“Anggre, kamu benar baik-baik aja? Astaga, kamu diapain sama Teguh sih sampai masuk rumah sakit segala?” tanya Sophia sesaat setelah dia kembali masuk ke dalam rumah usai mengantar kepergian Asyif sampai depan rumah.Ibunya Sophia ikut menanti jawaban dari Anggraini dengan penuh perhatian. Pasalnya kemarin sore suami dari sahabat putrinya itu mendatangi rumah mereka dengan marah-marah. Pria itu memaksa Sophia untuk memberi tahu hubungan perselingkuhan istrinya dengan pria yang sepertinya baru saja mengantar Anggraini itu.Anggraini mengangkat pundaknya seakan tak memiliki kata yang tepat untuk menjawab rasa penasaran Sophia dan ibunya itu.Sophia gegas memeriksa Anggraini sambil tangannya mengeluks beberapa bagian di tubuh Anggraini termasuk punggung dan lengannya.“Aghh …” rintih Anggraini saat tangan sahabatnya tersebut menyentuh punggungnya.“Astaga, dia memukulmu di sini? Di punggung?” pekik Sophia.Anggraini tersenyum simpul. Ia tak berniat menjelaskan lebih rinci bahwa yang sebe
Asyif tiba di rumahnya ketika adzan Isya berkumandang. Begitu turun dari taksi, pria itu segera dibukakan pintu pagar oleh security yang biasa berjaga di pos depan.“Selamat malam, Pak Hamdan!” sapa Asyif.“Eh, Mas Asyif? Tumben naik taksi? Mobilnya kemana?” tanya satpam tersebut heran.“Di bengkel, Pak,” jawab Asyif singkat. “Aku masuk ke dalam ya, Pak? Eh, ada Ummi dan Abi ya?” Sambil menanyakan itu, Asyif tetap melangkahkan kakinya tanda bahwa dia sedang terburu-buru dan tak sempat berbincang terlalu panjang dengan orang yang bertugas menjaga rumah mereka itu.“Ada kok. Bapak sama Ibu ada di dalam, Mas,” jawab Pak Hamdan.“Makasih, Pak Hamdan.”Saat mengucapkan terimakasih pada pria itu, Asyif telah sampai di teras tepat di depan pintu rumah. Bisa dibayangkan seberapa panjang kaki yang ia punya hingga jarak 10 meter dari pagar ke teras ditempuh hanya dengan beberapa langkah saja baginya.Begitu sampai di depan pintu, belum sempat Asyif mengetuk pintu, pintu itu sudah ada yang mem
Asyif berdiri dengan sigap mengeluarkan kursi untuk diduduki oleh wanita tersebut. Sikap dan etika yang biasa ditunjukkan oleh pria-pria gentleman di luar negeri.“Oh, terimakasih,” ucap wanita itu dengan nada senang kemudian duduk dengan manis.Setelah melakukan hal tersebut Asyif kemudian kembali ke tempat duduknya.“Sudah lama?” Perempuan itu kembali mengulangi pertanyaannya.Asyif tersenyum.“Belum, baru nyampai juga,” jawab Asyif.Wanita cantik itu melihat ke sekeliling. Asyif yang peka langsung memberi isyarat pada waiters yang berada di meja bar untuk datang ke meja mereka.“Mau pesan minuman apa?” tanya Asyif mewakili sang waiters bertanya pada perempuan itu.Perempuan itu pun menyebutkan salah satu menu minuman di daftar menu.“Kamu sudah?” tanyanya balik.Asyif menunjukkan gelas minuman di genggamannya dan wanita itu pun menertawakan dirinya sendiri yang menanyakan pertanyaan basa-basi itu padahal dia sendiri sudah melihat ada minuman di depan Asyif.Sambil menunggu waiters
Abi, Ummi dan Nenek Asyif baru saja selesai menunaikan sholat subuh bersama. Tak hanya mereka saja, bahkan perawat lansia baru yang mengurusi sang nenek ikut serta dalam ibadah sholat subuh berjamaah itu.Justru Asyiflah yang tidak ikut serta dalam ibadah fardu itu, membuat sang nenek yang biasa dipanggil Ibu Haji itu bertanya-tanya atas absennya cucunya itu dalam sholat berjamaah itu.“Aku kira tadi malam kamu bilang Asyif sudah pulang dari Pangandaran,” kata sang nenek pada ibunya Asyif yang juga merupakan putrinya itu.Ibu Asyif bergerak mendekat dan menjawab di telinga neneknya Asyif agar wanita tua itu mendengar apa yang akan dikatakannya.“Memang sudah. Tapi tadi malam dia langsung pergi lagi. Katanya ada urusan pekerjaan dan aku tidak tahu dia pulang jam berapa, Bu. Mungkin pulang tengah malam lagi,” kata ibunya Asyif dengan intonasi suara yang cukup tinggi.Neneknya Asyif lantas geleng-geleng kepala.“Pekerjaan apa sampai malam-malam segala. Hartati, kau harus lebih memperha
Teguh turun dari taksi yang sedari tadi membawa ia dari airport menuju sebuah gedung tempat diadakannya event bisnis tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan besar se-Asia Tenggara.Di antara kisruh rumah tangga yang tengah dihadapinya, Teguh yang sedang bercuti selama satu minggu di Indonesia itu akhirnya bertolak lagi ke Singapura meski urusannya dengan Anggraini belum selesai.Selama beberapa hari sejak kejadian di Pangandaran, Teguh langsung pulang ke Jakarta dan menunggu Anggraini di rumah mereka, namun perempuan itu tak kunjung datang. Ponselnya bahkan tidak bisa dihubungi.Ya, tentu saja. Anggraini saat ini pasti sedang bersembunyi. Dia pasti takut pada Teguh setelah perbuatannya berselingkuh dengan Asyif tertangkap basah oleh suaminya sendiri. Sudah sewajarnya Anggraini takut pulang dan Teguh berjanji tidak akan pernah mengampuni perempuan itu.Kalau bukan karena ingin menghadiri event bisnis yang hanya diadakan sekali dalam setahun ini sudah pasti Teguh akan me
“We as the event committee apologize for the disturbances and errors that occurred at this time. Let's continue this event again.”Teguh dan Mr. Collin sudah berada di belakang panggung saat MC acara memohon maaf atas insiden yang terjadi beberapa waktu lalu.“Tolong, kami butuh penjelasan apa yang sedang terjadi sebenarnya saat ini. Bagaimana mungkin ada hal memalukan di saat-saat sepenting ini?” protes Mr. Collin pada penanggung jawab acara.“Kami benar-benar memohon maaf atas apa yang terjadi, tapi staf kami pun tidak tahu apa-apa. Mereka hanya menjalankan tugas mereka, yaitu memutar cuplikan yang memang sudah disetor oleh pihak perusahaan saat kami memilih nominator untuk penghargaan ini,” jawab penanggung jawab acara itu.“Maksudmu, pihak perusahaan kami yang dengan sengaja memberikan cuplikan-cuplikan adegan tak senonoh itu untuk diputar di event seperti ini? Tidak masuk akal! Untuk apa kami melakukan hal yang bisa menghancurkan reputasi kami. Dan kau lihat sekarang apa yang ter
Teguh berjalan lunglai saat keluar dari ruang kerja bosnya. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya hari ini. “Begini saja, Teguh. Aku sebagai bosmu tidak memutuskan salah atau benarnya dirimu saat ini. Yang pasti untuk saat ini, tolong dengarkan diriku. Beristirahatlah dulu di rumah atau di apartemenmu, sampai situasi ini benar-benar membaik,” kata Mr. Collin.“Beristirahat? Apa maksudnya itu, Mr. Collin? Aku baru saja kembali dari berlibur selama satu minggu ini, dan sekarang kau menyuruhku untuk berlibur lagi?” jawab Teguh tak setuju.“Lalu apa maumu? Tolong jangan membuat ini semakin sulit untukku. Kita sudah jadi pusat perhatian hari ini dengan prestasi yang dicapai oleh semua pihak di perusahaan kita. Tapi lihat? Dalam sekejap mata kau juga yang telah membuat kita kehilangan reputasi kita. Astaga, aku benar-benar berharap itu bukan dirimu, tapi setelah melihat video yang beredar ini … hufft … aku sampai kehabisan kata-kata. Dan sekarang kau masih mempertany
“Oh, silahkan duduk!”Mr. Collin mempersilahkan Asyif duduk setelah ia memperkenalkan dirinya juga. Pria itu tampak tidak siap dan sedikit gugup tidak seperti biasanya.“Aku tidak mengira kalau ini adalah saat yang tepat untuk menerima tamu besar seperti anda. Harusnya anda memberi tahu kedatangan anda terlebih dahulu sehingga kami bisa memberi sambutan yang lebih layak dari ini,” kata Mr. Collin merasa tidak enak hati.“Maaf, jika tidak memberi tahu anda sebelumnya. Kebetulan saya juga dapat undangan di event yang sama dengan anda tadi. Dan berketepatan ada Eve, saya jadi terpikir untuk mampir ke sini,” jawab Asyif.Mr. Collin melirik Eve.“Tunggu dulu, apa sebelumnya kalian saling mengenal?” tanyanya bingung.“Ya, kami telah lama saling kenal. Kami bersahabat,” jawab Asyif cepat sebelum Eve mendahuluinya.Gadis itu sedikit bingung dengan jawaban Asyif. Masalahnya mereka bahkan baru bertemu kemarin malam, itu pun asisten Asyif yang terlebih dahulu menghubunginya dan mengatur janji te