Vila Genting dibangun di pertengahan jalan gunung dan dekat dengan pemandangan alam yang indah.Vila Genting merupakan perumahan vila termewah di Kota Timung. Bahkan susah bagi orang kaya di Kota Timung untuk mendapatkan rumah di sana.Bukan hanya karena uang, tetapi juga latar belakang dan kekuasaan.Penghuni Kompleks Setia Masa I pun tidak berhak membeli rumah di Vila Genting.Irene dapat memiliki vila di Vila Genting, dapat dilihat betapa kuat Istana Senorim di tahun silam.Pada tengah malam, semua tempat gelap gulita sehingga tidak ada pemandang yang bisa dinikmati. Mobil langsung memasuki gerbang vila.Begitu masuk ke rumah dan menyalakan lampu, Doni terbengong di tempat.Astaga?Apakah ini rumah?Ini istana!Vila Keluarga Kusmoyo sudah sangat mewah, tetapi sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan vila ini.Usai berkeliling, Doni berkata pada Susi dan Susan, "Kalian pergi mandi saja, aku pilih satu kamar.""Hah?" Susi dan Susan tercengang dengan wajah merah tersipu. "Tuan Muda
"Sudah kubilang, dia belok.""Ya, kita pakai gaun pendek, tapi dia nggak lirik sama sekali.""Dia bahkan mengusir kita.""Dia benaran nggak tertarik dengan kita.""Belok, dia belok!"...Doni menggerakkan telinganya dan tampak heran. Belok? Apanya yang belok? Apa mereka berdua sudah tidak waras atau gegar otak karena kecelakaan mobil kemarin?Usai makan, Doni berkeliling ke garasi mobil. Ada tiga mobil mewah di dalam, yaitu Porsche, Ferrari, dan Maybach.Semuanya mobil eksklusif!Doni menggosok tangan, lalu mengembuskan napas. "Sayang sekali, aku nggak punya SIM. Kalau nggak, benar-benar mau bawa satu mobil."Susi teringat sesuatu. "SIM itu gampang. Seingatku, Paman Melvin punya orang dalam. SIM kami sudah jadi dalam tiga hari."Doni termangu. "Kamu nggak ikut kursus?""Buat apa ikut kursus? Mengemudi itu mudah, belajar dua kali saja sudah bisa!""Ya, ya! Ikut kursus hanya buang waktu!""Baiklah ...." Doni agak waswas.Memegang SIM tanpa mengikuti kursus mengemudi.Pengemudi gila-gilaa
Doni tertawa geli. "Aneh sekali, aku yang menyelamatkan Helen kemarin, kenapa malah jadi Reyhan?""Kamu?" Sherline terkejut. Lalu, ekspresi Sherline menjadi lebih jijik. "Kamu pikir kami bodoh? Ke mana kamu kemarin malam? Kenapa kami nggak lihat kamu sepanjang malam? Kalau kamu yang menyelamatkan Helen, kenapa kamu nggak pulang bersama Helen?""Doni!" Wajah Bernard menjadi masam. "Ayah pergi ke tempat Master Terry untuk pemulihan. Kalau ayah sudah pulang, aku pasti akan beri tahu dia. Lihat cucu menantu macam apa yang dia pilih ini!"Reyhan tiba-tiba tersenyum. "Paman, Bibi, jangan terlalu menyulitkan Doni. Aku bisa memahami perasaannya. Dia baru datang, butuh kontribusi untuk mengukuhkan kedudukannya. Begini saja, nanti kita beri tahu Kakek Seno, Doni-lah yang menyelamatkan Helen.""Doni, lihat! Coba kamu lihat! Betapa lapang dadanya Tuan Muda Reyhan!" Tatapan mata Sherline penuh rasa kagum saat melihat Reyhan. "Tuan Muda Reyhan nggak perlu bantu orang nggak tahu malu ini! Jangan khaw
"Hanya lucu saja! Terserah kalian mau percaya siapa.""Sikap macam apa kamu ini?" Sherline gusar."Jangan pikir kamu sudah pasti jadi menantu Keluarga Kusmoyo karena ayah menyukaimu.""Aku dan ayahnya Helen nggak akan mengakui pernikahan ini!"...Tepat saat itu, bel pintu berbunyi. Cherry datang dengan menjinjing kantong-kantong."Halo, Paman, Bibi!""Kak Reyhan? Kak Reyhan sampai lebih dulu?""Helen! Kamu sudah bangun? Apa kamu sudah baikan?"Usai menyapa orang-orang, Cherry melihat Doni. Cherry mengabaikan Doni dan langsung berjalan melewatinya ke samping Helen. Cherry meraih tangan Helen. "Kamu minum banyak sekali kemarin!"Helen tersenyum getir. "Aku sudah lupa dengan kejadian kemarin. Oh, ya ... kakak sepupumu yang menyelamatkanku kemarin?"Sebelum Cherry sempat menjawab, Sherline berseru dengan suara tinggi, "Doni! Dengar baik-baik!Doni acuh tak acuh. Bernard dan Sherline sangat bodoh. Basa-basi dengan mereka hanya akan membuang-buang waktu.Akan tetapi, menarik untuk melihat e
"Kenapa? Mau cecar aku?"Cherry tersenyum pada Doni dan sengaja membusungkan dada.Wanita ini cantik dan sesi. Gaun yang ketat menonjolkan lekukan tubuhnya yang menggoda.Doni menggelengkan kepala. Wanita ini cantik, tetapi berhati busuk. Doni tersenyum sinis. "Kamu memutarbalikkan fakta, memangnya nggak takut dapat hukuman cabut lidah di neraka?"Cherry sengaja menepuk dada. "Aku takut sekali! Kenapa? Cih! Siapa suruh kamu langsung pergi kemarin? Coba lihat sendiri, mana bisa kamu dibandingkan dengan Kak Reyhan? Kuberi tahu, ya, cepat menjauh dari Helen dan pulang ke desamu! Ini bukan tempat bagimu.""Ya, ada orang sepertimu di mana-mana, memang bukan tempat bagi orang beradab." Doni menggelengkan kepala dengan cuek. Doni berjalan melewati Cherry dan lanjut menuruni tangga.Cherry marah karena tatapan Doni sehingga mengentakkan kaki. "Berhenti kamu! Apa maksudmu?"Tepat saat ini, Helen datang. Melihat ekspresi Cherry, Helen bertanya, "Cherry? Kenapa?"Cherry menunjuk Doni. "Kampungan
Orang itu sangat mencolok. Kepalanya dibalut dengan kasa tebal, tetapi memakai setelan jas, justru tampak lucu. Orang itu adalah Kristofer.Teringat akan pinjaman dana Helen, Doni berjalan ke sana. "Kristofer, kapan kamu melaksanakan janjimu kemarin?"Kristofer terkejut. Ketika melihat Doni, semua dendam yang terpendam di hati meletus. "Kamu si berengsek!"Kristofer langsung maju dan ingin meninju Doni, tetapi teringat akan keganasan Doni kemarin, Kristofer mengurungkan niat itu. Kristofer menggertakkan gigi saat bertanya, "Beraninya kamu ikut ke sini? Kamu tahu nggak ini tempat apa?""Tempat ini? Hotel Bayuni, aku datang untuk makan!""Kamu?" Kristofer mengejek, "Makan di sini? Lucu sekali! Memangnya kamu layak makan di sini?""Apa yang aneh kalau makan di sini? Hotel punya restoran, 'kan?""Cukup!" Kristofer melambaikan tangan. "Aku ada urusan mendesak hari ini! Jangan ikut aku! Cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Doni mengernyit. "Kamu makan tahi pagi ini? Bau sekali mulutmu!
Plak! Plak!"Maaf! Maafkan kata-kata kasarku!" Setelah menampar diri, Kristofer berdiri dan berkata dengan sikap menjilat pada pria paruh baya jangkung itu, "Maaf sekali, Tuan Petrus. Maaf sudah mengotori sepatumu."Pria paruh baya itu adalah Petrus Tanjaya. Menduga bahwa Doni sudah hampir sampai, Petrus turun untuk menjemput Doni. Alhasil, sepatu Petrus diinjak oleh Kristofer.Melihat perubahan sikap Kristofer, Petrus memaki dalam hati, "Dasar penjilat!" Akan tetapi, Petrus tidak bisa marah. "Pak Kristofer, kebetulan sekali hari ini."Kristofer buru-buru mengangguk. "Ya, ya. Aku ditraktir klien hari ini, nggak nyangka bisa ketemu Tuan Petrus. Aku pasti akan bersulang dengan Tuan Petrus nanti."Petrus tidak berkomentar, melainkan menunjuk ke arah sana. "Apa yang terjadi di sana? Apa yang satpam-satpam itu lakukan?"Kristofer tersenyum sambil menjawab, "Ada kampungan entah dari mana yang membuat onar di sini, satpam mau usir dia. Tadi ... Tuan Petrus? Tuan Petrus?"Petrus melirik ke ara
"Hentikan! Hentikan! Apa kamu gila?" Kristofer menampar manajer wanita itu. "Cepat katakan! Apa yang terjadi?"Manajer wanita itu menangis dengan keras. "Dia kerabat Tuan Petrus! Dia datang untuk makan bersama Tuan Herman! Kamu malah suruh kami hentikan mereka! Dasar bajingan, kamu mencelakaiku! Aku pasti akan dipecat!"Dup!Kristofer jatuh duduk di atas cairan kencing yang masih hangat itu dan terbengong....Doni mengikuti Petrus ke ruangan. Selain Herman, Felicia, Petrus, dan Irene, juga ada Indra. Doni menyapa mereka satu per satu, lalu duduk.Herman berkata, "Di rumah terlalu kacau kemarin, aku belum sempat berterima kasih pada Dokter Ajaib atas penyelamatanmu! Hari ini, aku mengadakan jamuan kecil sebagai bentuk terima kasih.""Tuan Herman terlalu sungkan!" ucap Doni segera. "Tugas praktisi medis adalah menyembuhkan pasien. Selain itu, sudah lama aku mendengar Tuan Herman telah banting tulang demi perkembangan Kota Timung. Aku nggak akan membiarkan pemimpin sebaik ini disiksa ole