Share

Bab 11

Gerakan Doni terkesan sangat cabul di mata Helen sehingga Helen menggertakkan gigi.

Bisa-bisanya kampungan ini mengincar Cherry!

Bajingan!

Seketika, kesan baik yang baru saja Helen punya terhadap Doni menghilang.

Namun, jujur saja!

Doni tidak mempunyai niat apa pun terhadap Cherry. Doni hanya berkata jujur! Adapun pijat, itu adalah metode pengobatan yang sangat lazim. Pijatan yang disertai energi sejati merupakan metode pengobatan terbaik.

Pada saat ini, ponsel Helen berdering karena ada panggilan masuk. Ada urusan mendesak di perusahaan yang harus ditangani.

Helen pas tidak ingin menghiraukan Doni. Helen langsung beranjak dari kursi dan berkata, "Aku ada urusan, harus pergi dulu. Sudah kubayar." Lalu, Helen pergi tanpa menoleh ke belakang.

Melihat sosok Helen menghilang di pintu, Doni menggelengkan kepala. Temperamen Helen ... harus dibenarkan!

Doni melihat jam dan memutuskan untuk melakukan hal besar itu lebih dulu.

...

Di Kompleks Setia Masa I.

Itu merupakan kompleks perumahan bernuansa kuno karena semua bangunan menerapkan gaya di abad sebelumnya. Jika dinilai dengan pandangan sekarang, kompleks ini adalah kompleks lama.

Namun, di Kota Timung, tidak ada orang yang berani meremehkan penghuni kompleks tersebut. Kompleks tersebut adalah tempat tinggal kerabat dari pusat kekuatan di Kota Timung. Rumah di sana bahkan tidak dapat dibeli dengan harga berapa pun, melainkan hanya dapat ditinggali oleh orang yang telah mencapai level tertentu. Satpam di depan gerbang kompleks bahkan berpangkat, termasuk sebagai pejabat di Kota Timung.

Sebuah mobil Maybach diparkir pada jarak seratusan meter dari gerbang kompleks. Dua pria berpakaian mewah berdiri di samping mobil.

Mereka adalah orang kaya Kota Timung, Harris Cahyo beserta putra tunggalnya, Calvin Cahyo.

"Ayah ... kita sudah tunggu lebih dari sejam, 'kan? Harus tunggu berapa lama lagi? Aku bisa mati kelaparan."

Calvin memprotes.

Di balai anggar, Calvin ditakuti oleh diagnosis "kanker stadium 4" sehingga segera pergi menemui ayahnya, meminta untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit oleh dokter ahli. Harris langsung menampar Calvin dua kali dan memarahinya. Pemeriksaan kesehatan rutin baru saja dilakukan minggu lagi, kanker dari mana?

Calvin baru tersadarkan bahwa kampungan itu hanya menakutinya. Adapun gejala yang disebutkan, pasti karena dia terlalu sering bersenang-senang dengan model baru itu. Hanya perlu menambah asupan kalsium.

Akan tetapi, Calvin tidak makan siang dan dibawa ayahnya ke sana dari siang sampai sekarang. Calvin sangat kelaparan.

"Ayah! Aku nggak kuat lagi! Ayo kita pulang! Kompleks sialan ini ...."

"Kurang ajar! Diam!" Harris menegur, "Kalau kamu asal bicara terus, kamu pergi ke luar negeri saja. Jangan membuat masalah untukku di dalam negeri!"

"Siapa pun di kompleks ini bisa menghebohkan Kota Timung."

"Kalau bisa ketemu Tuan Petrus dan mendapat dukungannya, kedudukan kita di Kota Timung akan menjadi kokoh!"

"Tuan Petrus?" Calvin kebingungan. "Bukannya Pemimpin Kota Timung bernama Herman?"

"Dasar bodoh!" Harris berbisik, "Tuan Herman masih bisa menjabat berapa tahun lagi? Tuan Petrus akan jadi pemimpin periode berikutnya! Tuan Petrus adalah anggota Keluarga Tanjaya di Kota Ditus! Sudahlah, kamu nggak akan paham. Tunggu saja di sini! Ada roti di dalam mobil, makan dulu!"

"Baiklah, baiklah ...." Calvin dengan tidak berdaya masuk ke mobil dan makan. Roti yang kering dan air mineral yang dingin membuat Calvin tidak berselera.

Usai makan, Harris membawa Calvin ke depan pos satpam dan berkata dengan hormat pada satpam yang bertugas di luar, "Saudara, Tuan Petrus ...."

"Nyonya bilang Tuan Petrus nggak di rumah."

"Kapan Tuan Petrus pulang?"

"Ini rahasia."

Satpam menjawab dengan ekspresi kosong dan suara kaku seperti robot.

Calvin menjadi jengkel. "Satpam saja ...."

Ekspresi Harris berubah drastis. Harris membekap mulut Calvin dan menariknya ke samping. "Diam kamu! Kamu tahu nggak semua satpam di sini punya latar belakang? Nggak ada harapan hari ini, ayo kita pergi!"

Ketika mereka hendak masuk ke mobil dan pergi, mata Calvin tiba-tiba membelalak.

"Sialan! Ayah, lihat! Itu penipunya! Dia yang bilang aku terkena kanker!"

Orang itu adalah Doni.

Pagi ini, Calvin benar-benar ditakuti oleh Doni sampai nyaris kencing di celana.

Jika Harris tidak membawanya ke sana, Calvin pasti akan menuntut pertanggungjawaban Doni sekarang. Tak disangka, mereka malah bertemu di sana.

"Berengsek! Berhenti kamu!"

Doni terkekeh-kekeh. "Eh, kok kamu? Kenapa kamu nggak ke rumah sakit, malah berkeliaran di luar? Kalau diobati lebih awal, kamu bisa hidup beberapa tahun lagi."

Saking marah, Calvin ingin pergi meninju Doni.

"Aku hajar kamu, dasar penipu!"

Harris menahan Calvin dan memarahinya, "Kembali ke sini! Kamu mau kelahi di sini, mau dipenjara beberapa tahun? Kalau ada masalah, bicarakan nanti!"

Doni bergegas berjalan ke gerbang tanpa menghiraukan mereka.

Satpam merentangkan tangan untuk menghentikan Doni. "Tunggu dulu! Anda cari siapa? Apa sudah ada janji?"

Doni tersenyum. "Ketemu keluarga. Namaku Doni Jonathan. Aku cari Nyonya Irene yang tinggal di No. 6."

"Mohon tunggu sebentar, aku klarifikasi dulu." Satpam itu langsung menjadi sopan. Satpam mengambil telepon di samping untuk menghubungi nomor internal.

Setelah berbincang singkat, satpam menutup telepon. Lalu, satpam dengan hormat mempersilakan Doni ke pos satpam di belakang. "Mohon tunggu sebentar, ada yang akan segera datang untuk menjemput Anda."

Harris yang berdiri tak jauh dari sana tercengang. Satpam itu sangat cuek pada mereka barusan, tetapi sangat sopan pada pemuda itu. Siapa pemuda itu? Harris menyesal dirinya berdiri agak jauh sehingga tidak bisa mendengar percakapan mereka.

"Ayah! Ayo kita pergi!" Calvin memelototi Doni. Dikarenakan tidak bisa menghajar Doni, Calvin tidak ingin membuang waktu semenit pun di sana.

"Calvin, siapa pemuda itu?"

Harris berjalan ke depan sambil menoleh ke belakang.

Calvin menggertakkan gigi. "Dia hanya kampungan, penipu! Akan kuhajar dia nanti!"

Sshh!

Harris tiba-tiba berhenti dan bergegas berjalan ke arah sebaliknya. Mata Harris membelalak. Seketika, Harris terbengong di tempat.

"Ayah kenapa? Kita pergi atau nggak?" tanya Calvin dengan heran.

Harris menarik napas dalam-dalam dan berpesan dengan serius, "Dengar baik-baik, jangan cari masalah dengan pemuda itu! Kalau ketemu lagi, kamu harus bersikap sopan!"

"Kenapa?"

"Orang yang datang untuk menjemputnya adalah istri Tuan Petrus!" jawab Harris. "Latar belakangnya, nggak biasa!"

"Istri Tuan Petrus sudah datang?" Calvin langsung berseru, "Ayo kita pergi tanyakan Tuan Petrus ...."

"Tanya apa!" Harris menampar belakang kepala Calvin. "Dia bahkan nggak sudi jawab telepon. Kalau kita langsung ke sana, kita akan membuatnya jengkel! Intinya, Ayah peringatkan kamu! Kecuali terpaksa, kamu nggak boleh menyinggung pemuda itu!"

"Aku tahu, aku tahu ..." jawab Calvin dengan jengkel. Akan tetapi, Calvin tidak setuju di dalam hati. Doni hanyalah orang kampungan, mengapa tidak boleh disinggung? Doni pasti masuk ke dalam untuk menjadi asisten rumah tangga!

Wanita berpakaian mewah yang menjemput Doni adalah istri Tuan Petrus, Irene Siregar, yang mendapat julukan wanita tercantik di Kota Timung.

Di Kota Timung, entah berapa banyak aristokrat yang terpukau oleh Irene. Akan tetapi, tidak ada orang yang berani bersikap tidak hormat pada Irene.

Orang yang tidak tahu seluk-beluk berpikir tidak ada orang yang berani menyinggung suaminya,

Akan tetapi, orang yang tahu seluk-beluk tahu bahwa Irene adalah iblis wanita yang tidak boleh diganggu.

Begitu pintu ditutup, Irene langsung memeluk Doni. "Aduh, adik seperguruanku, Kakak sangat merindukanmu!"

Empuk dan hangat.

Wangi semerbak.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Joni Soto
hehehhehehehhehe ketiban durian
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status