“Di file lah, judulnya bali!” Jordan merasa kesal, karena Bryan terlihat sangat bodoh di matanya.
“Udah gua liat goblok! Tapi kagak ada!” Bryan melempar sisa puntung rokoknya kepada Jordan, yang menangkisnya dengan bantal kursi.
“Sialan lo! Kalo gua kebakar gimana, njir!” umpat cowok itu semakin geram melihat tingkah Bryan yang Bossy.
“Lo liat ndiri deh! Gua males liat muka lo, dari tadi ngasih penjelasan absurd banget! Nih!” disodorkannya laptop ke arah Jordan, kemudian bangkit dari duduk, dan masuk ke bagian dalam rumah.
“Mau kemana lo?” David menghembuskan asap rokok ke arah Bryan yang lewat dari hadapannya.
“Mau ke toilet, ikut!”
“Ogah!” David mengangkat sebelah ujung bibir, kemudian berdecih pelan.
Sementara Jordan kelihatan panik, setelah mengotak at
Anara membelalakkan mata, saat bibir Bara menyentuh bibirnya. Awalnya gadis itu tidak tahu harus berbuat apa, karena kejadiannya sangat cepat. Gadis itu bahkan tidak menyadari kapan pria disampingnya bergerak, dan mengubah posisi. Kini tubuhnya berada dibawah pria itu, yang sekarang sedang menikmati ruas bibirnya dengan lembut.Akhirnya Anara pasrah dan membalas perlakuan Bara. Setidaknya dia harus berterima kasih pada pria yang sudah banyak membantunya. Lagipula tak enak jika menolak, karena dia sendiri yang memulai permainan ini tadi. Gadis itu merasa sedikit menyesal sudah menggoda Bara dengan lelucon yang salah. Sekarang dia malah terperangkap dalam gairah yang membara dari seorang Bara.Cukup lama Bara mengecap rasa manis bibirnya. Hingga pria itu kemudian menarik diri dengan nafas terengah-engah. Dipegangnya kedua pundak Anara, dengan ujung kepala saling bertemu satu sama lain. Wajah pria itu memerah, dan kedua matanya terpejam.
Menjadi cantik, kaya dan populer adalah impian setiap wanita. Dalam pandangan orang-orang, hidup seperti itu adalah suatu keberuntungan, dunia yang penuh keajaiban.Namun bagi Anara, dunia itu adalah penjara yang dingin dan gelap disaat malam. Dan menjadi neraka yang panas membakar disaat siang.Nama gadis itu Anara, Anara Carwen Sarendra. Putri tunggal Brama Sarendra, salah satu dari sepuluh orang paling berpengaruh di dunia. Kekayaannya tak dapat di hitung, belum lagi aset dan yayasan-yayasan yang di kelolanya. Membuat seorang Brama dan keluarganya, menjadi incaran para pencari berita.Seharusnya gadis itu bahagia. Seharusnya dia merasa beruntung memiliki semua yang di inginkankan nya, dalam hidup. Kenyataannya, Anara merasa kesepian. Dia bahkan harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu dengan kedua orangtuanya.Tragis, bukan?Begitulah kehidupan seorang Anar
Semenjak kejadian malam itu, Anara dan Bryan menjadi dekat. Bahkan setelah satu bulan, mereka resmi menjadi pasangan kekasih. Hari-hari, sekarang terasa sangat menyenangkan. Bryan mampu memberikan semua perhatian yang tidak pernah Anara dapatkan sebelumnya. Memperlakukannya bak seorang putri yang harus mendapatkan semua yang di inginkan.Bryan memang bukan dari kalangan orang berada, dan keyakinan mereka juga berbeda. Tapi bagi Anara, itu bukan suatu hambatan. Bukankah cinta memiliki kekuatan yang hebat?“Non Anara, ada tamu untuk Nona!” suara Bi Surti asisten rumah tangga di rumah Anara, membuyarkan khayalannya pagi itu. Mencatut wajah di cermin, lalu menyemprotkan sedikit parfum ke pergelangan tangan juga leher, kembali memandang cermin, dan tersenyum. Sempurna!Bergegas, gadis itu turun, menemui tamu yang sudah bisa ditebak. Siapa lagi, kalau bukan Bryan. Kekasihnya.“Kita berang
Suara bel terdengar, membuat Bryan menghentikan aksinya, dan berjalan menuju pintu, dengan Anara yang mengekor dari belakang. Lewat intercom, gadis itu melihat wajah orang yang tadi membunyikan bel.Angel? Mau apa cewek itu kemari?Saat pintu terbuka, tiba-tiba saja Angel menubruk Bryan, dengan wajah penuh air mata. Kedua lengannya melingkar di pinggang cowok, yang sudah resmi menjadi kekasih Anara itu, seraya membenamkan wajah di dada bidangnya, dan menangis disana.“Hei! Apa-apaan –“ merasa tak terima dengan sikap Angel, Anara bermaksud menariknya, agar melepaskan pelukan terhadap Bryan. Tapi reaksi cowok itu, malah membuat amarah gadis itu memuncak.“Sstt!” Bryan memberi isyarat padanya dengan jari telunjuk di depan bibir, untuk diam. Kemudian tangan itu melambai, menyuruh agar gadis itu sedikit menjauh. Benar-benar memuakkan. Cowok yang selama ini d
Anara merasakan sebuah pergerakan disamping tubuhnya. Dia yang masih belum sepenuhnya sadar, mencoba untuk tetap berpura-pura pingsan. Kembali dia merasakan sentuhan halus di kaki, merambat ke paha. Refleks gadis itu bergerak, menghindar, saat merasakan ada tangan yang meraba bagian bawah tubuhnya.Mencoba untuk membuka mata, dan sangat terkejut melihat Jordan berada disana. Anara berusaha untuk bangkit tapi rasa pusing masih menyerang, hingga dia kembali terjatuh ke atas tempat tidur. Jordan yang melihat Anara sudah sadar, langsung terkekeh dan mendekatkan wajahnya.“Kau, sudah sadar sayang? Apa, sekarang kita sudah bisa mulai bermain-main?” ucapnya dengan seringai menakutkan. Anara bergidik ngeri dan beringsut ke sudut tempat tidur. Mata gadis itu menatap sekeliling ruangan, tidak ada siapapun disana, kecuali dirinya dan Jordan. Anara merasakan ada keanehan.Melihat wajah Anara yang kebingungan, Jordan pun
“Apa-apaan, ini!”Anara memicingkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya, saat melihat Bryan berdiri di sisi temoat tidur, dengan wajah merah padam.“Bry- an?” Anara tampak gugup, dan sedikit bingung. Gadis itu bangkit dan berusaha untuk duduk, tapi kemudia dia sangat terkejut mendapati dirinya dalam keadaan telanjang dan Jordan yang tertidur pulas di sampingnya, juga dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Apa, yang terjadi?” ucap Anara terbata. Dia berusaha mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di dalam ruangan itu.“Seharusnya, aku yang bertanya padamu! Kenapa kau lakukan ini padaku, Hah!” Bryan mengguncang tubuh Anara dengan kuat, membuat gadis itu semakin bingung. Jordan yang mendengar ribut-ribut, pun bangun dan tersenyum ke arah Bryan.“Kau sudah datang! Pacarmu, sangat nikmat kawan!” Ditepuknya pundak Jorda
Anara mengirimkan sejumlah uang yang diminta peneror itu, ke nomor rekening yang sudah di kirimkan sebelumnya, melalui pesan chat.Ada niat, untuk mengecek, pemilik rekening itu, ke bank, tapi urung dilakukannya. Karena sudah tentu pihak Bank tidak akan semudah itu memberikan informasi bersifat pribadi, nasabahnya kepada pihak luar. Jikapun memungkinkan, Anara harus membawa bukti, kasus penipuan atau penyalahgunaan nomor rekening, pada pihak Bank. Tentu saja, hal itu tak bisa dilakukan nya.Gak mungkin kan, aku kasih lihat bukti video ini pada pihak berwajib, untuk mendapatkan surat rekomendasi, agar pihak Bank memberikan data itu padanya?“Arrggghh!” Anara mengacak rambutnya, frustasi. Beberapa saat lamanya, dia hanya duduk mematung di lantai kamarnya yang dialasi permadani berwarna merah muda, memikirkan langkah apa yang harus di lakukannya.Seperti mendapat sebuah ide
Di atas motor, Anara kembali ke kenangan beberapa tahun lalu, saat dirinya masih dekat dengan Bara. Dulu, cowok itu selalu memprioritaskan dirinya. Selalu ada, kapanpun Anara butuh. Dia tidak pernah protes ataupun marah, tidak pernah sekalipun! Anara merasa sangat berdosa sudah melukai cowok sebaik Bara.Mengingat hal itu, mata Anara sedikit berembun. Di peluknya pinggang cowok itu, dari belakang, dan menyandarkan kepalanya, pada punggung kekar itu, sebagai ungkapan rasa bersalah di hatinya.Mereka memilih restoran cepat saji, berlogo gambar orang tua, yang terkenal dengan ayam goreng nya itu. Setelah memesan dan duduk, mereka menikmati makan siang yang terlambat itu dengan sesekali di iringi canda tawa, mengenang masa-masa indah dulu.“An!” seru Bara, sambil tetap mengunyah makanan di dalam mulutnya.“Hmm!” sahut Anara, dengan mulut penuh ayam.