Di Klub Anugerah, markas Beni Santoso.Saat ini adalah waktu di mana bisnis klub hiburan paling ramai. Pria dan wanita yang berpakaian mewah keluar masuk di pintu klub malam yang diterangi lampu neon. Bahkan banyak gadis atau wanita berpakaian minim yang berkeliaran di depan pintu klub. Jika ada pria yang sendirian, mereka akan mendekat untuk memulai percakapan.Begitu melihat Doni, seorang gadis yang memakai rok mini segera maju. Akan tetapi, gadis itu dihentikan oleh seorang wanita dengan gaun ketat di samping."Mawar, jangan ke sana. Kamu sepertinya butuh kaca mata! Dia kelihatan kampungan, nggak seperti orang kaya.""Nggak hanya kampungan, dia juga tengok kiri kanan. Dia jelas bukan orang kaya."Gadis itu memicingkan mata dan mengamati Doni selama sesaat. Lalu, gadis itu tampak jijik. "Ternyata kampungan! Sial!"Doni mengamati klub hiburan itu dengan penuh minat. Saat berjalan ke depan pintu, Doni langsung dicegat oleh dua pria kekar."Berhenti!""Ini bukan tempat yang bisa kamu da
Kedua gadis itu bernama Susi Santoso dan Susan Santoso, putri kembar dari Beni. Mereka cukup terkenal di dunia persilatan Kota Timung dan kejam.Wajah cantik Susi dan Susan tampak sedingin es ketika melihat kekacauan di depan pintu.Susi menunjuk Doni. "Siapa yang mengutusmu ke sini?"Doni tersenyum. "Aku cari Beni Santoso, ada urusan mendesak."Ekspresi Susi menjadi suram. "Mau cari ayahku? Oke! Berlutut dan minta maaf, lalu ikat tanganmu. Aku baru bawa kamu masuk."Doni pun tertawa. "Sebaiknya kamu jangan bilang begitu kalau nggak mau ayahmu jadi kurang ajar."Ekspresi Susi menjadi masam. "Lancang kamu! Cari mati!"Kemudian, Susi menyerbu ke arah Doni sambil melakukan jurus tipuan dengan tangan kiri. Susi diam-diam menendang perut Doni."Cukup terampil dalam seni bela diri!" Doni mengabaikan jurus tipuan Susi dan langsung menangkap pergelangan kaki Susi. Lalu, Doni mengeratkan tangan dan memutar.Susi menahan erangan sakit sambil menggertakkan gigi. Susi mengubah jurus tipuan menjadi
Semua orang terperanjat."Astaga! Ada apa ini?""Aku nggak salah lihat?""Tuan Beni malah memberi hormat pada kampungan itu?"Beni berkata dengan suara yang dalam dan ekspresi hormat, "Aku nggak tahu Ketua datang, maafkan keterlambatanku dan ketidaksopananku. Mohon Ketua hukum."Doni tersenyum dan melepaskan Susi yang tercengang. "Kamu nggak tahu, itu bukan salahmu. Ayo bicara di dalam, di sini terlalu ramai.""Ketua, mari!" Beni membungkuk seraya melakukan gestur tangan mempersilakan.Kemudian, Doni memasuki Klub Anugerah dan diikuti semua orang.Orang-orang di sekitar terbengong melihat hal itu. Belum pernah mereka melihat Beni begitu hormat pada seseorang. Seketika, banyak di antara mereka yang mengira diri mereka sedang bermimpi.Beni membawa Doni ke ruangan termewah di Klub Anugerah. Pada saat ini, hanya ada Beni, kedua putrinya, dan Johan di ruangan itu, tidak ada orang yang tidak berkepentingan.Begitu masuk, mereka berempat langsung berlutut. Beni berseru, "Ketua, hari kemuncul
"Kami nggak antar kamu!""Kami mengikutimu!"Doni termangu. "Kenapa kalian mengikutiku?""Selalu berada di sisi Tuan Muda Doni.""Siap melaksanakan perintah Tuan Muda Doni!"Doni melambaikan tangan. "Aku nggak butuh, kalian pulang saja."Susi dan Susan buru-buru menggelengkan kepala. "Ayahku bilang kalau dia akan mematahkan kaki kami kalau kami membuat Tuan Muda Doni jengkel!""Aku nggak jengkel!""Lalu, kenapa Tuan Muda Doni menyuruh kami pulang?""Aku akan kasih tahu Beni ini bukan salah kalian. Kalian pulang saja.""Ayahku nggak akan percaya! Setelah Tuan Muda Doni pergi, dia tetap akan mematahkan kaki kami!""Ya, ya, dia galak sekali!"Doni tidak bisa berkata-kata. Melihat kakak beradik yang sedih itu, Doni benar-benar sakit kepala.Membawa dua gadis ini ke rumah Keluarga Kusmoyo?Seno mungkin akan mati saking marahnya."Tuan Muda Doni! Kamu baru menjadi ketua istana yang baru, pasti butuh orang untuk membantumu.""Ya, ya! Pasti butuh orang untuk mengirim informasi."Doni menganggu
Susi menggerutu tidak jelas karena merasakan sesuatu, tetapi masih tak sadarkan diri.Pria itu menggeser kepala Susi untuk mengekspos lehernya. Pria itu menjilat bibir begitu melihat leher Susi yang cantik. Pria itu membulatkan hati dan hendak menggerakkan pisau.Pisau akan memotong nadi leher dan tenggorokan Susi sehingga Susi pasti mati.Ketika ujung pisau menyentuh kulit halus Susi, sebuah tangan muncul dari belakang dan menjepit ujung pisau dengan dua jari.Seketika, pisau itu tidak bisa bergerak lebih maju, seperti tertahan.Orang itu adalah Doni yang duduk di kursi belakang. Doni tidak memakai sabuk pengaman sehingga ketika mobil berguling, Doni ikut berguling-guling seperti bola.Doni tidak terluka, tetapi kepalanya pusing. Begitu sudah merasa lebih baik, Doni mendapati bahwa Susi berada dalam bahaya.Setelah menjepit ujung pisau, Doni menariknya dengan kuat."Hmm?" Pria itu terkejut dan menariknya kembali.Akan tetapi, pria itu tidak dapat melawan tarikan kuat yang ada di pisau
Vila Genting dibangun di pertengahan jalan gunung dan dekat dengan pemandangan alam yang indah.Vila Genting merupakan perumahan vila termewah di Kota Timung. Bahkan susah bagi orang kaya di Kota Timung untuk mendapatkan rumah di sana.Bukan hanya karena uang, tetapi juga latar belakang dan kekuasaan.Penghuni Kompleks Setia Masa I pun tidak berhak membeli rumah di Vila Genting.Irene dapat memiliki vila di Vila Genting, dapat dilihat betapa kuat Istana Senorim di tahun silam.Pada tengah malam, semua tempat gelap gulita sehingga tidak ada pemandang yang bisa dinikmati. Mobil langsung memasuki gerbang vila.Begitu masuk ke rumah dan menyalakan lampu, Doni terbengong di tempat.Astaga?Apakah ini rumah?Ini istana!Vila Keluarga Kusmoyo sudah sangat mewah, tetapi sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan vila ini.Usai berkeliling, Doni berkata pada Susi dan Susan, "Kalian pergi mandi saja, aku pilih satu kamar.""Hah?" Susi dan Susan tercengang dengan wajah merah tersipu. "Tuan Muda
"Sudah kubilang, dia belok.""Ya, kita pakai gaun pendek, tapi dia nggak lirik sama sekali.""Dia bahkan mengusir kita.""Dia benaran nggak tertarik dengan kita.""Belok, dia belok!"...Doni menggerakkan telinganya dan tampak heran. Belok? Apanya yang belok? Apa mereka berdua sudah tidak waras atau gegar otak karena kecelakaan mobil kemarin?Usai makan, Doni berkeliling ke garasi mobil. Ada tiga mobil mewah di dalam, yaitu Porsche, Ferrari, dan Maybach.Semuanya mobil eksklusif!Doni menggosok tangan, lalu mengembuskan napas. "Sayang sekali, aku nggak punya SIM. Kalau nggak, benar-benar mau bawa satu mobil."Susi teringat sesuatu. "SIM itu gampang. Seingatku, Paman Melvin punya orang dalam. SIM kami sudah jadi dalam tiga hari."Doni termangu. "Kamu nggak ikut kursus?""Buat apa ikut kursus? Mengemudi itu mudah, belajar dua kali saja sudah bisa!""Ya, ya! Ikut kursus hanya buang waktu!""Baiklah ...." Doni agak waswas.Memegang SIM tanpa mengikuti kursus mengemudi.Pengemudi gila-gilaa
Doni tertawa geli. "Aneh sekali, aku yang menyelamatkan Helen kemarin, kenapa malah jadi Reyhan?""Kamu?" Sherline terkejut. Lalu, ekspresi Sherline menjadi lebih jijik. "Kamu pikir kami bodoh? Ke mana kamu kemarin malam? Kenapa kami nggak lihat kamu sepanjang malam? Kalau kamu yang menyelamatkan Helen, kenapa kamu nggak pulang bersama Helen?""Doni!" Wajah Bernard menjadi masam. "Ayah pergi ke tempat Master Terry untuk pemulihan. Kalau ayah sudah pulang, aku pasti akan beri tahu dia. Lihat cucu menantu macam apa yang dia pilih ini!"Reyhan tiba-tiba tersenyum. "Paman, Bibi, jangan terlalu menyulitkan Doni. Aku bisa memahami perasaannya. Dia baru datang, butuh kontribusi untuk mengukuhkan kedudukannya. Begini saja, nanti kita beri tahu Kakek Seno, Doni-lah yang menyelamatkan Helen.""Doni, lihat! Coba kamu lihat! Betapa lapang dadanya Tuan Muda Reyhan!" Tatapan mata Sherline penuh rasa kagum saat melihat Reyhan. "Tuan Muda Reyhan nggak perlu bantu orang nggak tahu malu ini! Jangan khaw
Bernard tampak bingung lalu segera bertanya, "Helen, apa yang terjadi?""Ada seseorang dari perusahaan menelepon nomor darurat, ambulans pun datang." Helen berkata, "Aku akan tanya dulu siapa yang berada dalam bahaya."Helena mulai menelepon beberapa kantor dan meminta resepsionis untuk menanyakan situasinya.Namun hingga dokter naik ke atas, Helen masih belum mengetahui siapa yang menelepon panggilan darurat.Kedua dokter merasa sedikit kesal."Apa maksud kalian? Ada hukuman kalau menelepon bantuan darurat secara iseng!""Kalian menunda waktu kami seperti ini, apa kalian nggak tahu kemungkinan akan ada pasien yang tertunda penyelamatannya?""Kalau ada yang melayang nyawanya, apa kalian berani bertanggung jawab?"...Dokter itu masih muda, sepertinya baru saja mulai bekerja, suaranya masih terdengar kekanak-kanakan. Namun, Helen masih tidak berani membalas, memang benar-benar salah! Kenapa ada karyawan yang tidak bertanggung jawab di perusahaan. "Maaf, ini salah kami. Kami akan mencari
Wajah Thomas menjadi pucat pasi setelah mendengar suara yang tidak senonoh.Kali ini perutnya tidak memberinya waktu untuk bersiap. Tiba-tiba saja ususnya dipenuhi gas. Saat berbicara, dia sempat mengendalikannya dan udara terus menyembur keluar dengan begitu cepat serta dahsyat sehingga dia tidak bisa menahan pantatnya.Tidak seperti sebelumnya, kali ini perutnya terus mengeluarkan gas dan suaranya tidak bisa berhenti.Terlebih lagi, hal paling mengerikan bagi Thomas mulai terjadi.Selain gas, beberapa benda padat kecil mulai tidak bisa dikendalikan.Dia langsung mencium sesuatu yang tidak sedap.Baunya memenuhi ruangan.Raut wajah semua orang dari Grup Kusmoyo yang menatapnya mulai terlihat aneh dan beberapa mulai menutup hidung mereka dengan tangan.Bernard berkata dengan hati-hati, "Pak Thomas, perutmu nggak nyaman?"Thomas mati-matian mencoba mengendalikan pantat untuk mencegah gas keluar terlalu cepat hingga mengeluarkan terlalu banyak benda padat dan membuat segalanya semakin ti
"Doni, lakukan apa pun yang harus kamu lakukan dan jangan mengacau di sini!" Selly berkata dengan gigi terkatup.Dia membenci Doni dan Denada karena mencuri proyeknya. Kalau bukan karena dua orang ini, sekarang dia akan bertanggung jawab penuh atas proyek satu triliun itu dan mungkin utang judi yang sangat besar itu sudah lunas. Apa gunanya membantu Thomas sebagai orang dalam setiap hari? Sekarang dia hanya berharap proyek ini bisa jatuh ke tangannya. Meski hanya jabatan wakil juga tidak masalah. Dengan begini, dia bisa mendapatkan uang dan segera melunasi utang judinya.Doni menatap orang lain di rapat dewan direksi dan tersenyum, "Sepertinya kalian nggak terlalu menyambutku. Oke, aku pergi dulu. Aku memang sangat sibuk di sana."Setelah mengatakan itu, Doni berbalik dan meninggalkan ruang rapat.Helen hendak memanggilnya, tetapi Doni berjalan terlalu cepat dan sudah meninggalkan ruang rapat. Dia pun mengepalkan tangannya karena frustrasi. Mengapa orang ini begitu tidak bisa diandalka
Sore harinya, rapat dewan direksi Grup Kusmoyo diadakan tepat waktu. Helen duduk di kursi CEO dan melihat ke ruang rapat, tetapi tidak bisa menemukan Doni.Dia pun mengerutkan kening, mengangkat telepon di ruang rapat dan menghubungi nomor ruang komunikasi."Halo, aku Helen."Suara Jarson yang panik terdengar dari telepon."Bu ... Bu Helen, ada perintah apa?""Siapa yang berjaga? Kamu sendirian?""Iya, aku yang sedang berjaga. Bu Helen ada masalah apa?"Helen merasa agak tenang, "Nggak apa-apa. Sekarang cuacanya panas, jadi jangan sampai kepanasan.""Oke, oke, terima kasih atas perhatian Bu Helen."Setelah mengakhiri panggilan, Helen agak bingung. Doni pergi ke mana?Saat sedang memikirkannya, Thomas tiba. Helen dan Bernard keluar untuk menyambutnya sebelum mengundangnya ke ruang rapat.Thomas baru saja dipermainkan oleh Doni pagi ini dan sangat marah hingga hatinya sakit.Kalau dipikirkan kembali, Doni mempermainkannya dua kali dengan cara yang hampir sama. Akan tetapi, dia benar-bena
Helen tiba-tiba merasa ingin menggoda Doni dan dia menganggukkan kepala, "Proyek ini kelihatannya bagus.""Apa?" Doni terlihat terkejut, "Aku salah dengar atau kamu salah bicara? Katakan lagi.""Proyek ini kelihatannya bagus. Kalau Grup Kusmoyo bisa melakukannya, grup kita akan langsung menjadi grup besar yang penting di Kota Timung.""Sial!" Doni tidak bisa menahan diri untuk mengumpat, "Nggak! Nggak boleh! Jangankan Grup Waleri, proyek ini saja benar-benar nggak bisa diandalkan! Grup Kusmoyo jangan menerimanya!""Kenapa nggak boleh menerimanya? Cuma karena kamu punya kesan buruk terhadap Grup Waleri?"Doni langsung membuka dokumen tersebut, menunjuk angka di atas dan bertanya, "Berapa biaya yang dibutuhkan kalau keuntungannya sebesar ini? Ayo hitung dengan keuntungan 100%!""10 triliun.""Oke, dengan biaya 10 triliun, bagaimana Grup Kusmoyo akan membiayainya?" Doni bertanya, "Mau menggadaikan rumah seperti yang Keluarga Wongso lakukan?""Nggak masalah, risiko memang harus diambil bar
Doni masuk ke dalam kantor Helen dan melihatnya menatap dokumen dengan tatapan khawatir."Istriku, ada apa?"Helen mengernyitkan dahi, "Di perusahaan, kamu ....""Baiklah ... Bu Helen, oke?" Doni mengangkat bahu, "Melihatmu membuatku ingin memanggilmu istriku.""Jangan membicarakan hal membosankan seperti ini lagi." Helen mendorong dokumen di atas meja ke hadapan Doni, "Lihat ini."Doni mengambil dokumen dan melihatnya, "Proyek Grup Waleri? Ternyata Thomas bisa menggunakan dua cara sekaligus.""Menggunakan dua cara sekaligus?" Helen agak bingung."Dua hari yang lalu Thomas mencariku untuk membeli tanah, tapi aku nggak setuju." Doni berkata dengan santai, "Masih ada sebidang tanah tersisa. Kalian jangan menjualnya. Sebidang tanah itu nggak boleh dijual.""Sepertinya kamu terlambat." Helen tersenyum getir, "Ayahku sudah menjual tanah itu.""Sudah dijual?" Doni tertegun, "Dijual kepada Thomas? Harga yang dia tawarkan terlalu rendah!""Dijual ke Grup Damian milik Keluarga Yulas." Helen ber
"Hah?""Hah apa? Ambil foto! Jarang sekali bisa melihat uang sebanyak itu."Setelah mengatakan itu, Doni mengambil ponselnya dan mencari sudut yang cocok sebelum mengambil banyak foto."Ini asli atau cuma alat peraga?" Denada bertanya."Tentu saja asli!" Thomas berjalan sambil tersenyum, "Pak Doni, ada alat pendeteksi uang di dalam mobil. Kalau kamu khawatir, aku bisa langsung memeriksa uang tersebut untukmu.""Nggak, nggak, aku percaya padamu. Semua ini asli." Doni tersenyum, "Aku belum pernah melihat uang sebanyak itu. Terima kasih banyak telah memberiku pencerahan."Thomas tertawa dan berkata, "Pak Doni, Untuk apa berterima kasih kepadaku? Semua uang ini milikmu."Doni tertegun dan berkata dengan terkejut, "Ya ampun, kamu gila. Untuk apa memberiku begitu banyak uang secara cuma-cuma?""Hah?" Thomas juga tertegun. Setelah beberapa saat, dia tertawa lagi, "Pak Doni, kamu benar-benar pandai bercanda. Setelah kontrak ditandatangani, tentu saja uang itu akan menjadi milikmu. Akulah yang
Tiga hari berlalu dalam waktu singkat dan Doni terus berada di lokasi proyek setiap hari. Meskipun dia memutuskan untuk menjadi bos di balik layar, selama waktu ini dia sebagai penanggung jawab utama masih harus muncul dan mengurus banyak hal.Pada pagi hari ketiga, Doni baru saja tiba di kantor dan Thomas menelepon saat mendengar Denada berbicara tentang pengangkutan bahan ke lokasi."Pak Doni, uangnya sudah tiba. Kamu bisa kemari dan menghitungnya, lalu kita akan menandatangani kontraknya.""Semua uang tunainya sudah sampai? Nggak ada sepeser pun yang kurang? Di mana kalian?""Tentu saja! Kami berada tepat di luar lokasi proyek.""Oke, aku akan segera pergi ke sana." Doni menyimpan ponselnya dan berkata kepada Denada, "Aku akan keluar.""Hah?" Denada menengadahkan kepalanya, "Ada sesuatu yang harus kulaporkan kepadamu.""Bukankah sudah kubilang kamulah yang akan mengambil keputusan?""Ada inspeksi keamanan dari atasan secara resmi. Kamulah penanggung jawab proyek ini dan harus mengat
Thomas menyesap tehnya dan berkata sambil tersenyum, "Singkatnya, proyek ini sangat menjanjikan dan sangat penting bagi Grup Waleri. Itulah sebabnya kami bertekad untuk mendapatkan sebidang tanah ini."Doni tersenyum."Pak Thomas, tadi kamu berbicara dengan begitu lantang dan meyakinkan. Proyek ini kedengarannya bagus juga.""Tapi ... tatapanmu nggak meyakinkan.""Gerakan tanganmu juga nggak wajar.""Saat menyebutkan uang, tatapanmu menjadi antusias lagi.""Kurasa ada kegelisahan di dalam hatimu.""Ini membuatku meragukan kebenaran ucapanmu.""Hah?" Thomas tertegun dan raut wajahnya aneh. Meskipun ini hanya tipuan, dia bersumpah ekspresi dan gerakannya sangat alami, ini telah diuji dengan cermat oleh ahli dari Keluarga Winta yang berfokus dalam bidang ini. Saat mengatakan ini, dia sendiri juga percaya. Setelah itu, dia sadar kalau Doni ini sedang menguji kemampuannya dan tertawa terbahak-bahak."Pak Doni, kamu lucu sekali.""Mungkin kamu agak bingung karena kami tahu tanah itu milikmu.