Asyif berdiri dengan sigap mengeluarkan kursi untuk diduduki oleh wanita tersebut. Sikap dan etika yang biasa ditunjukkan oleh pria-pria gentleman di luar negeri.“Oh, terimakasih,” ucap wanita itu dengan nada senang kemudian duduk dengan manis.Setelah melakukan hal tersebut Asyif kemudian kembali ke tempat duduknya.“Sudah lama?” Perempuan itu kembali mengulangi pertanyaannya.Asyif tersenyum.“Belum, baru nyampai juga,” jawab Asyif.Wanita cantik itu melihat ke sekeliling. Asyif yang peka langsung memberi isyarat pada waiters yang berada di meja bar untuk datang ke meja mereka.“Mau pesan minuman apa?” tanya Asyif mewakili sang waiters bertanya pada perempuan itu.Perempuan itu pun menyebutkan salah satu menu minuman di daftar menu.“Kamu sudah?” tanyanya balik.Asyif menunjukkan gelas minuman di genggamannya dan wanita itu pun menertawakan dirinya sendiri yang menanyakan pertanyaan basa-basi itu padahal dia sendiri sudah melihat ada minuman di depan Asyif.Sambil menunggu waiters
Abi, Ummi dan Nenek Asyif baru saja selesai menunaikan sholat subuh bersama. Tak hanya mereka saja, bahkan perawat lansia baru yang mengurusi sang nenek ikut serta dalam ibadah sholat subuh berjamaah itu.Justru Asyiflah yang tidak ikut serta dalam ibadah fardu itu, membuat sang nenek yang biasa dipanggil Ibu Haji itu bertanya-tanya atas absennya cucunya itu dalam sholat berjamaah itu.“Aku kira tadi malam kamu bilang Asyif sudah pulang dari Pangandaran,” kata sang nenek pada ibunya Asyif yang juga merupakan putrinya itu.Ibu Asyif bergerak mendekat dan menjawab di telinga neneknya Asyif agar wanita tua itu mendengar apa yang akan dikatakannya.“Memang sudah. Tapi tadi malam dia langsung pergi lagi. Katanya ada urusan pekerjaan dan aku tidak tahu dia pulang jam berapa, Bu. Mungkin pulang tengah malam lagi,” kata ibunya Asyif dengan intonasi suara yang cukup tinggi.Neneknya Asyif lantas geleng-geleng kepala.“Pekerjaan apa sampai malam-malam segala. Hartati, kau harus lebih memperha
Teguh turun dari taksi yang sedari tadi membawa ia dari airport menuju sebuah gedung tempat diadakannya event bisnis tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan besar se-Asia Tenggara.Di antara kisruh rumah tangga yang tengah dihadapinya, Teguh yang sedang bercuti selama satu minggu di Indonesia itu akhirnya bertolak lagi ke Singapura meski urusannya dengan Anggraini belum selesai.Selama beberapa hari sejak kejadian di Pangandaran, Teguh langsung pulang ke Jakarta dan menunggu Anggraini di rumah mereka, namun perempuan itu tak kunjung datang. Ponselnya bahkan tidak bisa dihubungi.Ya, tentu saja. Anggraini saat ini pasti sedang bersembunyi. Dia pasti takut pada Teguh setelah perbuatannya berselingkuh dengan Asyif tertangkap basah oleh suaminya sendiri. Sudah sewajarnya Anggraini takut pulang dan Teguh berjanji tidak akan pernah mengampuni perempuan itu.Kalau bukan karena ingin menghadiri event bisnis yang hanya diadakan sekali dalam setahun ini sudah pasti Teguh akan me
“We as the event committee apologize for the disturbances and errors that occurred at this time. Let's continue this event again.”Teguh dan Mr. Collin sudah berada di belakang panggung saat MC acara memohon maaf atas insiden yang terjadi beberapa waktu lalu.“Tolong, kami butuh penjelasan apa yang sedang terjadi sebenarnya saat ini. Bagaimana mungkin ada hal memalukan di saat-saat sepenting ini?” protes Mr. Collin pada penanggung jawab acara.“Kami benar-benar memohon maaf atas apa yang terjadi, tapi staf kami pun tidak tahu apa-apa. Mereka hanya menjalankan tugas mereka, yaitu memutar cuplikan yang memang sudah disetor oleh pihak perusahaan saat kami memilih nominator untuk penghargaan ini,” jawab penanggung jawab acara itu.“Maksudmu, pihak perusahaan kami yang dengan sengaja memberikan cuplikan-cuplikan adegan tak senonoh itu untuk diputar di event seperti ini? Tidak masuk akal! Untuk apa kami melakukan hal yang bisa menghancurkan reputasi kami. Dan kau lihat sekarang apa yang ter
Teguh berjalan lunglai saat keluar dari ruang kerja bosnya. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya hari ini. “Begini saja, Teguh. Aku sebagai bosmu tidak memutuskan salah atau benarnya dirimu saat ini. Yang pasti untuk saat ini, tolong dengarkan diriku. Beristirahatlah dulu di rumah atau di apartemenmu, sampai situasi ini benar-benar membaik,” kata Mr. Collin.“Beristirahat? Apa maksudnya itu, Mr. Collin? Aku baru saja kembali dari berlibur selama satu minggu ini, dan sekarang kau menyuruhku untuk berlibur lagi?” jawab Teguh tak setuju.“Lalu apa maumu? Tolong jangan membuat ini semakin sulit untukku. Kita sudah jadi pusat perhatian hari ini dengan prestasi yang dicapai oleh semua pihak di perusahaan kita. Tapi lihat? Dalam sekejap mata kau juga yang telah membuat kita kehilangan reputasi kita. Astaga, aku benar-benar berharap itu bukan dirimu, tapi setelah melihat video yang beredar ini … hufft … aku sampai kehabisan kata-kata. Dan sekarang kau masih mempertany
“Oh, silahkan duduk!”Mr. Collin mempersilahkan Asyif duduk setelah ia memperkenalkan dirinya juga. Pria itu tampak tidak siap dan sedikit gugup tidak seperti biasanya.“Aku tidak mengira kalau ini adalah saat yang tepat untuk menerima tamu besar seperti anda. Harusnya anda memberi tahu kedatangan anda terlebih dahulu sehingga kami bisa memberi sambutan yang lebih layak dari ini,” kata Mr. Collin merasa tidak enak hati.“Maaf, jika tidak memberi tahu anda sebelumnya. Kebetulan saya juga dapat undangan di event yang sama dengan anda tadi. Dan berketepatan ada Eve, saya jadi terpikir untuk mampir ke sini,” jawab Asyif.Mr. Collin melirik Eve.“Tunggu dulu, apa sebelumnya kalian saling mengenal?” tanyanya bingung.“Ya, kami telah lama saling kenal. Kami bersahabat,” jawab Asyif cepat sebelum Eve mendahuluinya.Gadis itu sedikit bingung dengan jawaban Asyif. Masalahnya mereka bahkan baru bertemu kemarin malam, itu pun asisten Asyif yang terlebih dahulu menghubunginya dan mengatur janji te
Teguh mendorong Asyif hingga pria itu benar-benar terpojok di dinding gedung Stairway Sky itu. Namun khawatir tindakannya mengundang perhatian pihak lain, ia menarik kembali Asyif ke bagian samping gedung.“Katakan padaku, B*jingan! Kau yang merencanakan ini semua? Kau yang berusaha menjatuhkan nama dan harga diriku di acara itu dan kini kau berusaha menemui bosku? Katakan! Katakan apa maumu! Kenapa kau ada di sini?!” desak Teguh sambil mencengkram keras kerah baju Asyif.Asyif berada di posisi yang tidak menguntungkan. Dia merasa ruang geraknya terbatas kali ini.“Dan satu lagi, kau bawa dan kamu sembunyikan di mana Anggraini?” lanjut Teguh bertanya dengan sorot mata berapi-api seakan siap membakar orang yang berada di hadapannya ini.Asyif meraih lengan Teguh yang sedang mencengkram erat kerah bajunya. Lalu dengan genggaman tak kalah keras, Asyif memaksa tangan itu untuk melepaskan kerah bajunya.“Yang pertama kuberi tahu kamu untuk tidak penasaran dengan setiap urusan orang lain. K
Merry menutup panggilan teleponnya dengan Teguh wajah lesu. Ia duduk terhenyak di depan lemari sambil bersandar pada papan ranjang. Di hadapannya ada sebuah laptop yang layarnya menampilkan sebuah vidio asusila yang terjeda oleh fitur ‘Pause’. Sementara itu di sekitarnya banyak kepingan kaset VCD yang berserakan. Ya, ia baru saja menonton rekaman video asusila suaminya sendiri.Sudah beberapa hari sejak mereka pulang dari Pangandaran. Entah ada masalah apa tapi yang jelas, liburan keluarga kecil mereka sepertinya tidak berjalan indah seperti yang telah direncanakan.Teguh sejak bertemu dengan pria yang menabrak mobil Tari waktu itu, terlihat berbeda. Suaminya itu tampak begitu mengkhawatirkan. Emosinya tak dapat dikendalikan. Bahkan yang tak habis dimengerti oleh Merry, Teguh berusaha menemui pria itu sampai-sampai mengabaikan dirinya dengan Shakilla, dan pulang-pulang dia sudah dalam kondisi babak belur dan mengajak Merry dan Shakilla untuk pulang ke Bandung.Namun, begitu sampai di