Share

Bab 79

Author: Ema Ahman
last update Last Updated: 2023-11-18 13:49:56

"Asyif, kenapa kau lama sekali? Aku sudah lama menunggu di luar sini, tapi kamu nggak keluar-keluar juga dari dalam," kata Anggraini sebal.

Asyif melipat tangannya di depan dada dan menatap Anggraini dengan tatapan menghakimi tanpa berkata apa pun.

"Baiklah, biar aku beritahu kamu ya. Aku tuh sebenarnya nggak pengen ke sini, tapi aku terpaksa," kata Anggraini menjawab tatapan itu.

Anggraini sangat ingat betul pesan Asyif yang menyuruh ia untuk tinggal di kamar saja dan tak perlu keluar kamar.

"Oh, ya? Terpaksa bagaimana maksudnya?" balas Asyif tak percaya.

Anggraini menghela napas melihat ekspresi Asyif yang nampak jelas tidak percaya padanya itu.

"Mungkin kau tidak percaya ini. Ada yang mengetuk kamar, lalu aku membukanya. Setelah aku membukanya ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Dan sialnya saat aku mau balik lagi ke kamar, pintu kamarnya tiba-tiba sudah tertutup dan tak bisa dibuka sama sekali," tutur Anggraini menjelaskan.

Asyif masih tak bergeming menatapnya.

"Serius, aku ti
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Siti Raihan
lanjut dong,,,aku selalu menunggu lanjutan nya
goodnovel comment avatar
Memey
Kelamaan update, ga seru ganti judul aja lah
goodnovel comment avatar
Fitria Handayani
lnjut semngt authorr aku tunggu up berikutny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 80

    “Jalaang!! Bangsaat! Pela*ur!!” Kata-kata makian yang merendahkan bangsa perempuan itu keluar begitu saja dari mulut Teguh.Siapa suami yang tidak akan melakukan hal yang sama saat mendengar pengakuan dari mulut istrinya sendiri kalau dirinya berselingkuh? Anggraini bereaksi datar mendengar makian Teguh terhadap dirinya. Tak ada perasaan marah, benci, atau kecewa saat mendengar kata-kata kasar itu keluar dari mulut lelaki yang pernah dia cintai selama bertahun-tahun itu. Semua perasaan itu sirna berganti dengan rasa masa bodo.Anggraini kembali berbalik ke arah Asyif dan membantu lelaki itu berdiri.“Ayo, berdirilah! Aku akan membantumu,” kata Anggraini lembut antara merasa bersalah dan kasihan.Meski tidak sepenuhnya memaklumi tindakan Asyif itu saat memeluknya, namun akhirnya Anggraini mengerti motivasi pria itu melakukannya. Tentu saja Asyik berniat memprovokasi Teguh dan ingin membuatnya cemburu.Anggraini sedikitpun tak pernah punya keinginan untuk membuat Teguh cemburu dengan m

    Last Updated : 2023-12-26
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 81

    “Bun, Kila lapal (lapar),” rengek Shakila sambil memasang ekspresi wajah memelas pada Merry.Gadis kecil berusia tiga tahunan itu mengelus-elus perutnya untuk mengekspresikan pada ibunya bahwa dia benar-benar lapar.Merry tersenyum meski raut wajahnya tak bisa menyembunyikan keresahannya karena Teguh belum juga kembali pasca mereka gagal sarapan di resto hotel.“Tunggu sebentar lagi ya. Pasti ayah pulang akan bawa makanan buat Kila dan Bunda,” jawab Merry sambil membelai kepala putrinya itu.“Tapi Kila pengen pilih cendili makanannya,” jawab Shakila dengan lidah cadelnya.Merry menarik napas. Dia sendiri tidak begitu yakin kalau Teguh akan membawakan mereka makanan mengingat Teguh membatalkan sarapan mereka dan terburu-buru pergi setelah pertemuan mereka di lift dengan pria yang sudah menabrak mobil Tari beberapa hari yang lalu.Merry punya kekhawatiran kalau Teguh sengaja turun ke bawah tanpa membawa Merry dan Shakila untuk mencari pria itu dan menyelesaikan urusan mereka.Itu sontak

    Last Updated : 2024-01-30
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 82

    “Bagaimana? Siap untuk pulang?” tanya Asyif pada Anggraini yang sedang duduk di tepi ranjang.Sudah dua hari Anggraini berada di rumah sakit. Pasca perkelahian antara Asyif dan Teguh karena dirinya berujung dengan Anggraini yang harus dilarikan ke rumah sakir oleh Asyif karena mendapat kekerasan fisik dari suaminya itu. Tendangan Asyif pada punggungnya untungnya tidak sampai menyebabkan fraktur pada tulang belakangnya. Hanya saja karena hal itu Anggraini terpaksa harus dirawat dan beristirahat di rumah sakit selama dua hari. Kedatangannya ke Pangandaran untuk menyusul Asyif dan menyusun rencana-rencana membalas suaminya berakhir berantakan dan amburadul.Anggraini melihat Asyif yang berjalan mendekati ranjangnya. Pria itu sepertinya baru saja menyelesaikan pembayaran dan administrasi agar Anggraini bisa keluar hari ini.“Berapa tagihan rumah sakitnya?” tanya Anggraini.Wanita itu belum terlihat cukup sehat. Pengaruh beberapa obat yang harus ia minum membuat liurnya terasa pahit dan n

    Last Updated : 2024-01-31
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 83

    “Anggre, kamu benar baik-baik aja? Astaga, kamu diapain sama Teguh sih sampai masuk rumah sakit segala?” tanya Sophia sesaat setelah dia kembali masuk ke dalam rumah usai mengantar kepergian Asyif sampai depan rumah.Ibunya Sophia ikut menanti jawaban dari Anggraini dengan penuh perhatian. Pasalnya kemarin sore suami dari sahabat putrinya itu mendatangi rumah mereka dengan marah-marah. Pria itu memaksa Sophia untuk memberi tahu hubungan perselingkuhan istrinya dengan pria yang sepertinya baru saja mengantar Anggraini itu.Anggraini mengangkat pundaknya seakan tak memiliki kata yang tepat untuk menjawab rasa penasaran Sophia dan ibunya itu.Sophia gegas memeriksa Anggraini sambil tangannya mengeluks beberapa bagian di tubuh Anggraini termasuk punggung dan lengannya.“Aghh …” rintih Anggraini saat tangan sahabatnya tersebut menyentuh punggungnya.“Astaga, dia memukulmu di sini? Di punggung?” pekik Sophia.Anggraini tersenyum simpul. Ia tak berniat menjelaskan lebih rinci bahwa yang sebe

    Last Updated : 2024-02-01
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 84

    Asyif tiba di rumahnya ketika adzan Isya berkumandang. Begitu turun dari taksi, pria itu segera dibukakan pintu pagar oleh security yang biasa berjaga di pos depan.“Selamat malam, Pak Hamdan!” sapa Asyif.“Eh, Mas Asyif? Tumben naik taksi? Mobilnya kemana?” tanya satpam tersebut heran.“Di bengkel, Pak,” jawab Asyif singkat. “Aku masuk ke dalam ya, Pak? Eh, ada Ummi dan Abi ya?” Sambil menanyakan itu, Asyif tetap melangkahkan kakinya tanda bahwa dia sedang terburu-buru dan tak sempat berbincang terlalu panjang dengan orang yang bertugas menjaga rumah mereka itu.“Ada kok. Bapak sama Ibu ada di dalam, Mas,” jawab Pak Hamdan.“Makasih, Pak Hamdan.”Saat mengucapkan terimakasih pada pria itu, Asyif telah sampai di teras tepat di depan pintu rumah. Bisa dibayangkan seberapa panjang kaki yang ia punya hingga jarak 10 meter dari pagar ke teras ditempuh hanya dengan beberapa langkah saja baginya.Begitu sampai di depan pintu, belum sempat Asyif mengetuk pintu, pintu itu sudah ada yang mem

    Last Updated : 2024-02-02
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 85

    Asyif berdiri dengan sigap mengeluarkan kursi untuk diduduki oleh wanita tersebut. Sikap dan etika yang biasa ditunjukkan oleh pria-pria gentleman di luar negeri.“Oh, terimakasih,” ucap wanita itu dengan nada senang kemudian duduk dengan manis.Setelah melakukan hal tersebut Asyif kemudian kembali ke tempat duduknya.“Sudah lama?” Perempuan itu kembali mengulangi pertanyaannya.Asyif tersenyum.“Belum, baru nyampai juga,” jawab Asyif.Wanita cantik itu melihat ke sekeliling. Asyif yang peka langsung memberi isyarat pada waiters yang berada di meja bar untuk datang ke meja mereka.“Mau pesan minuman apa?” tanya Asyif mewakili sang waiters bertanya pada perempuan itu.Perempuan itu pun menyebutkan salah satu menu minuman di daftar menu.“Kamu sudah?” tanyanya balik.Asyif menunjukkan gelas minuman di genggamannya dan wanita itu pun menertawakan dirinya sendiri yang menanyakan pertanyaan basa-basi itu padahal dia sendiri sudah melihat ada minuman di depan Asyif.Sambil menunggu waiters

    Last Updated : 2024-02-03
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 86

    Abi, Ummi dan Nenek Asyif baru saja selesai menunaikan sholat subuh bersama. Tak hanya mereka saja, bahkan perawat lansia baru yang mengurusi sang nenek ikut serta dalam ibadah sholat subuh berjamaah itu.Justru Asyiflah yang tidak ikut serta dalam ibadah fardu itu, membuat sang nenek yang biasa dipanggil Ibu Haji itu bertanya-tanya atas absennya cucunya itu dalam sholat berjamaah itu.“Aku kira tadi malam kamu bilang Asyif sudah pulang dari Pangandaran,” kata sang nenek pada ibunya Asyif yang juga merupakan putrinya itu.Ibu Asyif bergerak mendekat dan menjawab di telinga neneknya Asyif agar wanita tua itu mendengar apa yang akan dikatakannya.“Memang sudah. Tapi tadi malam dia langsung pergi lagi. Katanya ada urusan pekerjaan dan aku tidak tahu dia pulang jam berapa, Bu. Mungkin pulang tengah malam lagi,” kata ibunya Asyif dengan intonasi suara yang cukup tinggi.Neneknya Asyif lantas geleng-geleng kepala.“Pekerjaan apa sampai malam-malam segala. Hartati, kau harus lebih memperha

    Last Updated : 2024-02-04
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 87

    Teguh turun dari taksi yang sedari tadi membawa ia dari airport menuju sebuah gedung tempat diadakannya event bisnis tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan besar se-Asia Tenggara.Di antara kisruh rumah tangga yang tengah dihadapinya, Teguh yang sedang bercuti selama satu minggu di Indonesia itu akhirnya bertolak lagi ke Singapura meski urusannya dengan Anggraini belum selesai.Selama beberapa hari sejak kejadian di Pangandaran, Teguh langsung pulang ke Jakarta dan menunggu Anggraini di rumah mereka, namun perempuan itu tak kunjung datang. Ponselnya bahkan tidak bisa dihubungi.Ya, tentu saja. Anggraini saat ini pasti sedang bersembunyi. Dia pasti takut pada Teguh setelah perbuatannya berselingkuh dengan Asyif tertangkap basah oleh suaminya sendiri. Sudah sewajarnya Anggraini takut pulang dan Teguh berjanji tidak akan pernah mengampuni perempuan itu.Kalau bukan karena ingin menghadiri event bisnis yang hanya diadakan sekali dalam setahun ini sudah pasti Teguh akan me

    Last Updated : 2024-03-24

Latest chapter

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya.“Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya.Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar.“Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!”“Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini.“Hah! Izin dari pemeri

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 156

    “Kila, ada Bunda yang jemput tuh!”Shakila yang tengah bermain perosotan di halaman sekolah langsung menoleh ke arah gurunya, lalu melihat lagi ke arah yang ditunjuk ibu guru tersebut.Tak jauh dari sana ada Anggraini yang melambaikan tangan sambil berjalan ke arah mereka.“Bundaaaaa!!!” panggil bocah itu sambil buru-buru berlari ke arah Anggraini.Begitu sampai di dekat Anggraini, Shakila pun lantas menghambur ke pelukan Anggraini dan yang segera dibalas peluk pula oleh Anggraini.“Lama nunggu Bunda nggak?” tanya Anggraini.“Nggak kok. Kila baru aja pulang, kata Bu Guru, Kila main aja dulu sambil tungguin Bunda,” jawab gadis kecil itu.Anggraini tersenyum. Satu tahun lebih dia telah mengasuh anak itu beserta adiknya. Sudah banyak perubahan yang terjadi termasuk pada tumbuh kembang mereka. Shakila sudah tidak lagi bicara cadel seperti dulu. Gadis kecil itu juga sudah tumbuh menjadi anak yang lebih ceria meninggalkan tampilan imutnya di tahun-tahun sebelumnya.Anggraini membungkukkan s

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 155

    Anggraini bengong sesaat dengan secarik kertas berwarna putih di tangannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Asyif.Pria ini entah bagaimana menyediakan diri untuk membantu Anggraini dan menemaninya dalam kepengurusan masalah Dinda yang sudah berlangsung selama beberapa hari itu. Kebetulan juga Sophia tidak bisa menemaninya hari ini.Anggraini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengangguk. Hari ini dia pergi ke kantor catatan sipil untuk mencetak ulang kartu keluarganya sebagai syarat agar dia bisa membawa pulang kembali Dinda. Sebelum staf itu memberikan padanya Kartu Keluarga itu, setitik keinginan di hati Anggraini berharap bahwa Kartu Keluarga yang dia inginkan itu tidak mencetak nama Merry di sana. Walaupun sebelumnya dia sendiri sudah pernah ke sini untuk menanyakannya langsung. Dan ternyata benar, bahwa di Kartu Keluarga itu terpampang dengan nyata nama Merry dan putrinya. Dan sekarang Anggraini benar-benar memegang Kartu Keluarga itu dalam bentuk fisik.“Kartu keluarg

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 154

    Sophia yang baru saja memesan makanan siap saji, saat membalikkan badannya heran karena tidak melihat Anggraini di meja yang tadi mereka telah pilih. Namun kemudian kebingungannya berubah menjadi keterkejutan saat melihat Anggraini ada di depan outlet sedang bertengkar dengan seseorang yang dia tidak kenal.“Itu anak saya, berikan dia pada saya!!” teriak perempuan itu dengan kencang sehingga pertengkaran mereka menarik perhatian banyak mata.Anggraini mengelak saat perempuan itu ingin mengambil kembali bayi yang berada dalam gendongannya.“Ini Dinda. Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu siapanya dia? Mana Ibu Septi?” tanya Anggraini menyebutkan nama ibunya Merry.“Ape hal kau kata ni? Aku tak paham apa cakap kau tu. Kalau tak bagi anak aku sekarang juga, aku akan report kau ke polis!” ancamnya.Anggraini geleng-geleng kepala.“Sana laporkan saja! Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku sudah mendengar apa yang kamu katakan di telepon. Kamu mau bawa dia ke negaramu, tapi kamu ti

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 153

    “Jadi kamu yakin nggak mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Sophia saat mereka sedang makan siang di kediaman orang tua Sophia di Jakarta.Anggraini mengangguk.“Ya, aku mau menetap di Bandung aja deh kayaknya. Soalnya kerjaanku juga di sana kan? Di sini juga aku kayak yang bingung mau ngapain,” kata Anggraini.Anggraini mengangguk.“Iya sih. Kalau di Jakarta membuat kamu nggak nyaman, sebaiknya ditinggalin aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran meski kamu tinggal di Bandung, kamu nggak usah tinggal di rumah itu lagi. Jual aja tuh rumah. Pasti kamu juga nggak pengen teringat terus tentang mereka kan? Sudahlah, buka lembaran baru saja. Kalau kamu setuju, entar aku bantu jualkan rumah itu,” kata Sophia menjelaskan.Anggraini mengangguk.“Iya makanya itu aku lebih pilih ngontrak dulu sebelum aku dapat rumah baru. Entar kalau rumahnya laku dijual aku cari rumah lain aja,” jawab Anggraini terhadap saran sahabatnya itu.“Nah gitu donk! Jadi habis makan kita jadi ke pengadilan agama nih?” “Beso

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 152

    Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Merry. Bahkan begitu mereka keluar dari dalam mobil, nenek Shakila yang juga merupakan ibu dari Merry itu langsung menyambut cucu-cucunya. “Kila, kamu sudah besar, Nak? Peluk nenek!” pinta wanita itu. Shakila mundur beberapa langkah dan kini bersembunyi di belakang tubuh Anggraini. Wanita itu menatap Anggraini. Tersungging seulas senyum di bibirnya. Entahlah, sekilas Anggraini merasa kalau senyum itu berbeda, menimbulkan kesan sinis. “Maaf, kamu istri pertamanya Teguh?” tanya wanita itu. Anggraini membenarkan meski dalam hati ia cukup terkejut mengetahui bahwa perempuan itu mengetahui bahwa dia adalah istri tua dari Teguh. “Iya, benar. Kenapa ibu tahu?” tanya Anggraini dengan nada sedikit tidak suka. Bagaimana tidak? Anggraini heran dengan kenyataan bahwa ibu ini seperti perempuan tidak tahu malu yang telah menikahkan putrinya pada suami orang lain. Bahkan Anggraini bisa melihat foto figura besar di ruang tamu rumah it

DMCA.com Protection Status