"Apa, garis dua?" Wanita berusia dua puluh dua tahun itu menatap nanar benda berbentuk stik di tangannya. Air mata mengalir deras dari kedua netra, tubuhnya merosot begitu saja ke lantai kamar mandi. "Ya Allah, aku harus bagaimana?" bisik Maira sembari memeluk lutut. Membayangkan hidupnya yang akan hancur, mimpinya yang akan kandas membuat wanita berkulit putih dengan hidung mancung itu semakin frustrasi. "Kenapa kamu harus hidup di perutku, hah, kenapa?" Dengan penuh kebencian Maira memukul perutnya, berharap janin tak diharapkan itu segera pergi untuk mengakhiri mimpi buruknya. "Kenapa ya Allah, aku salah apa?"
View More"Bu Jaenab!"Khanza menyanggah tubuh lunglai wanita paruh baya itu."Bayi? Astaghfirullah ...."Bu Jaenab bergumam sembari berpegangan pada tembok, dia sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja diketahui. Dalam lemah wanita itu menampar pipinya sendiri, hati Bu Jaenab semakin nyeri menyadari semua bukanlah mimpi."Ayo duduk dulu, Bu."Khanza yang tak mampu menahan air mata pun memapah Bu Jaenab ke kursi tunggu, dia menatap nanar manik hitam nan keriput wanita di hadapannya."Ibu nggak ngerti, apa Maira punya pacar?" tanya Bu Jaenab sembari memijat dahi yang terasa sangat pening.Khanza menggeleng pelan. "Nggak, Bu, Maira nggak punya pacar," jawabnya dengan menahan sesak di dada."Terus? Kalau begitu siapa yang tega menghamili anakku? Apa Maira berbuat zina? Apa dia mabuk? Apa dia diam-diam melakukan perbuatan hina?"Bu Jaenab memberondong Khanza dengan pertanyaan yang membuat hatinya kian nyeri. Sebagai orang tua, dia merasa gagal mendidik anaknya.Merasa kasihan pada keluarga san
Huufttt ....'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dasar laki-laki bajingan, kenapa kamu melakukan itu, kenapa?'Dengan napas terengah-engah juga keringat yang mengucur Maira memijat pelipis, dia juga mengacak-acak rambut panjangnya sebab rasa pening di kepala. Terlebih bayangan pria yang merobek paksa selaput daranya kembali berputar di ingatan, membuat Maira ingin mencopot kepalanya agar lupa.Entah sampai kapan Maira bisa menyembunyikan semua ini dari orang tuanya. Sungguh, dengan peristiwa yang menimpanya dua bulan lalu saja sudah membuat mentalnya hancur, kini dia harus mengandung seorang bayi tanpa pernikahan di tengah-tengah sakit jantung bapaknya yang sering kumat.Biasanya, Maira akan bangun di sepertiga malam, dia akan bersujud pada Sang Pencipta, akan tetapi kondisi seperti ini, situasi yang sangat memberatkan hati membuat setan seakan-akan menguasai diri."Apa aku masih harus salat, sedangkan Engkau seperti tidak mendengar doaku, Tuhan?"Maira terisak melihat jam dinding
"Apa, garis dua?"Wanita berusia dua puluh tahun itu menatap nanar tespek dalam genggaman. Air mata mengalir deras dari kedua netra, tubuhnya merosot begitu saja ke lantai kamar mandi."Ya Allah, aku harus bagaimana?" bisik Maira sembari memeluk lutut.Membayangkan hidupnya yang akan hancur, mimpinya yang akan kandas membuat wanita berkulit putih dengan hidung mancung itu semakin frustrasi.'Kenapa kamu harus hidup di rahimku, hah, kenapa?'Dengan penuh kebencian Maira memukul perutnya, berharap janin tak diharapkan itu segera pergi untuk mengakhiri mimpi buruknya.'Kenapa ya Allah, aku salah apa?'Dada Maira sesak laksana tertindih bebatuan besar, hatinya terasa nyeri seakan-akan tertusuk belati. Entah, bagaimana dia akan menghadapi dunia jika melahirkan seorang bayi tanpa tahu siapa ayah dari anaknya.Lama Maira menangisi nasibnya di sana, otak wanita itu tak mampu lagi berpikir jernih. Entah bagaimana dia harus menghadapi orang tuanya, bagaimana jika mereka bertanya siapa pria yang
Uweeeek.Maira memegang perutnya yang tak nyaman saat baru saja keluar dari kamar, akhir-akhir ini wanita itu sering merasa mual."Maira, ayo sarapan dulu, Nak."Wajah cantik dengan balutan hijab syar'i berwarna mocca itu langsung disambut oleh senyum manis sang ibunda."Iya, sini sarapan dulu, kebetulan Bapak juga libur, jadi bisa antar kamu ke kampus," timpal ayahnya yang sudah lebih dulu sarapan."Nggak usah Bu, Pak, aku buru-buru. Lagian Khanza bilang bakal jemput aku, dia udah di jalan kayaknya."Maira bergegas pergi, saat hendak bersalaman pada kedua orang tua, dia mencium bau masakan yang membuat perutnya kembali mual. Akan tetapi, wanita muda itu berusaha menahannya sekuat mungkin."Loh, makan aja satu suap, nanti masuk angin!" pinta Bu Jaenab setengah memaksa."Tapi, Bu__"Maira hendak menolak, tetapi Bu Jaenab yang sudah memasak nasi goreng udang kesukaan putri tunggalnya sedikit memaksa, wanita berusia akhir empat puluhan itu justru semakin mendekatkan nasi goreng ke hadapa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments