"Cih! Nona Helen, kesempatan sudah diberikan padamu!" Kristofer memasang ekspresi seperti kucing memainkan tikus. "Bisakah kamu ambil kesempatan ini?""Aku ...."Helen mengambil botol arak. "Aku minum! Harap Pak Kristofer bisa tepati janjimu!""Helen! Jangan minum!" Cherry menarik lengan Helen."Wanita sialan!" Kristofer membentak dengan marah, "Cerewet sekali! Kalau kamu cerewet lagi, jangan harap Keluarga Wijaya bisa meminjam uang sepeser pun dari bank!"Semarah apa pun Cherry, Cherry tidak berani berbicara lagi.Kristofer tidak hanya mendapat dukungan dari keluarga besar, tetapi juga memiliki koneksi dengan pusat kekuasaan Kota Timung. Keluarga Wijaya tidak bisa menyinggung Kristofer."Cherry, cukup! Pak Kristofer, aku minum!"Helen nekat mengambil botol arak dan meneguknya.Melihat Helen minum arak, Kristofer dan yang lain bertepuk tangan."Bagus! Bagus! Nona Helen kuat minum! Sungguh jagoan wanita!"Setelah meneguk setengah botol arak, Helen merasa tenggorokan sampai lambungnya te
Cherry menunjuk Kristofer. "Dia Direktur Bank Meta, yang kamu tendang ke luar itu!""Hmm ...." Doni berjalan ke depan Kristofer. Lalu, Doni menjambak rambut Kristofer dan menariknya berdiri. "Ada masalahnya dengan pinjaman dana? Cepat berikan pinjaman dana untuk istriku.""Hah?" Kristofer baru sadar kembali. "Siapa kamu?""Nggak usah tanya siapa aku. Kamu mau kasih pinjaman dana atau nggak?""Kasih apa? Kuberi tahu, ya. Kalau kalian membuatku marah, seluruh Keluarga Kusmoyo akan tamat. Cepat kamu berlutut sekarang! Suruh Helen si wanita sialan itu melayaniku sebulan. Kalau nggak ....""Kenapa kalau nggak?" Doni dengan kuat membenturkan kepala Kristofer ke meja.Bam!Krang!Meja itu tumbang sehingga piring dan gelas jatuh ke lantai. Kepala Kristofer bengkak."Kamu ...." Kristofer ingin memaki lagi. Akan tetapi, Doni menjambak rambut Kristofer dan membenturkan kepalanya dengan kuat ke dinding.Ada bercak darah yang lebar di dinding.Kali ini, kepala Kristofer berdengung. Kristofer akhirn
Di Klub Anugerah, markas Beni Santoso.Saat ini adalah waktu di mana bisnis klub hiburan paling ramai. Pria dan wanita yang berpakaian mewah keluar masuk di pintu klub malam yang diterangi lampu neon. Bahkan banyak gadis atau wanita berpakaian minim yang berkeliaran di depan pintu klub. Jika ada pria yang sendirian, mereka akan mendekat untuk memulai percakapan.Begitu melihat Doni, seorang gadis yang memakai rok mini segera maju. Akan tetapi, gadis itu dihentikan oleh seorang wanita dengan gaun ketat di samping."Mawar, jangan ke sana. Kamu sepertinya butuh kaca mata! Dia kelihatan kampungan, nggak seperti orang kaya.""Nggak hanya kampungan, dia juga tengok kiri kanan. Dia jelas bukan orang kaya."Gadis itu memicingkan mata dan mengamati Doni selama sesaat. Lalu, gadis itu tampak jijik. "Ternyata kampungan! Sial!"Doni mengamati klub hiburan itu dengan penuh minat. Saat berjalan ke depan pintu, Doni langsung dicegat oleh dua pria kekar."Berhenti!""Ini bukan tempat yang bisa kamu da
Kedua gadis itu bernama Susi Santoso dan Susan Santoso, putri kembar dari Beni. Mereka cukup terkenal di dunia persilatan Kota Timung dan kejam.Wajah cantik Susi dan Susan tampak sedingin es ketika melihat kekacauan di depan pintu.Susi menunjuk Doni. "Siapa yang mengutusmu ke sini?"Doni tersenyum. "Aku cari Beni Santoso, ada urusan mendesak."Ekspresi Susi menjadi suram. "Mau cari ayahku? Oke! Berlutut dan minta maaf, lalu ikat tanganmu. Aku baru bawa kamu masuk."Doni pun tertawa. "Sebaiknya kamu jangan bilang begitu kalau nggak mau ayahmu jadi kurang ajar."Ekspresi Susi menjadi masam. "Lancang kamu! Cari mati!"Kemudian, Susi menyerbu ke arah Doni sambil melakukan jurus tipuan dengan tangan kiri. Susi diam-diam menendang perut Doni."Cukup terampil dalam seni bela diri!" Doni mengabaikan jurus tipuan Susi dan langsung menangkap pergelangan kaki Susi. Lalu, Doni mengeratkan tangan dan memutar.Susi menahan erangan sakit sambil menggertakkan gigi. Susi mengubah jurus tipuan menjadi
Semua orang terperanjat."Astaga! Ada apa ini?""Aku nggak salah lihat?""Tuan Beni malah memberi hormat pada kampungan itu?"Beni berkata dengan suara yang dalam dan ekspresi hormat, "Aku nggak tahu Ketua datang, maafkan keterlambatanku dan ketidaksopananku. Mohon Ketua hukum."Doni tersenyum dan melepaskan Susi yang tercengang. "Kamu nggak tahu, itu bukan salahmu. Ayo bicara di dalam, di sini terlalu ramai.""Ketua, mari!" Beni membungkuk seraya melakukan gestur tangan mempersilakan.Kemudian, Doni memasuki Klub Anugerah dan diikuti semua orang.Orang-orang di sekitar terbengong melihat hal itu. Belum pernah mereka melihat Beni begitu hormat pada seseorang. Seketika, banyak di antara mereka yang mengira diri mereka sedang bermimpi.Beni membawa Doni ke ruangan termewah di Klub Anugerah. Pada saat ini, hanya ada Beni, kedua putrinya, dan Johan di ruangan itu, tidak ada orang yang tidak berkepentingan.Begitu masuk, mereka berempat langsung berlutut. Beni berseru, "Ketua, hari kemuncul
"Kami nggak antar kamu!""Kami mengikutimu!"Doni termangu. "Kenapa kalian mengikutiku?""Selalu berada di sisi Tuan Muda Doni.""Siap melaksanakan perintah Tuan Muda Doni!"Doni melambaikan tangan. "Aku nggak butuh, kalian pulang saja."Susi dan Susan buru-buru menggelengkan kepala. "Ayahku bilang kalau dia akan mematahkan kaki kami kalau kami membuat Tuan Muda Doni jengkel!""Aku nggak jengkel!""Lalu, kenapa Tuan Muda Doni menyuruh kami pulang?""Aku akan kasih tahu Beni ini bukan salah kalian. Kalian pulang saja.""Ayahku nggak akan percaya! Setelah Tuan Muda Doni pergi, dia tetap akan mematahkan kaki kami!""Ya, ya, dia galak sekali!"Doni tidak bisa berkata-kata. Melihat kakak beradik yang sedih itu, Doni benar-benar sakit kepala.Membawa dua gadis ini ke rumah Keluarga Kusmoyo?Seno mungkin akan mati saking marahnya."Tuan Muda Doni! Kamu baru menjadi ketua istana yang baru, pasti butuh orang untuk membantumu.""Ya, ya! Pasti butuh orang untuk mengirim informasi."Doni menganggu
Susi menggerutu tidak jelas karena merasakan sesuatu, tetapi masih tak sadarkan diri.Pria itu menggeser kepala Susi untuk mengekspos lehernya. Pria itu menjilat bibir begitu melihat leher Susi yang cantik. Pria itu membulatkan hati dan hendak menggerakkan pisau.Pisau akan memotong nadi leher dan tenggorokan Susi sehingga Susi pasti mati.Ketika ujung pisau menyentuh kulit halus Susi, sebuah tangan muncul dari belakang dan menjepit ujung pisau dengan dua jari.Seketika, pisau itu tidak bisa bergerak lebih maju, seperti tertahan.Orang itu adalah Doni yang duduk di kursi belakang. Doni tidak memakai sabuk pengaman sehingga ketika mobil berguling, Doni ikut berguling-guling seperti bola.Doni tidak terluka, tetapi kepalanya pusing. Begitu sudah merasa lebih baik, Doni mendapati bahwa Susi berada dalam bahaya.Setelah menjepit ujung pisau, Doni menariknya dengan kuat."Hmm?" Pria itu terkejut dan menariknya kembali.Akan tetapi, pria itu tidak dapat melawan tarikan kuat yang ada di pisau
Vila Genting dibangun di pertengahan jalan gunung dan dekat dengan pemandangan alam yang indah.Vila Genting merupakan perumahan vila termewah di Kota Timung. Bahkan susah bagi orang kaya di Kota Timung untuk mendapatkan rumah di sana.Bukan hanya karena uang, tetapi juga latar belakang dan kekuasaan.Penghuni Kompleks Setia Masa I pun tidak berhak membeli rumah di Vila Genting.Irene dapat memiliki vila di Vila Genting, dapat dilihat betapa kuat Istana Senorim di tahun silam.Pada tengah malam, semua tempat gelap gulita sehingga tidak ada pemandang yang bisa dinikmati. Mobil langsung memasuki gerbang vila.Begitu masuk ke rumah dan menyalakan lampu, Doni terbengong di tempat.Astaga?Apakah ini rumah?Ini istana!Vila Keluarga Kusmoyo sudah sangat mewah, tetapi sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan vila ini.Usai berkeliling, Doni berkata pada Susi dan Susan, "Kalian pergi mandi saja, aku pilih satu kamar.""Hah?" Susi dan Susan tercengang dengan wajah merah tersipu. "Tuan Muda