Susi menggerutu tidak jelas karena merasakan sesuatu, tetapi masih tak sadarkan diri.Pria itu menggeser kepala Susi untuk mengekspos lehernya. Pria itu menjilat bibir begitu melihat leher Susi yang cantik. Pria itu membulatkan hati dan hendak menggerakkan pisau.Pisau akan memotong nadi leher dan tenggorokan Susi sehingga Susi pasti mati.Ketika ujung pisau menyentuh kulit halus Susi, sebuah tangan muncul dari belakang dan menjepit ujung pisau dengan dua jari.Seketika, pisau itu tidak bisa bergerak lebih maju, seperti tertahan.Orang itu adalah Doni yang duduk di kursi belakang. Doni tidak memakai sabuk pengaman sehingga ketika mobil berguling, Doni ikut berguling-guling seperti bola.Doni tidak terluka, tetapi kepalanya pusing. Begitu sudah merasa lebih baik, Doni mendapati bahwa Susi berada dalam bahaya.Setelah menjepit ujung pisau, Doni menariknya dengan kuat."Hmm?" Pria itu terkejut dan menariknya kembali.Akan tetapi, pria itu tidak dapat melawan tarikan kuat yang ada di pisau
Vila Genting dibangun di pertengahan jalan gunung dan dekat dengan pemandangan alam yang indah.Vila Genting merupakan perumahan vila termewah di Kota Timung. Bahkan susah bagi orang kaya di Kota Timung untuk mendapatkan rumah di sana.Bukan hanya karena uang, tetapi juga latar belakang dan kekuasaan.Penghuni Kompleks Setia Masa I pun tidak berhak membeli rumah di Vila Genting.Irene dapat memiliki vila di Vila Genting, dapat dilihat betapa kuat Istana Senorim di tahun silam.Pada tengah malam, semua tempat gelap gulita sehingga tidak ada pemandang yang bisa dinikmati. Mobil langsung memasuki gerbang vila.Begitu masuk ke rumah dan menyalakan lampu, Doni terbengong di tempat.Astaga?Apakah ini rumah?Ini istana!Vila Keluarga Kusmoyo sudah sangat mewah, tetapi sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan vila ini.Usai berkeliling, Doni berkata pada Susi dan Susan, "Kalian pergi mandi saja, aku pilih satu kamar.""Hah?" Susi dan Susan tercengang dengan wajah merah tersipu. "Tuan Muda
"Sudah kubilang, dia belok.""Ya, kita pakai gaun pendek, tapi dia nggak lirik sama sekali.""Dia bahkan mengusir kita.""Dia benaran nggak tertarik dengan kita.""Belok, dia belok!"...Doni menggerakkan telinganya dan tampak heran. Belok? Apanya yang belok? Apa mereka berdua sudah tidak waras atau gegar otak karena kecelakaan mobil kemarin?Usai makan, Doni berkeliling ke garasi mobil. Ada tiga mobil mewah di dalam, yaitu Porsche, Ferrari, dan Maybach.Semuanya mobil eksklusif!Doni menggosok tangan, lalu mengembuskan napas. "Sayang sekali, aku nggak punya SIM. Kalau nggak, benar-benar mau bawa satu mobil."Susi teringat sesuatu. "SIM itu gampang. Seingatku, Paman Melvin punya orang dalam. SIM kami sudah jadi dalam tiga hari."Doni termangu. "Kamu nggak ikut kursus?""Buat apa ikut kursus? Mengemudi itu mudah, belajar dua kali saja sudah bisa!""Ya, ya! Ikut kursus hanya buang waktu!""Baiklah ...." Doni agak waswas.Memegang SIM tanpa mengikuti kursus mengemudi.Pengemudi gila-gilaa
Doni tertawa geli. "Aneh sekali, aku yang menyelamatkan Helen kemarin, kenapa malah jadi Reyhan?""Kamu?" Sherline terkejut. Lalu, ekspresi Sherline menjadi lebih jijik. "Kamu pikir kami bodoh? Ke mana kamu kemarin malam? Kenapa kami nggak lihat kamu sepanjang malam? Kalau kamu yang menyelamatkan Helen, kenapa kamu nggak pulang bersama Helen?""Doni!" Wajah Bernard menjadi masam. "Ayah pergi ke tempat Master Terry untuk pemulihan. Kalau ayah sudah pulang, aku pasti akan beri tahu dia. Lihat cucu menantu macam apa yang dia pilih ini!"Reyhan tiba-tiba tersenyum. "Paman, Bibi, jangan terlalu menyulitkan Doni. Aku bisa memahami perasaannya. Dia baru datang, butuh kontribusi untuk mengukuhkan kedudukannya. Begini saja, nanti kita beri tahu Kakek Seno, Doni-lah yang menyelamatkan Helen.""Doni, lihat! Coba kamu lihat! Betapa lapang dadanya Tuan Muda Reyhan!" Tatapan mata Sherline penuh rasa kagum saat melihat Reyhan. "Tuan Muda Reyhan nggak perlu bantu orang nggak tahu malu ini! Jangan khaw
"Hanya lucu saja! Terserah kalian mau percaya siapa.""Sikap macam apa kamu ini?" Sherline gusar."Jangan pikir kamu sudah pasti jadi menantu Keluarga Kusmoyo karena ayah menyukaimu.""Aku dan ayahnya Helen nggak akan mengakui pernikahan ini!"...Tepat saat itu, bel pintu berbunyi. Cherry datang dengan menjinjing kantong-kantong."Halo, Paman, Bibi!""Kak Reyhan? Kak Reyhan sampai lebih dulu?""Helen! Kamu sudah bangun? Apa kamu sudah baikan?"Usai menyapa orang-orang, Cherry melihat Doni. Cherry mengabaikan Doni dan langsung berjalan melewatinya ke samping Helen. Cherry meraih tangan Helen. "Kamu minum banyak sekali kemarin!"Helen tersenyum getir. "Aku sudah lupa dengan kejadian kemarin. Oh, ya ... kakak sepupumu yang menyelamatkanku kemarin?"Sebelum Cherry sempat menjawab, Sherline berseru dengan suara tinggi, "Doni! Dengar baik-baik!Doni acuh tak acuh. Bernard dan Sherline sangat bodoh. Basa-basi dengan mereka hanya akan membuang-buang waktu.Akan tetapi, menarik untuk melihat e
"Kenapa? Mau cecar aku?"Cherry tersenyum pada Doni dan sengaja membusungkan dada.Wanita ini cantik dan sesi. Gaun yang ketat menonjolkan lekukan tubuhnya yang menggoda.Doni menggelengkan kepala. Wanita ini cantik, tetapi berhati busuk. Doni tersenyum sinis. "Kamu memutarbalikkan fakta, memangnya nggak takut dapat hukuman cabut lidah di neraka?"Cherry sengaja menepuk dada. "Aku takut sekali! Kenapa? Cih! Siapa suruh kamu langsung pergi kemarin? Coba lihat sendiri, mana bisa kamu dibandingkan dengan Kak Reyhan? Kuberi tahu, ya, cepat menjauh dari Helen dan pulang ke desamu! Ini bukan tempat bagimu.""Ya, ada orang sepertimu di mana-mana, memang bukan tempat bagi orang beradab." Doni menggelengkan kepala dengan cuek. Doni berjalan melewati Cherry dan lanjut menuruni tangga.Cherry marah karena tatapan Doni sehingga mengentakkan kaki. "Berhenti kamu! Apa maksudmu?"Tepat saat ini, Helen datang. Melihat ekspresi Cherry, Helen bertanya, "Cherry? Kenapa?"Cherry menunjuk Doni. "Kampungan
Orang itu sangat mencolok. Kepalanya dibalut dengan kasa tebal, tetapi memakai setelan jas, justru tampak lucu. Orang itu adalah Kristofer.Teringat akan pinjaman dana Helen, Doni berjalan ke sana. "Kristofer, kapan kamu melaksanakan janjimu kemarin?"Kristofer terkejut. Ketika melihat Doni, semua dendam yang terpendam di hati meletus. "Kamu si berengsek!"Kristofer langsung maju dan ingin meninju Doni, tetapi teringat akan keganasan Doni kemarin, Kristofer mengurungkan niat itu. Kristofer menggertakkan gigi saat bertanya, "Beraninya kamu ikut ke sini? Kamu tahu nggak ini tempat apa?""Tempat ini? Hotel Bayuni, aku datang untuk makan!""Kamu?" Kristofer mengejek, "Makan di sini? Lucu sekali! Memangnya kamu layak makan di sini?""Apa yang aneh kalau makan di sini? Hotel punya restoran, 'kan?""Cukup!" Kristofer melambaikan tangan. "Aku ada urusan mendesak hari ini! Jangan ikut aku! Cepat pergi! Jangan cari masalah di sini!"Doni mengernyit. "Kamu makan tahi pagi ini? Bau sekali mulutmu!
Plak! Plak!"Maaf! Maafkan kata-kata kasarku!" Setelah menampar diri, Kristofer berdiri dan berkata dengan sikap menjilat pada pria paruh baya jangkung itu, "Maaf sekali, Tuan Petrus. Maaf sudah mengotori sepatumu."Pria paruh baya itu adalah Petrus Tanjaya. Menduga bahwa Doni sudah hampir sampai, Petrus turun untuk menjemput Doni. Alhasil, sepatu Petrus diinjak oleh Kristofer.Melihat perubahan sikap Kristofer, Petrus memaki dalam hati, "Dasar penjilat!" Akan tetapi, Petrus tidak bisa marah. "Pak Kristofer, kebetulan sekali hari ini."Kristofer buru-buru mengangguk. "Ya, ya. Aku ditraktir klien hari ini, nggak nyangka bisa ketemu Tuan Petrus. Aku pasti akan bersulang dengan Tuan Petrus nanti."Petrus tidak berkomentar, melainkan menunjuk ke arah sana. "Apa yang terjadi di sana? Apa yang satpam-satpam itu lakukan?"Kristofer tersenyum sambil menjawab, "Ada kampungan entah dari mana yang membuat onar di sini, satpam mau usir dia. Tadi ... Tuan Petrus? Tuan Petrus?"Petrus melirik ke ara
"Ayolah! Aku malas sekali dengan wanita jelek itu!""Huh! Apa kamu nggak takut aku akan mengatakan ini padanya?""Apa untungnya bagimu?""Nggak ada, tapi aku senang!" Yulia berpikir sejenak lalu berkata, "Berjanjilah padaku satu hal lagi. Hanya setelah kamu setuju, aku akan memijatmu. Terserah kamu mau pijat bagian mana!""Apa? Katakan padaku."Yulia berkata dengan senang, "Aku ingin menyerang Denada! Keluarkan Denada dari perusahaan!""Hah? Kenapa?""Aku nggak suka padanya!" Yulia berkata, "Lihat penampilannya yang arogan hari ini. Apa hebatnya dia? Bukankah hanya karena dukungan putrimu saja? Aku harus membuatnya nggak bisa melanjutkan proyek ini!"Bernard terkejut. "Perusahaan akan rugi kalau kamu melakukan ini.""Apa salahnya proyek sebesar itu ditunda selama beberapa hari?" Yulia mendengus, "Bukankah kamu juga ingin proyek itu dikendalikan oleh Doni? Manfaatkan kesempatan ini untuk mengambil kembali proyek itu!"Bernard berpikir sejenak lalu berkata, "Ya, keterlaluan sekali! Doni
Thomas dibawa dari toilet ke tandu lalu ke ambulans.Rapat pasti tidak bisa dilanjutkan dan harus dibubarkan.Helen memanggil Doni ke kantor, menutup pintu dan bertanya, "Apa kamu yang melakukannya?"Doni merentangkan tangannya. "Apa yang aku lakukan?""Apa kamu menyakiti Thomas?""Aku nggak akan menyakiti orang lain ...." Doni berkata sambil tersenyum, "Mungkin Thomas makan makanan kotor lalu ke toilet untuk buang air.""Sudahlah!" Helen melambaikan tangannya. "Aku benar-benar nggak menyangka kamu akan menggunakan metode ini. Namun, ini nggak akan berhenti lama. Bagaimana setelahnya?"Doni menghela napas lalu berkata, "Mana aku tahu. Aku nggak mungkin bisa menghajar semua presdir dan memaksa mereka untuk melepaskan ide ini. Bukankah aku sedang mengulur waktu untukmu?""Ya ...." Helen mengangguk. "Kamu memang memberiku waktu.""Kalau kamu membutuhkan bantuanku untuk hal-hal seperti ini nantinya, kamu harus memberitahuku lebih awal. Jangan menyeretku saat masalah sudah terjadi, mau ngga
Bernard tampak bingung lalu segera bertanya, "Helen, apa yang terjadi?""Ada seseorang dari perusahaan menelepon nomor darurat, ambulans pun datang." Helen berkata, "Aku akan tanya dulu siapa yang berada dalam bahaya."Helena mulai menelepon beberapa kantor dan meminta resepsionis untuk menanyakan situasinya.Namun hingga dokter naik ke atas, Helen masih belum mengetahui siapa yang menelepon panggilan darurat.Kedua dokter merasa sedikit kesal."Apa maksud kalian? Ada hukuman kalau menelepon bantuan darurat secara iseng!""Kalian menunda waktu kami seperti ini, apa kalian nggak tahu kemungkinan akan ada pasien yang tertunda penyelamatannya?""Kalau ada yang melayang nyawanya, apa kalian berani bertanggung jawab?"...Dokter itu masih muda, sepertinya baru saja mulai bekerja, suaranya masih terdengar kekanak-kanakan. Namun, Helen masih tidak berani membalas, memang benar-benar salah! Kenapa ada karyawan yang tidak bertanggung jawab di perusahaan. "Maaf, ini salah kami. Kami akan mencari
Wajah Thomas menjadi pucat pasi setelah mendengar suara yang tidak senonoh.Kali ini perutnya tidak memberinya waktu untuk bersiap. Tiba-tiba saja ususnya dipenuhi gas. Saat berbicara, dia sempat mengendalikannya dan udara terus menyembur keluar dengan begitu cepat serta dahsyat sehingga dia tidak bisa menahan pantatnya.Tidak seperti sebelumnya, kali ini perutnya terus mengeluarkan gas dan suaranya tidak bisa berhenti.Terlebih lagi, hal paling mengerikan bagi Thomas mulai terjadi.Selain gas, beberapa benda padat kecil mulai tidak bisa dikendalikan.Dia langsung mencium sesuatu yang tidak sedap.Baunya memenuhi ruangan.Raut wajah semua orang dari Grup Kusmoyo yang menatapnya mulai terlihat aneh dan beberapa mulai menutup hidung mereka dengan tangan.Bernard berkata dengan hati-hati, "Pak Thomas, perutmu nggak nyaman?"Thomas mati-matian mencoba mengendalikan pantat untuk mencegah gas keluar terlalu cepat hingga mengeluarkan terlalu banyak benda padat dan membuat segalanya semakin ti
"Doni, lakukan apa pun yang harus kamu lakukan dan jangan mengacau di sini!" Selly berkata dengan gigi terkatup.Dia membenci Doni dan Denada karena mencuri proyeknya. Kalau bukan karena dua orang ini, sekarang dia akan bertanggung jawab penuh atas proyek satu triliun itu dan mungkin utang judi yang sangat besar itu sudah lunas. Apa gunanya membantu Thomas sebagai orang dalam setiap hari? Sekarang dia hanya berharap proyek ini bisa jatuh ke tangannya. Meski hanya jabatan wakil juga tidak masalah. Dengan begini, dia bisa mendapatkan uang dan segera melunasi utang judinya.Doni menatap orang lain di rapat dewan direksi dan tersenyum, "Sepertinya kalian nggak terlalu menyambutku. Oke, aku pergi dulu. Aku memang sangat sibuk di sana."Setelah mengatakan itu, Doni berbalik dan meninggalkan ruang rapat.Helen hendak memanggilnya, tetapi Doni berjalan terlalu cepat dan sudah meninggalkan ruang rapat. Dia pun mengepalkan tangannya karena frustrasi. Mengapa orang ini begitu tidak bisa diandalka
Sore harinya, rapat dewan direksi Grup Kusmoyo diadakan tepat waktu. Helen duduk di kursi CEO dan melihat ke ruang rapat, tetapi tidak bisa menemukan Doni.Dia pun mengerutkan kening, mengangkat telepon di ruang rapat dan menghubungi nomor ruang komunikasi."Halo, aku Helen."Suara Jarson yang panik terdengar dari telepon."Bu ... Bu Helen, ada perintah apa?""Siapa yang berjaga? Kamu sendirian?""Iya, aku yang sedang berjaga. Bu Helen ada masalah apa?"Helen merasa agak tenang, "Nggak apa-apa. Sekarang cuacanya panas, jadi jangan sampai kepanasan.""Oke, oke, terima kasih atas perhatian Bu Helen."Setelah mengakhiri panggilan, Helen agak bingung. Doni pergi ke mana?Saat sedang memikirkannya, Thomas tiba. Helen dan Bernard keluar untuk menyambutnya sebelum mengundangnya ke ruang rapat.Thomas baru saja dipermainkan oleh Doni pagi ini dan sangat marah hingga hatinya sakit.Kalau dipikirkan kembali, Doni mempermainkannya dua kali dengan cara yang hampir sama. Akan tetapi, dia benar-bena
Helen tiba-tiba merasa ingin menggoda Doni dan dia menganggukkan kepala, "Proyek ini kelihatannya bagus.""Apa?" Doni terlihat terkejut, "Aku salah dengar atau kamu salah bicara? Katakan lagi.""Proyek ini kelihatannya bagus. Kalau Grup Kusmoyo bisa melakukannya, grup kita akan langsung menjadi grup besar yang penting di Kota Timung.""Sial!" Doni tidak bisa menahan diri untuk mengumpat, "Nggak! Nggak boleh! Jangankan Grup Waleri, proyek ini saja benar-benar nggak bisa diandalkan! Grup Kusmoyo jangan menerimanya!""Kenapa nggak boleh menerimanya? Cuma karena kamu punya kesan buruk terhadap Grup Waleri?"Doni langsung membuka dokumen tersebut, menunjuk angka di atas dan bertanya, "Berapa biaya yang dibutuhkan kalau keuntungannya sebesar ini? Ayo hitung dengan keuntungan 100%!""10 triliun.""Oke, dengan biaya 10 triliun, bagaimana Grup Kusmoyo akan membiayainya?" Doni bertanya, "Mau menggadaikan rumah seperti yang Keluarga Wongso lakukan?""Nggak masalah, risiko memang harus diambil bar
Doni masuk ke dalam kantor Helen dan melihatnya menatap dokumen dengan tatapan khawatir."Istriku, ada apa?"Helen mengernyitkan dahi, "Di perusahaan, kamu ....""Baiklah ... Bu Helen, oke?" Doni mengangkat bahu, "Melihatmu membuatku ingin memanggilmu istriku.""Jangan membicarakan hal membosankan seperti ini lagi." Helen mendorong dokumen di atas meja ke hadapan Doni, "Lihat ini."Doni mengambil dokumen dan melihatnya, "Proyek Grup Waleri? Ternyata Thomas bisa menggunakan dua cara sekaligus.""Menggunakan dua cara sekaligus?" Helen agak bingung."Dua hari yang lalu Thomas mencariku untuk membeli tanah, tapi aku nggak setuju." Doni berkata dengan santai, "Masih ada sebidang tanah tersisa. Kalian jangan menjualnya. Sebidang tanah itu nggak boleh dijual.""Sepertinya kamu terlambat." Helen tersenyum getir, "Ayahku sudah menjual tanah itu.""Sudah dijual?" Doni tertegun, "Dijual kepada Thomas? Harga yang dia tawarkan terlalu rendah!""Dijual ke Grup Damian milik Keluarga Yulas." Helen ber
"Hah?""Hah apa? Ambil foto! Jarang sekali bisa melihat uang sebanyak itu."Setelah mengatakan itu, Doni mengambil ponselnya dan mencari sudut yang cocok sebelum mengambil banyak foto."Ini asli atau cuma alat peraga?" Denada bertanya."Tentu saja asli!" Thomas berjalan sambil tersenyum, "Pak Doni, ada alat pendeteksi uang di dalam mobil. Kalau kamu khawatir, aku bisa langsung memeriksa uang tersebut untukmu.""Nggak, nggak, aku percaya padamu. Semua ini asli." Doni tersenyum, "Aku belum pernah melihat uang sebanyak itu. Terima kasih banyak telah memberiku pencerahan."Thomas tertawa dan berkata, "Pak Doni, Untuk apa berterima kasih kepadaku? Semua uang ini milikmu."Doni tertegun dan berkata dengan terkejut, "Ya ampun, kamu gila. Untuk apa memberiku begitu banyak uang secara cuma-cuma?""Hah?" Thomas juga tertegun. Setelah beberapa saat, dia tertawa lagi, "Pak Doni, kamu benar-benar pandai bercanda. Setelah kontrak ditandatangani, tentu saja uang itu akan menjadi milikmu. Akulah yang