwa Armin berulang kali dilaporkan oleh warga negara asing dengan tuduhan orang cabul. Vasyapun melongo, ia sempat heran dari mana Jaden bisa memperoleh informasi ini. Rasanya tak real saja. "Aku ada buktinya, dan ada rekapan pembicaraannya" "Benarkah?" Jaden mengangguk, Vasya merasa seperempat nyawanya menghilang setelah mendengar bahwa Armin pernah melakukan itu karena yang ia tahu Armin sungguh lelaki baik, eh lupa dia bangsad.Lagi lagi ia bukan Herry, dia lelaki bersih yang memang hanya jalan saja waktu berdua, tidak aneh aneh atau mungkin memang Vasya yang bukan tipenya. Mungkin memang Vasya yang tak bisa membuatnya berbuat senonoh begitu, Vasya tidak cukup seksi mungkin."Jangan terkecoh dengan tampang senimannya Sya!"Lagi lagi Vasya bengong. Malah yang Vasya ingat adalah tampang senimannya yang membuatnya rindu ti
"Lihatlah kerutannya bahkan membuat dia makin mempesono berbeda denganku" "Apa bedanya?" "Bedanya dia bukan generasi Sandwich macam aku!" Jaden memerhatikan wanita paruh baya itu sekali lagi, dia heran dengan figur yang membuat Vasya terkesan pdahal sudah jelas bahwa wanita itu amat sangat tua. "Mau tahu caranya agar bahagia?" Vasya menoleh sebentar, ia menatap Jaden sampai membuat lelaki itu menoleh lalu tersenyum. "Bagaimana caranya?" "Kita Married" Yakin lu tong kalau bakal bahagia? Buka kebalikannya tah? Vasya pening, lagi lagi topik ini yang ia bicarakan. Sebenarnya ia sedikit terpengaruh dengan omongan adiknya, harusnya ia mengatakan iya pada Jaden sebelum lelaki itu sadar ataupun kabur. "Aku bisa berikan semuanya" Kalau di pikir pikir memang ada benarnya, Jaden memang sangat bisa memberikan segalanya. Kadang hatinya cenderung ingin memeluk Jaden yang malang tapi hanya sebentar karena ia pasti akan waras lagi. "Aku tahu" "Lalu cari yang bagaimana?"
Eh, tunggu dulu. Kalau Jaden bilang disini ada bukti tentang kejahatan Armin berarti ini rumah peninggalan keluarganya bukan. Iya pasti betul lalu pikiran Vasya terkonfirmasi dengan lukisan kuno yang menggantung di dinding perpus kuno itu. Dilukisan itu terpampang dengan jelas genetika yang sudah diturunkan turun termurun dari kakek buyut Armin. Mereka semua tampan. "Awas ada rak sepatu di depanmu!" Vasya mengangguk lalu menghindari rak sepatu tersebut, ia sedikit kepo dengan lukisan yang saat ini hendak ia dekati, sepertinya ada yang janggal dengan lukisan satu keluarga ini. "Keluarganya kenapa banyak sekali?" Jaden menoleh tapi ia tak memberikan jawaban, harusnya Vasya paham kalau memang Armin punya saudara banyak, pamanpun ia punya banyak termasuk ayah Jaden. Dan Vasya masih saja terpaktu dengan lukisan yang seolah berisi dengan dewa dewa nan tampan. Keluarga yang ada di lukisan nampak bahagia dan itu membuat Vasya rada iri. Dia hitungannya dari keluarga tak sempurna k
German?"Kata siapa?"Malah Jaden ikutan kaget dengan Vasya yang bilang tentang jerman, sejak kapan ia datang dari Jerman."Tak ada, aku hanya mengepaskan saja"Sekali lagi Jaden mengatakan bahwa ia bukan dari trah indonesia asli, ia campuran tapi memang sudah terlihat dari wajahnya sih. Hidungnya saja mancung, kulitnya putih, pokoknya Jaden itu nyaris sempurna."Ngawur, aku Brazilian!""Oke"Hening.Vasya sibuk dengan makanannya sementara itu Jaden masih membaca buku yang sangat susah di mengerti. Tulisan bukunya bukan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah EYD. Tulisan itu kuno dan sedikit tercampur dengan bahasa lain. Memang hanya Jaden yang bisa menerjemahkan sendiri."Sya""Hmmm"Jaden mengajak Vasya untuk datang ke rumah itu lain kali tapi Vasya sudah menggeleng duluan, ia sangat sayang nyawanya sendiri."Maafkan aku tapi tempatnya sama sekali tidak safety"Jaden mengakui bahwa rumah itu memang sudah sangat reyot dan bisa ambruk kapan saja tapi tetap saja ia meyakinkan Vasya su
Leluhurnya Jaden lebih seram dari leluhur Vasya, jika kakek buyutnya memuja Ratu pandan wangi berbeda dengan leluhurnya Jaden yang jelas jelas memuja iblis kelas berat. Iblis itu bahkan sekarang hadir di tengah tengah Vasya. Ia seolah sedang menunjukkan bahwa ia memang berada di sekitar Jaden yang merupakan keturunan trah iblis itu. Samar samar Vasya merasa ada wanita bertudung disampingnya sedang menunduk begitu. Padahal kemarin kemarin ia tak melihat beginian di sekitar Jaden. Kenapa ia datang, apa yang hendak ia katakan. Tapi sebelum Vasya sempat melihat rupanya, setan itu keburu pergi. Baguslah! Padahal energinya sangat menguras Vasya sekali. Mahkluk itu termasuk sangat kuat. Setelah selesai Vasya menanggalkan mukenanya lalu berlalu menemui Jaden yang berkutat dengan buku jadul pembawa petaka itu. "Kembalikan saja deh bukunya. Kok aku merasa bahwa buku itu membawa sesuatu!" Jaden tak bergeming, Vasya yakin Jaden tahu, ia pasti bisa merasakannya bukan. "Jaden dia itu ib
Tapi berkat itu Vasya akhirnya siuman kembali. Akhirnya Vasya bisa melihat dunia nyata kembali sembari ia bersantai di dalam mobil. "Mimpi apa tadi?" Tangan Vasya sibuk mengusak ngasik rambutnya, kalau begini ia sungguh sangat takut, ia harus berpikir dua kali saat menyuruh Jaden dan lain sebagainya takutnya lelaki itu beneran berdarah satanis. Tapi apakah benar, apakah itu bukan karena bunga tidur. Jaden yang menoleh langsung terkejut melihat perempuan di sebelahnya sudah bangun dari tidurnya yang pulas. Vasya terlihat agak seram karena diam seribu bahasa. "Alhamdulillah ku kira kamu mati!" Kata Jaden dengan spontan. Ia dengan santai bilang bahwa wajah Vasya pucat sekali dan sepertinya Vasya sedang gelisah. "Aku mimpi aneh loh!" "Mimpi apa?" "Satanis gitu!" Jaden menepuk jidatnya, ia sungguh tak bisa mengerti kenapa Vasya mengatakan satanis saat ini karena memang tak ada hubungannya sama sekali, random. "Kamu keturunan German kan bukan brazil?" "Apa sih Sya?? Dar
Vasya melirik Jaden, ia tak bisa kalau tak kepo. Jadenpun memandangi Vasya dengan sendu seolah sedang mengenang sesuatu."Aku pernah seperti ini dengan seseorang!""Siapa? Ranita?"Hening.Keheningan ini membuat Vasya yakin bahwa wanita itu adalah Ranita dan mungkin waktu itu si Ranita itu sedang di perebutkan dengan Jaden juga Armin. "Bukan."Entah kenapa tapi mendengarnya membuat perasaan Vasya lega kan harusnya dia tidak terpengaruh."Kamu tak ingat?"Apa lagi? Ingat siapa?Oh sebentar, apakah mungkin mantan Jaden waktu SMA tapi yang mana, cewek yang mana kan dia banyak yang suka.Hening.Vasya memerhatikan Jaden seolah menelusuri masa lalunya tapi ia tak menemukan seseorang. Mana ia tahu kan masalah pacaran itu privasi Jaden, bukan urusannya. Perasaan Vasya saat mengingat kembali masa lalu kenapa amburadul begini."Aku tak ingat, mantanmu yang mana?"Jaden tersenyum samar, Vasya tambah pusing jika main tebak tebakan tak mutu begini."Memang mantanmu itu kenapa?""Dia sekarang men