"Masyaallah, gagahnya anak Ummi," puji Ummi kala melihat Asyif sudah berpakaian rapi.Pria matang itu memang terlihat sangat tampan dalam balutan baju batik yang dipakainya dalam resepsi pernikahan Sahira."Iyalah. Anaknya Ummi sudah pasti tidak boleh diragukan lagi kegantengannya," kekeh Asyif sembari menyisir rambutnya di depan cermin.Reaksi kagum yang ditujukan Ummi tadi langsung berubah menjadi cibiran."Ganteng doank tapi nggak laku," ledek Ummi.Asyif spontan tertawa mendengar bahasa Ummi yang seperti anak muda itu. Entah dari mana Ummi dapat kosa kata 'doank' itu."Hahaha, bukan nggak laku, Ummi. Belum ketemu aja jodohnya," jawab Asyif ngeles."Heleh, alasan aja kamu tuh! Kalau memang laku, coba buktikan sama Ummi!" "Ya sabarlah, Ummi. Gitu doank minta buktikan segala, huuu!!" Asyif memonyongkan mulutnya."Ya iyalah. Katanya laku, coba buktikan kamu bisa dapat perempuan di pestanya Sahira nanti. Pasti banyak tuh temannya Sahira dan keluarga, atau kenalannya suaminya Sahira ya
Asyif buru-buru masuk ke dalam lift setelah pengancaman yang dilakukan Anggraini kepadanya. Gadis itu benar-benar gila. Dan yang benar-benar lebih gila dan tak habis pikir bagi Asyif adalah kenyataan bahwa dirinya memang benar-benar terancam oleh Anggraini padahal perempuan itu bukanlah siapa-siapa dalam hidupnya. Ternyata bukan hanya kehadiran Anggraini di hotel itu yang menjadi surprise bagi Asyif, melainkan pada saat lift yang dia tumpangi turun persis di lantai bawahnya, Asyif speechless tiba-tiba melihat siapa yang masuk ke dalam lift.Orang yang masuk itu awalnya tidak terlalu memperhatikan Asyif, namun beberapa detik saat bola mata keduanya bertemu, pria itu pun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Mereka saling tatap sejenak, lalu pria yang baru masuk itu mencoba menguasai keterkejutannya dengan bersikap seolah mereka tak pernah saling kenal sebelumnya.Teguh adalah pria yang baru saja masuk ke dalam lift itu."Tutup pintu liftnya, Ayah. Kila mau tulun ke bawah," oceh boc
"Bagaimana? Kau mulai ragu sekarang?" tanya Asyif sinis manakala Anggraini tak segera menjawab apa yang baru saja diucapkannya.Anggraini menarik napas panjang dan berat. Sungguh ini adalah hal yang berat untuk dia putuskan, namun sejak Anggraini telah memutuskan untuk membalas dendam pada Teguh, Anggraini sadar dia memang sudah seharusnya tak boleh setengah-setengah. Tak bisa juga mundur. Harus maju apa pun yang terjadi, karena sesungguhnya ia sendiri ingin melihat Teguh jatuh dan hancur karena perbuatannya sendiri."Ah, sial! Harusnya aku tidak boleh percaya pada mulut wanita. Kalian adalah makhluk plin plan yang hari ini bisa berkata A besok bisa jadi berkata B. Baiklah, lupakan saja. Kau pulang saja, atau kau temui Teguh dan bicara baik-baik dengannya. Siapa tahu rumah tangga kalian masih bisa diselamatkan," ucap Asyif sedikit kesal.Pria itu berbalik badan siap meninggalkan Anggraini dan pergi menghadiri acara pernikahan Sahira. Namun tiba-tiba Anggraini menarik ujung baju belaka
"Asyif, kenapa kau lama sekali? Aku sudah lama menunggu di luar sini, tapi kamu nggak keluar-keluar juga dari dalam," kata Anggraini sebal.Asyif melipat tangannya di depan dada dan menatap Anggraini dengan tatapan menghakimi tanpa berkata apa pun."Baiklah, biar aku beritahu kamu ya. Aku tuh sebenarnya nggak pengen ke sini, tapi aku terpaksa," kata Anggraini menjawab tatapan itu.Anggraini sangat ingat betul pesan Asyif yang menyuruh ia untuk tinggal di kamar saja dan tak perlu keluar kamar."Oh, ya? Terpaksa bagaimana maksudnya?" balas Asyif tak percaya.Anggraini menghela napas melihat ekspresi Asyif yang nampak jelas tidak percaya padanya itu."Mungkin kau tidak percaya ini. Ada yang mengetuk kamar, lalu aku membukanya. Setelah aku membukanya ternyata tidak ada siapa-siapa di sana. Dan sialnya saat aku mau balik lagi ke kamar, pintu kamarnya tiba-tiba sudah tertutup dan tak bisa dibuka sama sekali," tutur Anggraini menjelaskan.Asyif masih tak bergeming menatapnya."Serius, aku ti
“Jalaang!! Bangsaat! Pela*ur!!” Kata-kata makian yang merendahkan bangsa perempuan itu keluar begitu saja dari mulut Teguh.Siapa suami yang tidak akan melakukan hal yang sama saat mendengar pengakuan dari mulut istrinya sendiri kalau dirinya berselingkuh? Anggraini bereaksi datar mendengar makian Teguh terhadap dirinya. Tak ada perasaan marah, benci, atau kecewa saat mendengar kata-kata kasar itu keluar dari mulut lelaki yang pernah dia cintai selama bertahun-tahun itu. Semua perasaan itu sirna berganti dengan rasa masa bodo.Anggraini kembali berbalik ke arah Asyif dan membantu lelaki itu berdiri.“Ayo, berdirilah! Aku akan membantumu,” kata Anggraini lembut antara merasa bersalah dan kasihan.Meski tidak sepenuhnya memaklumi tindakan Asyif itu saat memeluknya, namun akhirnya Anggraini mengerti motivasi pria itu melakukannya. Tentu saja Asyik berniat memprovokasi Teguh dan ingin membuatnya cemburu.Anggraini sedikitpun tak pernah punya keinginan untuk membuat Teguh cemburu dengan m
“Bun, Kila lapal (lapar),” rengek Shakila sambil memasang ekspresi wajah memelas pada Merry.Gadis kecil berusia tiga tahunan itu mengelus-elus perutnya untuk mengekspresikan pada ibunya bahwa dia benar-benar lapar.Merry tersenyum meski raut wajahnya tak bisa menyembunyikan keresahannya karena Teguh belum juga kembali pasca mereka gagal sarapan di resto hotel.“Tunggu sebentar lagi ya. Pasti ayah pulang akan bawa makanan buat Kila dan Bunda,” jawab Merry sambil membelai kepala putrinya itu.“Tapi Kila pengen pilih cendili makanannya,” jawab Shakila dengan lidah cadelnya.Merry menarik napas. Dia sendiri tidak begitu yakin kalau Teguh akan membawakan mereka makanan mengingat Teguh membatalkan sarapan mereka dan terburu-buru pergi setelah pertemuan mereka di lift dengan pria yang sudah menabrak mobil Tari beberapa hari yang lalu.Merry punya kekhawatiran kalau Teguh sengaja turun ke bawah tanpa membawa Merry dan Shakila untuk mencari pria itu dan menyelesaikan urusan mereka.Itu sontak
“Bagaimana? Siap untuk pulang?” tanya Asyif pada Anggraini yang sedang duduk di tepi ranjang.Sudah dua hari Anggraini berada di rumah sakit. Pasca perkelahian antara Asyif dan Teguh karena dirinya berujung dengan Anggraini yang harus dilarikan ke rumah sakir oleh Asyif karena mendapat kekerasan fisik dari suaminya itu. Tendangan Asyif pada punggungnya untungnya tidak sampai menyebabkan fraktur pada tulang belakangnya. Hanya saja karena hal itu Anggraini terpaksa harus dirawat dan beristirahat di rumah sakit selama dua hari. Kedatangannya ke Pangandaran untuk menyusul Asyif dan menyusun rencana-rencana membalas suaminya berakhir berantakan dan amburadul.Anggraini melihat Asyif yang berjalan mendekati ranjangnya. Pria itu sepertinya baru saja menyelesaikan pembayaran dan administrasi agar Anggraini bisa keluar hari ini.“Berapa tagihan rumah sakitnya?” tanya Anggraini.Wanita itu belum terlihat cukup sehat. Pengaruh beberapa obat yang harus ia minum membuat liurnya terasa pahit dan n
“Anggre, kamu benar baik-baik aja? Astaga, kamu diapain sama Teguh sih sampai masuk rumah sakit segala?” tanya Sophia sesaat setelah dia kembali masuk ke dalam rumah usai mengantar kepergian Asyif sampai depan rumah.Ibunya Sophia ikut menanti jawaban dari Anggraini dengan penuh perhatian. Pasalnya kemarin sore suami dari sahabat putrinya itu mendatangi rumah mereka dengan marah-marah. Pria itu memaksa Sophia untuk memberi tahu hubungan perselingkuhan istrinya dengan pria yang sepertinya baru saja mengantar Anggraini itu.Anggraini mengangkat pundaknya seakan tak memiliki kata yang tepat untuk menjawab rasa penasaran Sophia dan ibunya itu.Sophia gegas memeriksa Anggraini sambil tangannya mengeluks beberapa bagian di tubuh Anggraini termasuk punggung dan lengannya.“Aghh …” rintih Anggraini saat tangan sahabatnya tersebut menyentuh punggungnya.“Astaga, dia memukulmu di sini? Di punggung?” pekik Sophia.Anggraini tersenyum simpul. Ia tak berniat menjelaskan lebih rinci bahwa yang sebe