"Kak Asyiiif!!" Asyif menyunggingkan senyum mendengar seruan yang ditujukan kepadanya itu."Ayo masuk sini!"Seorang perempuan menyongsongnya hingga ambang pintu dan menarik tangan pria itu hingga mereka kini ada di samping ranjang."Duduklah, Kak!" kata wanita itu mempersilahkan Asyif untuk duduk di atas ranjang hotel.Asyif manut dan duduk di sisi ranjang yang ditepuk oleh perempuan itu."Mana suamimu?" tanya Asyif lagi.Kali ini mata Asyif jelalatan menatap sudut ke sudut kamar pengantin itu. Kamar itu bernuansa putih dengan bunga-bunga sintetis yang terangkai dengan sangat estetik di setiap sudut kamar."Oh, dia tadi diajak pihak WO untuk memilih beberapa ornamen tambahan buat acara besok," jawab Sahira, sepupunya Asyif yang hendak menikah esok hari.Asyif manggut-manggut mendengar jawaban Sahira itu."Om Mahyudin mana?" tanya Asyif lagi.Sungguh, dia sangat bosan dengan acara keluarga seperti ini. Harus berbasa-basi dengan banyak anggota keluarga lain. Bahkan Asyif menanyakan ke
Anggraini sedang berada di samping balkon rumahnya sambil menatap tajam rumah milik suaminya beserta keluarga simpanannya itu. Rumah itu terang di teras samping hingga ke depan karena lampu teras sengaja dinyalakan selama si empunya rumah sedang pergi liburan, namun berbeda halnya dengan bagian dalam rumah yang terlihat gelap tak diterangi sinar dari satu lampu pun.Anggraini sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Satu sisi hatinya menyuruh dia nekad masuk ke dalam rumah tak berpenghuni itu, sementara sisi lain dari hatinya melarang ia melakukan tindakan berbahaya nan melanggar hukum itu.Setengah jam kemudian entah mendapat keberanian dari mana, Anggraini tiba-tiba saja sudah berada di belakang rumah. Sebelumnya Anggraini sengaja mematikan lampu belakang untuk meminimalisir cahaya yang dapat dengan mudah mengekspos dirinya dari segala arah. Tidak terlalu gelap karena dari lampu teras rumah Teguh cukup membantunya melihat sekeliling. Hingga akhirnya di depan tembok pembatas kedua ru
Anggraini masih berada di kamarnya Teguh dan Merry sedang memandang tak percaya pada objek salah satu lemari yang berhasil dia buka secara paksa. Oh my, God! Ini menjijikkan!!!Dengan tangan gemetar Anggraini meraih satu persatu kotak kaset DVD itu, dan memeriksa sampulnya. Tak berharap kalau semua kaset itu berisi setiap rekaman vidio yang sengaja didokumentasikan oleh Teguh ketika berhubungan badan dengan Merry.Gila, ini gila! Sekarang Anggraini bahkan merasa paranoid takut kalau Teguh diam-diam telah merekamnya ketika mereka sedang berhubungan intim tanpa sepengetahuannya.Anggraini sadar ia tidak bisa mengambil semua kaset VCD itu dan menontonnya satu persatu. Oleh karena itu Anggraini hanya mengambil dua kaset VCD yang letaknya berada di tumpukan paling bawah lemari itu.Anggraini bermaksud ingin meninggalkan tempat itu. Ia sudah berhasil mengantongi bukti rekaman vidio yang berhasil dia dapat dari handycam dan dua keping kaset VCD yang sebenarnya Anggraini juga tidak yakin is
"Masyaallah, gagahnya anak Ummi," puji Ummi kala melihat Asyif sudah berpakaian rapi.Pria matang itu memang terlihat sangat tampan dalam balutan baju batik yang dipakainya dalam resepsi pernikahan Sahira."Iyalah. Anaknya Ummi sudah pasti tidak boleh diragukan lagi kegantengannya," kekeh Asyif sembari menyisir rambutnya di depan cermin.Reaksi kagum yang ditujukan Ummi tadi langsung berubah menjadi cibiran."Ganteng doank tapi nggak laku," ledek Ummi.Asyif spontan tertawa mendengar bahasa Ummi yang seperti anak muda itu. Entah dari mana Ummi dapat kosa kata 'doank' itu."Hahaha, bukan nggak laku, Ummi. Belum ketemu aja jodohnya," jawab Asyif ngeles."Heleh, alasan aja kamu tuh! Kalau memang laku, coba buktikan sama Ummi!" "Ya sabarlah, Ummi. Gitu doank minta buktikan segala, huuu!!" Asyif memonyongkan mulutnya."Ya iyalah. Katanya laku, coba buktikan kamu bisa dapat perempuan di pestanya Sahira nanti. Pasti banyak tuh temannya Sahira dan keluarga, atau kenalannya suaminya Sahira ya
Asyif buru-buru masuk ke dalam lift setelah pengancaman yang dilakukan Anggraini kepadanya. Gadis itu benar-benar gila. Dan yang benar-benar lebih gila dan tak habis pikir bagi Asyif adalah kenyataan bahwa dirinya memang benar-benar terancam oleh Anggraini padahal perempuan itu bukanlah siapa-siapa dalam hidupnya. Ternyata bukan hanya kehadiran Anggraini di hotel itu yang menjadi surprise bagi Asyif, melainkan pada saat lift yang dia tumpangi turun persis di lantai bawahnya, Asyif speechless tiba-tiba melihat siapa yang masuk ke dalam lift.Orang yang masuk itu awalnya tidak terlalu memperhatikan Asyif, namun beberapa detik saat bola mata keduanya bertemu, pria itu pun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Mereka saling tatap sejenak, lalu pria yang baru masuk itu mencoba menguasai keterkejutannya dengan bersikap seolah mereka tak pernah saling kenal sebelumnya.Teguh adalah pria yang baru saja masuk ke dalam lift itu."Tutup pintu liftnya, Ayah. Kila mau tulun ke bawah," oceh boc
"Bagaimana? Kau mulai ragu sekarang?" tanya Asyif sinis manakala Anggraini tak segera menjawab apa yang baru saja diucapkannya.Anggraini menarik napas panjang dan berat. Sungguh ini adalah hal yang berat untuk dia putuskan, namun sejak Anggraini telah memutuskan untuk membalas dendam pada Teguh, Anggraini sadar dia memang sudah seharusnya tak boleh setengah-setengah. Tak bisa juga mundur. Harus maju apa pun yang terjadi, karena sesungguhnya ia sendiri ingin melihat Teguh jatuh dan hancur karena perbuatannya sendiri."Ah, sial! Harusnya aku tidak boleh percaya pada mulut wanita. Kalian adalah makhluk plin plan yang hari ini bisa berkata A besok bisa jadi berkata B. Baiklah, lupakan saja. Kau pulang saja, atau kau temui Teguh dan bicara baik-baik dengannya. Siapa tahu rumah tangga kalian masih bisa diselamatkan," ucap Asyif sedikit kesal.Pria itu berbalik badan siap meninggalkan Anggraini dan pergi menghadiri acara pernikahan Sahira. Namun tiba-tiba Anggraini menarik ujung baju belaka
"Asyif, kenapa kau lama sekali? Aku sudah lama menunggu di luar sini, tapi kamu nggak keluar-keluar juga dari dalam," kata Anggraini sebal.Asyif melipat tangannya di depan dada dan menatap Anggraini dengan tatapan menghakimi tanpa berkata apa pun."Baiklah, biar aku beritahu kamu ya. Aku tuh sebenarnya nggak pengen ke sini, tapi aku terpaksa," kata Anggraini menjawab tatapan itu.Anggraini sangat ingat betul pesan Asyif yang menyuruh ia untuk tinggal di kamar saja dan tak perlu keluar kamar."Oh, ya? Terpaksa bagaimana maksudnya?" balas Asyif tak percaya.Anggraini menghela napas melihat ekspresi Asyif yang nampak jelas tidak percaya padanya itu."Mungkin kau tidak percaya ini. Ada yang mengetuk kamar, lalu aku membukanya. Setelah aku membukanya ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Dan sialnya saat aku mau balik lagi ke kamar, pintu kamarnya tiba-tiba sudah tertutup dan tak bisa dibuka sama sekali," tutur Anggraini menjelaskan.Asyif masih tak bergeming menatapnya."Serius, aku ti
“Jalaang!! Bangsaat! Pela*ur!!” Kata-kata makian yang merendahkan bangsa perempuan itu keluar begitu saja dari mulut Teguh.Siapa suami yang tidak akan melakukan hal yang sama saat mendengar pengakuan dari mulut istrinya sendiri kalau dirinya berselingkuh? Anggraini bereaksi datar mendengar makian Teguh terhadap dirinya. Tak ada perasaan marah, benci, atau kecewa saat mendengar kata-kata kasar itu keluar dari mulut lelaki yang pernah dia cintai selama bertahun-tahun itu. Semua perasaan itu sirna berganti dengan rasa masa bodo.Anggraini kembali berbalik ke arah Asyif dan membantu lelaki itu berdiri.“Ayo, berdirilah! Aku akan membantumu,” kata Anggraini lembut antara merasa bersalah dan kasihan.Meski tidak sepenuhnya memaklumi tindakan Asyif itu saat memeluknya, namun akhirnya Anggraini mengerti motivasi pria itu melakukannya. Tentu saja Asyik berniat memprovokasi Teguh dan ingin membuatnya cemburu.Anggraini sedikitpun tak pernah punya keinginan untuk membuat Teguh cemburu dengan m