Share

Bab 12

Jika aristokrat di Kota Timung tahu Doni dipeluk oleh Irene, mereka pasti akan sangat iri.

Akan tetapi, pada saat ini, Doni ....

Doni memasang kuda-kuda dengan punggung sedikit bungkuk dan memusatkan energi ke pusat energi. Mata Doni berbinar, siaga untuk melawan musuh.

Pelukan Irene tidak memberikan suasana asmara pada Doni.

Itu justru membangkitkan kembali kenangan masa kecil Doni yang menyakitkan.

Misalnya ....

Diikat ke pohon dan dijentik alat kelaminnya sebanyak seratus kali.

Irene adalah putri tunggal dari guru, belasan tahun lebih tua dari Doni. Sejak kecil, Irene sering merundung Doni.

Walau sekarang Irene sudah menjadi wanita paruh baya yang sangat memikat, di hati Doni, Irene selamanya adalah gadis iblis.

Sikap siaga Doni membuat Irene mendengkus. "Bocah sialan! Ketemu Kakak malah bersikap seperti ini. Minta dihajar, ya?"

Sambil berkata, Irene melakukan gestur tangan menjentik dan mengancam Doni.

Doni bergidik dan segera memeluk pinggang Irene. "Kak Irene, kamu sudah paruh baya, jangan terus melakukan gerakan ini lagi, oke? Nggak baik kalau dilihat kakak ipar."

Irene memutar mata dan mengetuk kepala Doni. "Dasar nggak punya hati nurani! Sudah datang ke Kota Timung bukannya cari Kakak, malah cari istrimu. Dasar payah!"

Doni menciut. 'Setidaknya, Helen adalah wanita cantik. Makhluk apa kamu?'

Doni mengalihkan topik, "Kak Irene, Guru bilang ada hal penting yang ingin Kak Irene tugaskan padaku. Apa itu?"

"Duduk." Irene menyodorkan sebotol jus untuk Doni dan mengambilkan setumpuk camilan. Lalu, Irene duduk di sofa dengan bermalasan-malasan. "Nggak usah buru-buru. Istrimu Helen Kusmoyo, ya?"

"Ya. Kak Irene kenal?"

"Pernah ketemu sekali, Dewi Es yang terkenal di Kota Timung!" Irene mengeluh, "Ayahku ini, malah menyuruhmu menikahi wanita dingin seperti itu. Dia bermain-main dengan pernikahanmu."

Doni tidak menjawab. Sebenarnya, Doni merasa wanita dingin seperti Helen cukup sesuai dengan seleranya.

"Aduh ... ada banyak gadis baik seumuran di Kota Ditus yang cocok denganmu. Kalau Kota Ditus jauh, ada Kota Siron yang dekat. Nona dari Keluarga Montana dan Keluarga Ritonga juga lumayan!"

Doni menjambak rambutnya. Semua itu terdengar seperti nona keluarga elite! Kak Irene terlalu meninggikannya.

"Kalau kamu merasa Helen nggak cocok, kasih tahu Kakak. Kakak akan carikan yang lebih baik untukmu! Sebenarnya, kamu bisa tunggu beberapa tahun lagi. Tunggu Fiona sudah dewasa, kamu jadi menantuku saja."

Doni menunduk dan tidak berkomentar.

'Gurauan apa ini?'

'Putrimu pasti juga adalah siluman yang suka menjentik alat kelamin pria!'

'Aku nggak ingin menghabiskan sisa hidupku dalam penderitaan!'

...

Setelah membahas pernikahan Doni, Irene akhirnya memulai topik utama.

Irene dengan khusyuk mengeluarkan sebuah lencana emas berukuran setengah telapak tangan dan melemparnya ke tangan Doni. "Ambil ini. Kuserahkan Istana Senorim padamu."

"Apa?" Doni terbengong.

Irene tersenyum santai.

"Istana Senorim dulunya adalah organisasi terbesar di dunia bawah tanah Dunia Timur."

"Bahkan ada cabang di Dunia Barat."

"Kekuasaannya setinggi langit dan sangat kaya."

Doni melihat bahwa ada ukiran kata "senorim" di lencana emas itu. "Istana Senorim, hebat sekali ...."

"Memang hebat ...." Irene menambahkan, "Tapi itu dulu."

"Dalam sepuluh tahun terakhir, Kakak nggak banyak urus Istana Senorim."

"Istana Senorim yang sekarang sudah berbeda jauh dengan dulu."

"Bisa dibilang sudah pecah belah dan kehilangan kejayaannya."

"Kak Irene, tunggu!" Doni berseru kaget, "Maksudmu, Istana Senorim adalah milikmu?"

"Sebelum berumur 16 tahun, Kakak membantu ayah mengurusnya selama 10 tahun. Setelah berumur 16 tahun, Kakak mengurusnya sendiri selama 10 tahun."

Doni menatap Irene dengan bengong. Doni menyesal dirinya tidak berpendidikan sehingga hanya ada kata astaga di benaknya.

Astaga!

Ternyata Kak Irene sehebat itu!

Di usia 6 tahun, Kak Irene sudah mulai mengurus organisasi super seperti Istana Senorim!

Apa yang dia lakukan di usia 6 tahun?

Sepertinya diikat di pohon dan dijentik alat kelaminnya oleh Kak Irene ....

Perbandingannya jauh sekali!

Doni sangat terpukul oleh Irene. Doni bertanya dengan suara lesu, "Bagaimana setelah itu?"

Seingat Doni, Istana Senorim masih terkenal pada belasan tahun lalu, tidak seperti sekarang.

"Setelah itu ...."

Irene bercerita dengan kesal, "Kakak nikah dengan kakak iparmu. Dia pejabat, nggak cocok kalau aku mengurus Istana Senorim lagi. Tapi nggak ada kandidat pemimpin yang cocok. Jadi, aku serahkan pada mereka. Nggak nyangka orang-orang bodoh itu malah membuatnya menjadi seperti sekarang."

"Lalu, kenapa Guru nggak urus?" tanya Doni.

"Gurumu punya hal yang lebih penting!" Ekspresi Irene menjadi serius. "Kuberi kamu waktu tiga tahun untuk mengembalikan kejayaan Istana Senorim! Ini masalah besar perguruan kita! Jangan kamu tunda. Kalau nggak, Kakak nggak akan ampuni kamu!"

Doni tersenyum getir!

Sialan, belakangan ini aneh sekali.

Dia dengan anehnya menjadi menantu Keluarga Kusmoyo.

Dia dengan anehnya menjadi pemimpin Istana Senorim.

"Tiga tahun .... Waktunya ...."

Irene memelotot. "Nggak bisa?"

"Bisa!" Doni bergegas bersikap serius. "Tapi Kakak harus beri aku saran, 'kan? Aku nggak tahu apa-apa dan nggak punya apa-apa. Bagaimana aku bisa mengembalikan kejayaan Istana Senorim?"

Irene tersenyum. "Ini baru benar. Beni Santoso di Kota Timung dapat dipercaya. Dulu, dia adalah pelindungku dan setia kepada Istana Senorim. Kamu mulai saja dengan menaklukkan dunia bawah tanah Kota Timung."

"Hhmm, Beni Santoso. Aku ingat Kakak pernah bicarakan orang ini waktu aku masih kecil."

"Pas kamu datang hari ini. Kakak akan bawa kamu ketemu seseorang. Kalau kamu bisa menyembuhkan penyakitnya, kamu akan punya posisi absolut di Kota Timung."

"Oh? Siapa orang hebat itu?"

"Pemimpin Kota Timung, Herman Sirait."

"Oh .... Apa penyakitnya?"

"Kalau bisa didiagnosis, memangnya butuh kamu si dokter ajaib muda ini?"

Setelah itu, Irene kembali ke kamar untuk mengganti pakaian. Tubuh Irene yang seksi dibungkus gaun merah tua. Wajahnya cantik menawan, serta memiliki aura elegan dan anggun. Doni berseru dalam hati, waktu sungguh ajaib. Iblis sudah berubah menjadi wanita dewasa. Kakak ipar sungguh beruntung!

Doni mengikuti Irene ke vila No. 9.

Suasana vila itu tegang karena kondisi Herman hari ini sangat buruk. Keluarga Sirait bergegas mengundang dokter terkenal bernama Indra Jerianto untuk mendiagnosis Herman.

Pelayan Keluarga Sirait membawa Irene dan Doni ke ruang tamu, lalu pergi.

Irene menghampiri istri Herman dan berbisik, "Kak Felicia, bagaimana kondisi Tuan Herman?"

Felicia Tambunan menggelengkan kepala dan mengembuskan napas. "Lebih parah lagi."

Irene memanggil Doni ke sana dan berkata pada Felicia, "Kak Felicia, ini adik seperguruanku. Dia sangat terampil dalam ilmu kedokteran. Biar dia periksakan Tuan Herman juga."

Felicia menatap Doni dengan ragu. Muda sekali, dokter magang di rumah sakit?

"Dia masih muda, tapi sangat terampil dalam ilmu kedokteran. Beberapa rumah sakit besar bahkan mengundangnya."

"Sebenarnya .... Baiklah, biar dia periksakan."

Pada saat ini, Herman yang duduk di kursi roda didorong keluar dari kamar. Indra berdiri di samping seraya berpesan,

"Tuan Herman sakit karena terlalu banyak bekerja. Setelah sudah sembuh kali ini, Tuan Herman harus banyak istirahat."

"Sup Jamu Tujuh Bintang adalah ramuan rahasiaku, sangat manjur."

"Hanya perlu minum sekali dan didukung dengan pemeliharaan tubuh."

Herman mengangguk dengan lemas. "Terima kasih banyak, Dokter Indra."

Tepat saat itu, pelayan Keluarga Sirait membawakan semangkuk rebusan obat untuk Herman.

"Tunggu! Dokter gadungan mana yang kasih obat ini?" Doni mengendus-ngendus dan berteriak, "Jangan minum! Bisa mati!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status