“Oh, silahkan duduk!”Mr. Collin mempersilahkan Asyif duduk setelah ia memperkenalkan dirinya juga. Pria itu tampak tidak siap dan sedikit gugup tidak seperti biasanya.“Aku tidak mengira kalau ini adalah saat yang tepat untuk menerima tamu besar seperti anda. Harusnya anda memberi tahu kedatangan anda terlebih dahulu sehingga kami bisa memberi sambutan yang lebih layak dari ini,” kata Mr. Collin merasa tidak enak hati.“Maaf, jika tidak memberi tahu anda sebelumnya. Kebetulan saya juga dapat undangan di event yang sama dengan anda tadi. Dan berketepatan ada Eve, saya jadi terpikir untuk mampir ke sini,” jawab Asyif.Mr. Collin melirik Eve.“Tunggu dulu, apa sebelumnya kalian saling mengenal?” tanyanya bingung.“Ya, kami telah lama saling kenal. Kami bersahabat,” jawab Asyif cepat sebelum Eve mendahuluinya.Gadis itu sedikit bingung dengan jawaban Asyif. Masalahnya mereka bahkan baru bertemu kemarin malam, itu pun asisten Asyif yang terlebih dahulu menghubunginya dan mengatur janji te
Teguh mendorong Asyif hingga pria itu benar-benar terpojok di dinding gedung Stairway Sky itu. Namun khawatir tindakannya mengundang perhatian pihak lain, ia menarik kembali Asyif ke bagian samping gedung.“Katakan padaku, B*jingan! Kau yang merencanakan ini semua? Kau yang berusaha menjatuhkan nama dan harga diriku di acara itu dan kini kau berusaha menemui bosku? Katakan! Katakan apa maumu! Kenapa kau ada di sini?!” desak Teguh sambil mencengkram keras kerah baju Asyif.Asyif berada di posisi yang tidak menguntungkan. Dia merasa ruang geraknya terbatas kali ini.“Dan satu lagi, kau bawa dan kamu sembunyikan di mana Anggraini?” lanjut Teguh bertanya dengan sorot mata berapi-api seakan siap membakar orang yang berada di hadapannya ini.Asyif meraih lengan Teguh yang sedang mencengkram erat kerah bajunya. Lalu dengan genggaman tak kalah keras, Asyif memaksa tangan itu untuk melepaskan kerah bajunya.“Yang pertama kuberi tahu kamu untuk tidak penasaran dengan setiap urusan orang lain. K
Merry menutup panggilan teleponnya dengan Teguh wajah lesu. Ia duduk terhenyak di depan lemari sambil bersandar pada papan ranjang. Di hadapannya ada sebuah laptop yang layarnya menampilkan sebuah vidio asusila yang terjeda oleh fitur ‘Pause’. Sementara itu di sekitarnya banyak kepingan kaset VCD yang berserakan. Ya, ia baru saja menonton rekaman video asusila suaminya sendiri.Sudah beberapa hari sejak mereka pulang dari Pangandaran. Entah ada masalah apa tapi yang jelas, liburan keluarga kecil mereka sepertinya tidak berjalan indah seperti yang telah direncanakan.Teguh sejak bertemu dengan pria yang menabrak mobil Tari waktu itu, terlihat berbeda. Suaminya itu tampak begitu mengkhawatirkan. Emosinya tak dapat dikendalikan. Bahkan yang tak habis dimengerti oleh Merry, Teguh berusaha menemui pria itu sampai-sampai mengabaikan dirinya dengan Shakilla, dan pulang-pulang dia sudah dalam kondisi babak belur dan mengajak Merry dan Shakilla untuk pulang ke Bandung.Namun, begitu sampai di
Merry terpekur untuk beberapa waktu lamanya memikirkan apa yang ada di hadapannya saat ini. Ini masih tidak masuk akal baginya. Ini tidak mungkin Mas Teguhnya.Video itu terlihat sudah lama, karena Teguh masih terlihat jauh lebih muda daripada yang sekarang. Hati Merry bertanya-tanya dengan siapa Teguh melakukan itu? Apa itu mantan pacarnya?Dari video yang dia lihat lawan main dalam Teguh dalam video asusila itu terlihat seperti wanita Jepang dengan mata sipit dan kulit putih sebagaimana kebanyakan orang-orang dari sana.Merry memijat kepalanya yang sakit. Matanya jelalatan melihat kaset yang bertebaran di sekitarnya. Cover-cover dalam kotak kaset itu jelas-jelas menunjukkan gambar dengan visual ero*is. Beberapa ada yang menampilkan wajah Teguh, sementara beberapa lagi menampilkan wajah orang lain.Dengan tak sabar Merry mencoba meraih lagi kaset yang lain dan memutarnya di laptop. Lagi-lagi video dengan bintang utamanya Teguh namun kali ini dengan wanita berbeda. Masih penasaran den
“Bagaimana misimu di sana? Apa semua berjalan lancar?” tanya Anggraini.“Kau jawab pertanyaanku dulu, baru nanti akan menjawab pertanyaanmu. Katakan padaku sekarang kamu ada di mana. Sophia bilang kamu kembali ke Bandung, apa benar?” tanya Asyif.Pria itu kini sedang dalam berada dalam sebuah taksi yang akan membawanya ke hotel tempat dia menginap.“Ya, aku memang balik lagi ke Bandung. Ada hal yang harus aku lakukan,” kata Anggraini.“Astaga, kenapa kau balik ke sana? Aku mengantarmu dan memastikan kau berada di tempat yang aman dan ada yang menjagamu tapi kau malah pergi dan tidak mempedulikan kesehatanmu. Apa kau kira kau ini adalah wonder women?” omel Asyif di telepon.Anggraini menggelengkan kepalanya.“Tidak, aku hanya tidak ingin keluarga Sophia merasa terganggu jika Mas Teguh datang ke sana untuk mencariku lagi. Terakhir kali dia datang dia membuat keributan. Itu sebabnya aku balik ke Bandung. Aku juga tidak mungkin lagi ke rumah aku dan Mas Teguh kan?”Asyif terdiam sejenak d
Anggraini pelan-pelan datang menghampiri Merry. Hatinya sedikit waswas akan kehadiran Teguh meskipun dia tahu saat ini Teguh masih berada di Singapura.“Kamu mau kemana?” tanya Anggraini setelah jarak mereka tinggal sedikit lagi dekat.Pandangan Anggraini tertuju pada kantong plastik hitam besar yang tergelantung pada stang sepeda motor tersebut.“Oh ini, aku …”Merry melirik pada Anggraini yang kelihatannya sangat penasaran dengan apa yang dibawanya itu.“Kamu nggak bermaksud kabur dari rumah kan?” tebak Anggraini dengan mata memicing curiga pada Merry.“Hahaha, ya nggaklah. Astaga, kok pikiran kamu bisa sampai ke sana sih,” kekeh Merry yang tak habis pikir dengan kecurigaan Anggraini itu.“Mata kamu sembab,” gumam Anggraini.Anggraini pastinya tahu apa yang membuat mata Merry terlihat bengkak dan sembab. Wanita itu pastinya merasa terpukul dan syok karena informasi yang dia berikan sebagai penelepon misterius itu.Merry buru-buru mengusap matanya. Perasaan dia sudah mencuci wajahnya
“Kila, kamu mau apa?” tanya Anggraini pada Shakila yang terlihat celingak-celinguk.Anggraini meminjamkan bocah itu ponselnya untuk menonton video anak-anak selama menunggu Merry pulang. Namun, nyatanya Shakila masih tetap gelisah.“Bunda kemana? Kenapa elum pulang?” tanyanya sambil menguap.Anggraini juga tidak mengerti. Kata Merry dia hanya sebentar saja, tapi nyatanya ini sudah hampir dua jam berlalu, istri muda suaminya itu belum datang juga.“Bentar lagi bundanya Kila pasti pulang kok. Kila memangnya mau apa? Mau tidur ya? Kila ngantuk?” tanya Anggraini.Shakila mengangguk sambil menguap.Anggraini melihat ponselnya untuk melihat jam berapa saat ini. Ini sudah siang, pantas saja. Ini sepertinya sudah masuk jam tidur Shakila.“Kalau gitu, Kila bobo di sini aja dulu ya. Nanti kalau bunda pulang pasti Kila dibangunin,” kata Anggraini mencoba menenangkan Shakila.Tanpa menunggu persetujuan gadis kecil itu. Anggraini pun menepuk-nepuk bantal dan menyuruh Shakila untuk merebahkan kepal
Anggraini tersenyum kecut dengan pertanyaan balik yang dilayangkan oleh Merry padanya. Bertemu dan membicarakan ini dengan istri kedua suaminya kata Merry?Anggraini mengangkat pundaknya sebelum dia menjawab pertanyaan Merry itu.“Entahlah, aku tidak punya ide melakukan itu. Memangnya kamu pernah mendengar ada istri pertama yang mendatangi istri kedua suaminya dan membicarakan tentang masalah mereka baik-baik? Aku rasa kalau pun ada yang ingin menemui istri kedua suaminya itu bukan ingin berbicara dari ke hati, tetapi malah ingin melabraknya. Aku pun pasti akan begitu, kalau kamu?” tanya Anggraini sembari menatap wajah Merry lekat-lekat.Ditanyai dengan pertanyaan seperti itu oleh Anggraini membuat Merry salah tingkah. Ia pun menjauhkan pandangannya dari Anggraini yang dia pikir tidak tahu mengenai status perkawinannya dengan suaminya saat ini.“Jika kau yang jadi istri pertama, kau begitu amat mencintai suamimu selama bertahun-tahun lamanya, setia padanya dalam suka dan dukaz tiba-ti