Share

Kemarahan dan Perizinan

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kamu akan menyelesaikannya, Ariana?" tanya Adnan dengan suara lirih.

Deg!

Ariana lagi-lagi berpikir keras, ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Entah kenapa pikirannya berkecamuk. Namun, wanita itu tahu apa yang harus dia lakukan.

"Nan, pertama-tama. Aku harus punya pekerjaan tetap dulu buat nyukupin kehidupanku sama anak aku. Kedua, aku harus bicara pelan-pelan dan tunggu waktu yang tepat buat ngomong soal ini. Karena aku tahu, kalo Ayahku lagi sakit. Dan sekarang, pasti dia butuh banyak biaya buat pengobatan. Aku nggak bisa seegois itu, Adnan." Ariana mengatakannya meski dadanya sendiri merasa sesak.

Adnan seketika terdiam untuk beberapa saat, dia sangat mengerti kondisi Ariana. Lelaki itu sama sekali tak berniat membuat sahabatnya tambah menderita bila nanti terjadi hal yang buruk setelah dia mengatakan masalahnya kepada keluarganya.

"Ah, iya, aku bisa mengerti kegelisahan kamu. Ya udah, gini aja. Besok, kamu aku ajak ke cafe. Kamu ng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status