Anara merasakan sebuah pergerakan disamping tubuhnya. Dia yang masih belum sepenuhnya sadar, mencoba untuk tetap berpura-pura pingsan. Kembali dia merasakan sentuhan halus di kaki, merambat ke paha. Refleks gadis itu bergerak, menghindar, saat merasakan ada tangan yang meraba bagian bawah tubuhnya.
Mencoba untuk membuka mata, dan sangat terkejut melihat Jordan berada disana. Anara berusaha untuk bangkit tapi rasa pusing masih menyerang, hingga dia kembali terjatuh ke atas tempat tidur. Jordan yang melihat Anara sudah sadar, langsung terkekeh dan mendekatkan wajahnya.
“Kau, sudah sadar sayang? Apa, sekarang kita sudah bisa mulai bermain-main?” ucapnya dengan seringai menakutkan. Anara bergidik ngeri dan beringsut ke sudut tempat tidur. Mata gadis itu menatap sekeliling ruangan, tidak ada siapapun disana, kecuali dirinya dan Jordan. Anara merasakan ada keanehan.
Melihat wajah Anara yang kebingungan, Jordan pun tertawa dan berkata, “Kau tidak usah bingung, sayang! Aku bisa melakukan apapun untuk mendapatkanmu.” Selesai berkata, Jordan langsung menerkam Anara yang masih syok. Menindih tubuh gadis itu dan mengunci kedua tangannya di atas kepala. Anara meronta dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Jordan, tapi sia-sia saja, karena tenaganya belum sepenuhnya pulih dari pengaruh obat bius tadi.
“Tolong jangan sakiti aku!” Anara meratap dan memohon pada cowok dengan wajah dingin itu. Tapi cowok itu malah tertawa semakin keras dan semakin bernafsu untuk menyentuh bagian tubuh Anara yang lain.
“Tidak! Tolong, jangan!” kini gadis itu hanya bisa memohon dengan air mata yang sudah mengalir deras. “Kenapa kau lakukan ini padaku?” tanya Anara di sela isak tangisnya.
“Tentu saja karena aku menginginkan tubuhmu, dan sudah membayarnya cash!” ucap Jordan enteng.
“Siapa? Si- siapa-,”
“Siapa lagi kalau bukan kekasihmu itu, bodoh!” belum sempat Anara menyelesaikan pertanyaannya, Jordan sudah menjawab dengan jawaban yang membuat Anara lebih syok.
“Kau tahu berapa Bryan memberi harga untukmu? 10 juta, hanya 10 juta. Hahaha!” Jordan tertawa puas. Dilepaskannya Anara dan beranjak menuju sofa. Membiarkan Anara yang masih tergugu di sudut tempat tidur, dengan air mata yang terus mengalir.
“Tidak! Itu tidak mungkin! kau pasti berbohong, aku tidak percaya! Brian tidak mungkin melakukan itu padaku!” Anara menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak ingin mempercayai ucapan cowok itu, tapi sisi hatinya yang lain berkata sebaliknya. Membuat gadis itu semakin frustasi.
“Kasihan! Rupanya kau sangat percaya kepada kekasih mu yang brengsek itu. Kau tahu! kau bukan wanita pertama yang menjadi korbannya, bodoh!”
“Kau berbohong! Aku tidak akan pernah mempercayaimu!” Anara mulai terpancing amarah.
Jordan berdecih, “berbohong katamu? Lalu di mana kekasihmu itu, sekarang? Apakah kau bisa menjelaskan itu?” Anara langsung terdiam mendengar ucapan Jordan.
Jordan benar. Ucapan nya barusan seketika membuat gadis itu tersadar. Emosi gadis itu langsung memuncak menyadari, bahwa dirinya telah tertipu.
“Baiklah, kalau begitu, aku akan mengembalikan uangmu dua kali lipat!” Anara membuat penawaran. Rasa takutnya telah hilang berganti amarah.
Jordan terkekeh dan menggeleng. Dituangnya amggur yang masih belum sempat disentuh itu, ke dalam gelas dan menyesapnya pelan. “Ini bukan saja tentang uang, cantik! Aku memang menginginkanmu. Kau terlihat sangat menggoda dari awal kita bertemu.” Jordan mengedipkan mata sambil mengangkat gekas anggur kedepan, seperti sedang bersulang.
“Sepuluh kali lipat!”
Bola mata Jordan langsung membulat. Anara merasa yakin, Jordan tidak akan melewatkan kesempatan itu. Kini gadis itu telah memulihkan kepercayaan dirinya.
Jordan menuang anggur ke gelas kosong, mendekati Anara yang masih berada di tempat tidur, lalu menyodorkan satu gelas ke gadis itu, sementara gelas satu lagi, untuknya. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita bersulang?” Jordan mengangkat gelas, dengan senyum dingin.
Diterimanya gelas dari tangan Jordan, lalu mulai menyesap isinya, perlahan. Jordan tersenyum licik.
“Dimana Bryan sekarang?” Anara bertanya penasaran.
“Kurasa saat ini dia sedang bersenang-senang dengan Angel.” Jawab Jordan enteng.
“Apa? Dengan Angel katamu? Aku sudah menduganya.!” Anara meremas gelas ditangannya dengan kuat.
“Hahaha! kau saja yang bodoh, hingga tidak menyadari kalau mereka adalah sepasang kekasih.” Jordan memanas-manasi Anara yang sudah sangat marah.
“Brengsek! Aku tidak akan memaafkan Bryan, lihat saja, apa yang akan kulakukan nanti!” dituangnya gelas yang sudah kosong ditangannya dengan anggur, lalu meneguknya hingga setengah.
“Tentu saja bisa! Bryan itu bukan manusia tiap binatang!” Jordan semakin senang melihat Anara kini mulai hilang kendali. Mendengar penuturan Jordan Anara menenggak anggur di tangannya dengan sekali tenggak, membuat Jordan tersenyum penuh kemenangan.
Jordan pun kembali mengisi gelas Anara dengan anggur, kali ini sampai gelas itu penuh. Dan tanpa menunggu lama Anara kembali meneguk anggurnya hingga tandas.
“Kau ternyata kuat minum.” Ucap Jordan pada Anara yang sedikit terhuyung. Jordan meraih pinggang gadis itu agar tidak terjatuh. Sesaat kedua mata mereka bertemu. Tapi Anara langsung mendorong cowok itu agar menjauh darinya. Alih-alih Jordan menjauh, malah Anara yang terjatuh ke belakang. Beruntung tangan Jordan sigap dan menggapai tubuhnya, tapi mereka malah terjatuh bersama, dengan posisi Jordan di atas Anara.
Anara merasakan tubuhnya memanas, berada sedekat itu dengan Jordan. Gadis itu berusaha menepis perasaan nya, dan menggeser posisinya dari bawah tubuh Jordan. Tapi pria itu mengunci tubuhnya, dengan tatapan mata langsung dan dalam ke arah gadis itu. Wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, hingga hembusan nafas Jordan membuat fikiran Anara menjadi kacau.
Entah bagaimana awalnya, mereka sekarang berciuman. Saling memagut dan menggigit dengan liar. Lidah Jordan bermain di dalam mulut Anara, saling melilit dan bergumul.
Birahi Anara memuncak, dia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Bahkan sekarang, dia mendorong Jordan ke tempat tidur, setelah ciuman panas mereka yang panjang tanpa jeda. Jordan hanya tersenyum melihat Anara, cowok itu kemudian melepas pakaiannya satu persatu, dan kembali memburu Anara.
Anara sedikit terkejut melihat ukuran, Jordan. Jauh melebihi Bryan, kekasihnya. Ditepisnya bayangan itu, meraih milik Jordan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Jordan memejamkan mata, menikmati sapuan lidah Anara, pada miliknya.
“Ouh, kau sangat pintar, aku menyukainya Anara! Iya, terus, begitu!” Jordan meracau, menikmati permainan Anara. Anara semakin bersemangat dan terus memompa milik Jordan di dalam mulutnya, dengan ritme yang teratur. Lalu semakin cepat, membuat cowok itu mendesis tertahan.
Tak tahan diperlakukan sebelah pihak, Jordan menarik tubuh Anara, kini mereka melakukan posisi 69, puas dengan posisi itu, Jordan naik ke atas tubub Anara dan mulai menciumi gadis itu dengan buas. Dia bahkan tak memberi jeda. Keduanya sekarang bagai kuda liar yang telepas dari kandang.
Anara hanya bisa menggeleng kesana kemari,menggigit bibir bawahnya, saat Jordan mengulum dua benda kenyal yang menggunung miliknya, bergantian. Jordan menyesapnya dengan kuat dan meninggalkan banyak jejak disana.
“Kau sangat buas!” Anara, mendesis.
“Kau suka?” Jordan menyeringai. Kau akan menyesali ini, ketika kau sadar, batin Jordan. Senyum licik terpampang di wajahnya.
Jordan beralih ke inti tubuh Anara, dan bermain disana, sebentar. Tak tahan, cowok itu langsung membenamkan miliknya, pada inti tubuh Anara. Baru setengah saja, sudah membuat mata gadis itu membelalak.
“Ough! Jordan!” Anara mencengkeram alas tempat tidur, dengan kedua tangannya. Inti tubuhnya terasa sangat penuh. Sedikit sesak tapi sangat nikmat. Perlahan Jordan memompa miliknya, membuat Anara kembali menggelengkan kepala, menikmati sensasi yang dipelorehnya dari penyatuan itu.
Semakin lama, Jordan mempercepat ritme gerakannya, membuat Anara mendesis dan berteriak tertahan, sampai gadis itu merasa sesuatu yang hangat mendesak keluar dari tubuhnya, bersamaan dengan lenguhan panjang dari Jordan.
“Argghhh!” Jordan menancapkan miliknya kuat, memberi jeda sebentar, kemudian kembali memompanya dengan cepat, dan memuntahkan cairan hangat ke dalam tubuh Anara.
Jordan terkulai lemas di samping Anara, yang juga tak sadarkan diri, karena terlalu mabuk, juga karena pengaruh obat perangsang dosis tinggi yang dimasukkan Jordan ke dalam minumannya tadi.
***
“Apa-apaan, ini!”
Anara memicingkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya, saat melihat Bryan berdiri di sisi temoat tidur, dengan wajah merah padam.
“Bry- an?” Anara tampak gugup, dan sedikit bingung. Gadis itu bangkit dan berusaha untuk duduk, tapi kemudia dia sangat terkejut mendapati dirinya dalam keadaan telanjang dan Jordan yang tertidur pulas di sampingnya, juga dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.
***
Bersambung
“Apa-apaan, ini!”Anara memicingkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya, saat melihat Bryan berdiri di sisi temoat tidur, dengan wajah merah padam.“Bry- an?” Anara tampak gugup, dan sedikit bingung. Gadis itu bangkit dan berusaha untuk duduk, tapi kemudia dia sangat terkejut mendapati dirinya dalam keadaan telanjang dan Jordan yang tertidur pulas di sampingnya, juga dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Apa, yang terjadi?” ucap Anara terbata. Dia berusaha mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di dalam ruangan itu.“Seharusnya, aku yang bertanya padamu! Kenapa kau lakukan ini padaku, Hah!” Bryan mengguncang tubuh Anara dengan kuat, membuat gadis itu semakin bingung. Jordan yang mendengar ribut-ribut, pun bangun dan tersenyum ke arah Bryan.“Kau sudah datang! Pacarmu, sangat nikmat kawan!” Ditepuknya pundak Jorda
Anara mengirimkan sejumlah uang yang diminta peneror itu, ke nomor rekening yang sudah di kirimkan sebelumnya, melalui pesan chat.Ada niat, untuk mengecek, pemilik rekening itu, ke bank, tapi urung dilakukannya. Karena sudah tentu pihak Bank tidak akan semudah itu memberikan informasi bersifat pribadi, nasabahnya kepada pihak luar. Jikapun memungkinkan, Anara harus membawa bukti, kasus penipuan atau penyalahgunaan nomor rekening, pada pihak Bank. Tentu saja, hal itu tak bisa dilakukan nya.Gak mungkin kan, aku kasih lihat bukti video ini pada pihak berwajib, untuk mendapatkan surat rekomendasi, agar pihak Bank memberikan data itu padanya?“Arrggghh!” Anara mengacak rambutnya, frustasi. Beberapa saat lamanya, dia hanya duduk mematung di lantai kamarnya yang dialasi permadani berwarna merah muda, memikirkan langkah apa yang harus di lakukannya.Seperti mendapat sebuah ide
Di atas motor, Anara kembali ke kenangan beberapa tahun lalu, saat dirinya masih dekat dengan Bara. Dulu, cowok itu selalu memprioritaskan dirinya. Selalu ada, kapanpun Anara butuh. Dia tidak pernah protes ataupun marah, tidak pernah sekalipun! Anara merasa sangat berdosa sudah melukai cowok sebaik Bara.Mengingat hal itu, mata Anara sedikit berembun. Di peluknya pinggang cowok itu, dari belakang, dan menyandarkan kepalanya, pada punggung kekar itu, sebagai ungkapan rasa bersalah di hatinya.Mereka memilih restoran cepat saji, berlogo gambar orang tua, yang terkenal dengan ayam goreng nya itu. Setelah memesan dan duduk, mereka menikmati makan siang yang terlambat itu dengan sesekali di iringi canda tawa, mengenang masa-masa indah dulu.“An!” seru Bara, sambil tetap mengunyah makanan di dalam mulutnya.“Hmm!” sahut Anara, dengan mulut penuh ayam.
Mata Anara menyapu seluruh ruangan, mencari sosok bara. Terlihat sedikit senyum, yang berusaha disembunyikan gadis itu, saat melihat Bara berada di salah satu meja, sedang bersantai menikmati musik.Gadis itu kemudian mendekati Bryan, yang sedang bekerja.“Hai!” sapanya. Bryan melambaikan tangan, karena tidak sempat menjawab sapaan Anara. Dia kelihatan sangat sibuk meramu minuman untuk para pengunjung.Anara memilih duduk di tempat biasa, di pojok meja bar. Menopang dagu dan memperhatikan gerak-gerik Bryan. Sebelumnya, dia sangat menyukai kegiatan itu. Di mata nya, Bryan kelihatan sangat keren saat mengocok minuman, atau saat mencampur yang satu dengan lainnya, hingga menciptakan rasa yang berbeda, dan nikmat. Sekarang, dia malah sedikit bosan. Diliriknya Bara, cowok itu ternyata sedang memperhatikan dirinya. Walaupun tidak terlihat jelas. Diam-diam, Anara mengambil ponsel dan mengirim pesan, kepada Bara, aga
Dari salah satu dahan, lewat fentilasi udara di atas jendela, Bara bisa melihat Bryan dan dua orang temannya sedang duduk di kursi ruang tamu rumah itu dengan jelas. Di hadapan mereka ada sebuah laptop, dan minuman kaleng, serta camilan.Cowok itu, merogoh saku bagian dalam jaketnya dan mengeluarkan ponsel dari sana. Setelah membuat mode senyap, dia menyalakan video, merekam pembicaraan tiga orang itu.“Jadi cewek jalang itu, mutusin lo?” salah satu teman Bryan yang memakai kaos oblong hitam tertawa terbahak, setelah mendengar Bryan mengatakan Anara memutuskannya.“Diam lo! Ini semua gara-gara kegoblokan lo juga!” Bryan melempar temannya itu dengan kaleng bekas minuman.“Sudah, kalian gak perlu ribut! Biar saja cewek itu meminta mobil dan atm nya kembali. Lo, kan bisa minta lebih dari Itu, Bro!” mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak, mendengar ucapan temannya b
Terkirim. Centang dua, lalu berubah menjadi biru. Anara menunggu dengan dada berdebar kencang, memperhatikan tulisan ‘mengetik' di layar ponsel. Beberapa detik berikutnya, sebuah chat masuk.[Lo kira gua bodoh.]Anara menatap Bara, kemudian memperlihatkan isi chat tadi. Cowok itu membacanya, lalu menyerahkan ponsel, kembali pada Anara.“Mereka tau, kita mau menjebak mereka!” ucap Bara, dengan pandangan menerawang jauh. Otak nya terus mencari solusi.“Lo bilang, gak bisa transfer uangnya karena jumlahnya terlalu besar. Dan nyokap bokap lo, bakalan di hubungi pihak bank jika mentransfer uang sebanyak itu.”Kembali Anara mengikuti intruksi dari cowok di depannya, dan mulai mengetik di layar ponsel.[Gua gak bisa transfer sebanyak Itu. Pihak bank akan menghubungi bokap gua kalo begitu.]terkirim, dan centang dua biru
Seorang cowok berjaket hitam, topi pet, dan kacamata hitam, juga masker, berjalan mondar-mandir di sekitar taman. Pakaian cowok itu, terlihat sedikit mencolok, untuk orang yang sedang bersantai di taman.Cowok itu, kemudian duduk di salah satu bangku taman, dan memperhatikan orang yang berlalu lalang. Pandangannya terhenti pada seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam mobil. Membawa sebuah tas plastik hitam, dan berjalan dengan tergesa-gesa. Gadis itu kemudian melihat ke sekeliling, sebelum memasukkan tas plastik hitam yang tadi di bawanya.Setelah meletakkan tas plastik, gadis itu menggunakan ponselnya, lalu dengan cepat pergi dari tempat itu.Cowok berjaket hitam, berjalan mendekati tong sampah tempat gadis tadi memasukkan tas plastik yang di bawanya. Setelah memastikan tidak ada orang yang memperhatikan, Cowok itu segera mengambil tas itu, dan berjalan dengan cepat, menemui temannya yang sudah menunggu di sudut
“Di file lah, judulnya bali!” Jordan merasa kesal, karena Bryan terlihat sangat bodoh di matanya.“Udah gua liat goblok! Tapi kagak ada!” Bryan melempar sisa puntung rokoknya kepada Jordan, yang menangkisnya dengan bantal kursi.“Sialan lo! Kalo gua kebakar gimana, njir!” umpat cowok itu semakin geram melihat tingkah Bryan yang Bossy.“Lo liat ndiri deh! Gua males liat muka lo, dari tadi ngasih penjelasan absurd banget! Nih!” disodorkannya laptop ke arah Jordan, kemudian bangkit dari duduk, dan masuk ke bagian dalam rumah.“Mau kemana lo?” David menghembuskan asap rokok ke arah Bryan yang lewat dari hadapannya.“Mau ke toilet, ikut!”“Ogah!” David mengangkat sebelah ujung bibir, kemudian berdecih pelan.Sementara Jordan kelihatan panik, setelah mengotak at