Kata pertama yang Jaden tanyakan adalah ngapain padahal ia jelas jelas menghilang selama 2 hari dari hidup Vasya. Kenapa ngapain kan perkataan lain ada. Misalnya aku rindu kamu kek. Eh! "Nggak apa apa" Vasya segera merapikan caranya duduk, ia segera menatap komputernya dengan mantap. Tapi tetap saja ia menoleh ke arah Jaden yang bisa bisanya berjalan ke arah Amanda. "Kamu jadi sekertaris saya ya selama beberapa hari saja sebelum resign" Mendengarnya langsung berhasil membuat Vasya membeku di tempat, ia benar benar tak menyangkan Jaden akan menanyakan hal itu juga ke Amanda dan gadis itu girangnya tak karuan. Entah kenapa dia jadi girang kan cuma sekertaris, gajinya tak banyak banyak amat, paling beda berapa ratus dari gajinya yang sekarang. "Beneran pak?" Loh? Girang berenan loh? Perasaan dahulu Amanda sangat skeptis dengan Jaden. Dia anti Jaden dan selalu saja kepingin Jaden enyah saja dari hidup Vasya tapi ini kok beda. Kenapa kira kira ya. "Bener, saya butuh sek
"Ya""Disuruh ke ruangan pak Jaden sekarang""Saya?"Amanda mengangguk kikuk, bisa bisanya wanita itu kikuk bukannya malah ia harusnya lari jika dia tahu malu. Tak perlu jadi Amanda untuk malu, ia juga merasa malu di perhatikan banyak orang sekarang."Pak Jaden mau berbicara penting"Vasya memincingkan matanya, ia tak percaya dengan ular betina ini."Iya nanti saya akan ke atas setelah ke toilet"Tanpa mendengar apa yang Amanda jawab Vasya langsung ngacir saja menuju toilet. Begitu sampai ia langsung menuju bilik ke 4 dan terduduk disana. Ting! Ke ruangan saya!Mata Vasya meredup, ia benci di perlakukan seenaknya begini. Harusnya Jaden tak perlu begini, memang mereka mau ngapain. Vasya disana mau di suruh apa kenapa harus ke ruangan CEO segala.Anying!Tak lama ada suara gaduh di luar, ternyata ada segerombolan karyawan dari devisi yang berbeda dari devisinya Vasya. Mereka sibuk memuji Jaden dan melaknat Vasya juga Amanda. Rupanya kabar viral serta video mereka lebih melekat di piki
Vasya tak panik, ia hanya heran saja. Kenapa Jaden mau mengajaknya ke ibunya dan pertanyaannya ibu yang mana, dia kan punya ibu kandung juga ibu sambung. Jadi yang mana? "Aku ingin makanan segar hari ini" Vasya memincingkan matanya, ia bahkan tak kaget dengan mobil ferarri yang hendak ia naiki. Ia hanya sibuk memecahkan teka teki yang Jaden berikan. Makanan segar? Salad? Rujak cingur? Lagi lagi Vasya clueless dengan pikiran Jaden yang agak beda dengannya. Lelaki itu mulai mengemudikan mobil, ia dengan mulus menyetir ke jalan raya lalu tancap gas. "Andri baik baik saja?" Vasya hanya bisa mengangguk, dia memilih mengangguk timbang membalas Jaden yang sedang fokus menyetir alhasil Jaden menanyakan hal itu kembali karena lelaki itu tak mendengar jawaban. Mana tahu ia kalau Vasya mengangguk kan dia fokus dengan kemudi. Please jangan paka bahasa tubuh begitu neng yang ada nanti kalian berakhir nabrak tiang kalau Jaden disuruh memperhatikan kamu ketimbang jalanan. Tapi Vas
Ibunya masih melongok Vasya yang bersender di kaca mobil dengan penasaran. Sungguh sayang sekali dia tidak bisa ngobrol lagi dengan Vasya."Kamu buat dia kecapean ya nak?"Jaden hampir keselek perkedel ketika ibunya memincingkan mata padanya seolah olah dialah yang membuat Vasya begitu padahal tidak."Jangan memikirkan hal yang bukan bukan ma, aku tahu aturan lagian dia yang begadang sendiri sepertinya"Lha kok Jaden bisa tahu Vasya begadang, dari mana ia tahu. Siapa yang membocorkan cerita tadi malam kepada Jaden, kalau Vasya pasti tak mungkin, itu sama saja membuatnya malu setengah mati."Jangan terlalu kejam nak, dia gadis yang baik"Hening.Yang terdengar hanya suara Jaden yang sedang memakan kerupuk tempe bersamaan dengan kuah sotonya."Denger mama?""Iya ma"Sementara itu Vasya di dalam mobil masih tertidur pulas, kali ini ia bermimpi bertemu dengan Herry. Entah kenapa perasaanya tidak enak, ia jadi gelisah tak karuan."Tolong!"Hanya satu kata itu yang Herry katakan lalu sosokn
"Dia tidak pernah melakukan pelecehan, tolong jangan membahas hal yang berbau sentuan porno begitu" "Aku hanya tanya" "Kenapa kamu tanya?" Jaden menjelaskan bahwa Armin berulang kali dilaporkan oleh warga negara asing dengan tuduhan orang cabul. Vasyapun melongo, ia sempat heran dari mana Jaden bisa memperoleh informasi ini. Rasanya tak real saja. "Aku ada buktinya, dan ada rekapan pembicaraannya" "Benarkah?" Jaden mengangguk, Vasya merasa seperempat nyawanya menghilang setelah mendengar bahwa Armin pernah melakukan itu karena yang ia tahu Armin sungguh lelaki baik, eh lupa dia bangsad.Lagi lagi ia bukan Herry, dia lelaki bersih yang memang hanya jalan saja waktu berdua, tidak aneh aneh atau mungkin memang Vasya yang bukan tipenya. Mungkin memang Vasya yang tak bisa membuatnya berbuat senonoh begitu, Vasya tidak cukup seksi mungkin."Jangan terkecoh dengan tampang senimannya Sya!"Lagi lagi Vasya bengong. Malah yang Vasya ingat adalah tampang senimannya yang membuatnya rindu ti
"Lihatlah kerutannya bahkan membuat dia makin mempesono berbeda denganku" "Apa bedanya?" "Bedanya dia bukan generasi Sandwich macam aku!" Jaden memerhatikan wanita paruh baya itu sekali lagi, dia heran dengan figur yang membuat Vasya terkesan pdahal sudah jelas bahwa wanita itu amat sangat tua. "Mau tahu caranya agar bahagia?" Vasya menoleh sebentar, ia menatap Jaden sampai membuat lelaki itu menoleh lalu tersenyum. "Bagaimana caranya?" "Kita Married" Yakin lu tong kalau bakal bahagia? Buka kebalikannya tah? Vasya pening, lagi lagi topik ini yang ia bicarakan. Sebenarnya ia sedikit terpengaruh dengan omongan adiknya, harusnya ia mengatakan iya pada Jaden sebelum lelaki itu sadar ataupun kabur. "Aku bisa berikan semuanya" Kalau di pikir pikir memang ada benarnya, Jaden memang sangat bisa memberikan segalanya. Kadang hatinya cenderung ingin memeluk Jaden yang malang tapi hanya sebentar karena ia pasti akan waras lagi. "Aku tahu" "Lalu cari yang bagaimana?"
Eh, tunggu dulu. Kalau Jaden bilang disini ada bukti tentang kejahatan Armin berarti ini rumah peninggalan keluarganya bukan. Iya pasti betul lalu pikiran Vasya terkonfirmasi dengan lukisan kuno yang menggantung di dinding perpus kuno itu. Dilukisan itu terpampang dengan jelas genetika yang sudah diturunkan turun termurun dari kakek buyut Armin. Mereka semua tampan. "Awas ada rak sepatu di depanmu!" Vasya mengangguk lalu menghindari rak sepatu tersebut, ia sedikit kepo dengan lukisan yang saat ini hendak ia dekati, sepertinya ada yang janggal dengan lukisan satu keluarga ini. "Keluarganya kenapa banyak sekali?" Jaden menoleh tapi ia tak memberikan jawaban, harusnya Vasya paham kalau memang Armin punya saudara banyak, pamanpun ia punya banyak termasuk ayah Jaden. Dan Vasya masih saja terpaktu dengan lukisan yang seolah berisi dengan dewa dewa nan tampan. Keluarga yang ada di lukisan nampak bahagia dan itu membuat Vasya rada iri. Dia hitungannya dari keluarga tak sempurna k
German?"Kata siapa?"Malah Jaden ikutan kaget dengan Vasya yang bilang tentang jerman, sejak kapan ia datang dari Jerman."Tak ada, aku hanya mengepaskan saja"Sekali lagi Jaden mengatakan bahwa ia bukan dari trah indonesia asli, ia campuran tapi memang sudah terlihat dari wajahnya sih. Hidungnya saja mancung, kulitnya putih, pokoknya Jaden itu nyaris sempurna."Ngawur, aku Brazilian!""Oke"Hening.Vasya sibuk dengan makanannya sementara itu Jaden masih membaca buku yang sangat susah di mengerti. Tulisan bukunya bukan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah EYD. Tulisan itu kuno dan sedikit tercampur dengan bahasa lain. Memang hanya Jaden yang bisa menerjemahkan sendiri."Sya""Hmmm"Jaden mengajak Vasya untuk datang ke rumah itu lain kali tapi Vasya sudah menggeleng duluan, ia sangat sayang nyawanya sendiri."Maafkan aku tapi tempatnya sama sekali tidak safety"Jaden mengakui bahwa rumah itu memang sudah sangat reyot dan bisa ambruk kapan saja tapi tetap saja ia meyakinkan Vasya su