Doni tertawa geli. "Aneh sekali, aku yang menyelamatkan Helen kemarin, kenapa malah jadi Reyhan?""Kamu?" Sherline terkejut. Lalu, ekspresi Sherline menjadi lebih jijik. "Kamu pikir kami bodoh? Ke mana kamu kemarin malam? Kenapa kami nggak lihat kamu sepanjang malam? Kalau kamu yang menyelamatkan Helen, kenapa kamu nggak pulang bersama Helen?""Doni!" Wajah Bernard menjadi masam. "Ayah pergi ke tempat Master Terry untuk pemulihan. Kalau ayah sudah pulang, aku pasti akan beri tahu dia. Lihat cucu menantu macam apa yang dia pilih ini!"Reyhan tiba-tiba tersenyum. "Paman, Bibi, jangan terlalu menyulitkan Doni. Aku bisa memahami perasaannya. Dia baru datang, butuh kontribusi untuk mengukuhkan kedudukannya. Begini saja, nanti kita beri tahu Kakek Seno, Doni-lah yang menyelamatkan Helen.""Doni, lihat! Coba kamu lihat! Betapa lapang dadanya Tuan Muda Reyhan!" Tatapan mata Sherline penuh rasa kagum saat melihat Reyhan. "Tuan Muda Reyhan nggak perlu bantu orang nggak tahu malu ini! Jangan khaw
"Hanya lucu saja! Terserah kalian mau percaya siapa.""Sikap macam apa kamu ini?" Sherline gusar."Jangan pikir kamu sudah pasti jadi menantu Keluarga Kusmoyo karena ayah menyukaimu.""Aku dan ayahnya Helen nggak akan mengakui pernikahan ini!"...Tepat saat itu, bel pintu berbunyi. Cherry datang dengan menjinjing kantong-kantong."Halo, Paman, Bibi!""Kak Reyhan? Kak Reyhan sampai lebih dulu?""Helen! Kamu sudah bangun? Apa kamu sudah baikan?"Usai menyapa orang-orang, Cherry melihat Doni. Cherry mengabaikan Doni dan langsung berjalan melewatinya ke samping Helen. Cherry meraih tangan Helen. "Kamu minum banyak sekali kemarin!"Helen tersenyum getir. "Aku sudah lupa dengan kejadian kemarin. Oh, ya ... kakak sepupumu yang menyelamatkanku kemarin?"Sebelum Cherry sempat menjawab, Sherline berseru dengan suara tinggi, "Doni! Dengar baik-baik!Doni acuh tak acuh. Bernard dan Sherline sangat bodoh. Basa-basi dengan mereka hanya akan membuang-buang waktu.Akan tetapi, menarik untuk melihat e
"Kenapa? Mau cecar aku?"Cherry tersenyum pada Doni dan sengaja membusungkan dada.Wanita ini cantik dan sesi. Gaun yang ketat menonjolkan lekukan tubuhnya yang menggoda.Doni menggelengkan kepala. Wanita ini cantik, tetapi berhati busuk. Doni tersenyum sinis. "Kamu memutarbalikkan fakta, memangnya nggak takut dapat hukuman cabut lidah di neraka?"Cherry sengaja menepuk dada. "Aku takut sekali! Kenapa? Cih! Siapa suruh kamu langsung pergi kemarin? Coba lihat sendiri, mana bisa kamu dibandingkan dengan Kak Reyhan? Kuberi tahu, ya, cepat menjauh dari Helen dan pulang ke desamu! Ini bukan tempat bagimu.""Ya, ada orang sepertimu di mana-mana, memang bukan tempat bagi orang beradab." Doni menggelengkan kepala dengan cuek. Doni berjalan melewati Cherry dan lanjut menuruni tangga.Cherry marah karena tatapan Doni sehingga mengentakkan kaki. "Berhenti kamu! Apa maksudmu?"Tepat saat ini, Helen datang. Melihat ekspresi Cherry, Helen bertanya, "Cherry? Kenapa?"Cherry menunjuk Doni. "Kampungan
Orang itu sangat mencolok. Kepalanya dibalut dengan kasa tebal, tetapi memakai setelan jas, justru tampak lucu. Orang itu adalah Kristofer.Teringat akan pinjaman dana Helen, Doni berjalan ke sana. "Kristofer, kapan kamu melaksanakan janjimu kemarin?"Kristofer terkejut. Ketika melihat Doni, semua dendam yang terpendam di hati meletus. "Kamu si berengsek!"Kristofer langsung maju dan ingin meninju Doni, tetapi teringat akan keganasan Doni kemarin, Kristofer mengurungkan niat itu. Kristofer menggertakkan gigi saat bertanya, "Beraninya kamu ikut ke sini? Kamu tahu nggak ini tempat apa?""Tempat ini? Hotel Bayuni, aku datang untuk makan!""Kamu?" Kristofer mengejek, "Makan di sini? Lucu sekali! Memangnya kamu layak makan di sini?""Apa yang aneh kalau makan di sini? Hotel punya restoran, 'kan?""Cukup!" Kristofer melambaikan tangan. "Aku ada urusan mendesak hari ini! Jangan ikut aku! Cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Doni mengernyit. "Kamu makan tahi pagi ini? Bau sekali mulutmu!
Plak! Plak!"Maaf! Maafkan kata-kata kasarku!" Setelah menampar diri, Kristofer berdiri dan berkata dengan sikap menjilat pada pria paruh baya jangkung itu, "Maaf sekali, Tuan Petrus. Maaf sudah mengotori sepatumu."Pria paruh baya itu adalah Petrus Tanjaya. Menduga bahwa Doni sudah hampir sampai, Petrus turun untuk menjemput Doni. Alhasil, sepatu Petrus diinjak oleh Kristofer.Melihat perubahan sikap Kristofer, Petrus memaki dalam hati, "Dasar penjilat!" Akan tetapi, Petrus tidak bisa marah. "Pak Kristofer, kebetulan sekali hari ini."Kristofer buru-buru mengangguk. "Ya, ya. Aku ditraktir klien hari ini, nggak nyangka bisa ketemu Tuan Petrus. Aku pasti akan bersulang dengan Tuan Petrus nanti."Petrus tidak berkomentar, melainkan menunjuk ke arah sana. "Apa yang terjadi di sana? Apa yang satpam-satpam itu lakukan?"Kristofer tersenyum sambil menjawab, "Ada kampungan entah dari mana yang membuat onar di sini, satpam mau usir dia. Tadi ... Tuan Petrus? Tuan Petrus?"Petrus melirik ke ara
"Hentikan! Hentikan! Apa kamu gila?" Kristofer menampar manajer wanita itu. "Cepat katakan! Apa yang terjadi?"Manajer wanita itu menangis dengan keras. "Dia kerabat Tuan Petrus! Dia datang untuk makan bersama Tuan Herman! Kamu malah suruh kami hentikan mereka! Dasar bajingan, kamu mencelakaiku! Aku pasti akan dipecat!"Dup!Kristofer jatuh duduk di atas cairan kencing yang masih hangat itu dan terbengong....Doni mengikuti Petrus ke ruangan. Selain Herman, Felicia, Petrus, dan Irene, juga ada Indra. Doni menyapa mereka satu per satu, lalu duduk.Herman berkata, "Di rumah terlalu kacau kemarin, aku belum sempat berterima kasih pada Dokter Ajaib atas penyelamatanmu! Hari ini, aku mengadakan jamuan kecil sebagai bentuk terima kasih.""Tuan Herman terlalu sungkan!" ucap Doni segera. "Tugas praktisi medis adalah menyembuhkan pasien. Selain itu, sudah lama aku mendengar Tuan Herman telah banting tulang demi perkembangan Kota Timung. Aku nggak akan membiarkan pemimpin sebaik ini disiksa ole
Melihat adegan lucu di depan pintu ini, Herman hanya bisa mengerutkan kening, "Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan?"Meskipun Herman kenal Kristofer, saat ini kepala Kristofer dibalut perban dan citranya berbeda dari biasanya. Petrus juga baru mengenali Kristofer setelah mendekatinya.Kristofer berdiri dan berkata, "Tuan Herman, aku Kristofer! Tadi ... aku bertemu Tuan Petrus di bawah dan sudah sepakat akan datang untuk bersulang.""Kristofer?" Herman menatapnya dengan tajam, "Ada apa dengan kepalamu?"Kristofer menelan ludah dengan canggung, "Lampu di rumah rusak dan aku jatuh saat mengganti lampu.""Oh ...." Herman mengangguk, "Aku nggak mau sampai ada keributan dalam perjamuan keluarga ini."Kristofer langsung berkata, "Tenang saja, Tuan Herman! aku nggak memberi tahu orang lain!"Doni menatapnya dengan penasaran, apa yang orang ini lakukan di sini? Apakah dia ingin mengajukan keluhan? Pertanyaannya adalah mampukah dia memenangkan gugatan tersebut?Doni yang dipenuhi pertanyaan menata
Petrus tersenyum dan berkata, "Nggak kusangka perusahaan di Kota Ditus begitu hebat, bisa membuat terobosan teknologi dengan begitu cepat. Sekarang aku akan mencari cara untuk membawa teknologi perusahaan itu ke Kota Timung.""Hahaha ...." Herman berkata sambil tertawa, "Ini tergantung padamu. Aku nggak sebaik dirimu dalam hal koneksi di Kota Ditus."Keduanya mengobrol tentang hal-hal menarik dari pekerjaan dan Irene memanfaatkan situasi tersebut untuk meramaikan suasana. Para tamu dan tuan rumah menikmati makanan, tanpa sadar tiga jam telah berlalu.Melihat Herman agak lelah, Petrus mengusulkan untuk mengakhiri perjamuan.Semua orang keluar sambil mengobrol dan tertawa....Saat meninggalkan aula, sebuah sosok tiba-tiba berhenti dan menatap beberapa orang dengan terkejut. Dia adalah Cherry.Kebetulan saja dia datang ke Hotel Bayuni pada sore hari untuk melakukan sesuatu, tetapi tidak disangka dia akan bertemu dengan Doni dan Herman. Orang tersebut menatap Doni dan Herman yang sedang b