Jika aristokrat di Kota Timung tahu Doni dipeluk oleh Irene, mereka pasti akan sangat iri.Akan tetapi, pada saat ini, Doni ....Doni memasang kuda-kuda dengan punggung sedikit bungkuk dan memusatkan energi ke pusat energi. Mata Doni berbinar, siaga untuk melawan musuh.Pelukan Irene tidak memberikan suasana asmara pada Doni.Itu justru membangkitkan kembali kenangan masa kecil Doni yang menyakitkan.Misalnya ....Diikat ke pohon dan dijentik alat kelaminnya sebanyak seratus kali.Irene adalah putri tunggal dari guru, belasan tahun lebih tua dari Doni. Sejak kecil, Irene sering merundung Doni.Walau sekarang Irene sudah menjadi wanita paruh baya yang sangat memikat, di hati Doni, Irene selamanya adalah gadis iblis.Sikap siaga Doni membuat Irene mendengkus. "Bocah sialan! Ketemu Kakak malah bersikap seperti ini. Minta dihajar, ya?"Sambil berkata, Irene melakukan gestur tangan menjentik dan mengancam Doni.Doni bergidik dan segera memeluk pinggang Irene. "Kak Irene, kamu sudah paruh ba
Mendengar teriakan Doni, Indra langsung memelototinya dengan galak."Anak muda dari mana ini?""Besar sekali nyalimu! Beraninya kamu omong kosong!""Sudah puluhan tahun aku praktik, entah berapa banyak orang yang sudah kuselamatkan. Belum ada yang pernah berani memanggilku dokter gadungan!"Doni menunjuk rebusan obat itu. "Ini resepmu?""Aku! Kenapa?""Obat ini sama sekali nggak cocok! Salah semua!""Konyol!" Alih-alih marah, Indra malah tertawa. "Dari mana kamu? Apa hakmu untuk mengomentari resep obatku? Beginikah generasi muda dari Keluarga Sirait?""Dokter Indra, jangan salah paham." Felicia bergegas menjelaskan, "Dia adiknya temanku. Hhmm ... Irene, sebenarnya, Dokter Indra sudah selesai mendiagnosis Herman. Terima kasih atas niat baikmu. Cepat kamu bawa dia pergi."Irene tersenyum, lalu berkata pada Herman, "Tuan Herman, hari ini, aku khusus bawakan dokter untuk mendiagnosismu."Herman melambaikan tangan. "Dokter Indra saja sudah cukup.""Cih ...." Doni menyeringai sinis. "Dia jel
Doni tersenyum santai. "Bukannya kamu mau mengusirku?""Selama kamu bisa selamatkan ayahku, kamu adalah penyelamat Keluarga Sirait!" seru Paul. "Aku akan berlutut di depan semua orang dan mengakui kesalahanku padamu.""Nggak perlu berlutut." Doni mengangguk. "Untung kamu berbakti. Suruh mereka minggir, jangan memenuhi tempat di sana."Paul bergegas menyuruh semua orang untuk mundur.Doni menghampiri Herman untuk mencengkeram kerah baju Herman dan menariknya. Pada saat yang sama, Doni meninju dada Herman dua kali dengan kuat."Apa yang kamu lakukan! Berengsek! Lepaskan ayahku! Satpam, tangkap dia!"Mata Paul merah padam. Paul mengira Doni sedang melampiaskan emosi dengan menyiksa jenazah."Minggir kalau nggak mau mati!"Tatapan Doni yang dingin dan menyiratkan aura pembunuh menyapu semua orang. Mereka tanpa sadar mundur beberapa langkah karena takut.Doni mengambil kain alas sofa. Lalu, Doni membalikkan badan Herman dan menepuk punggungnya beberapa kali dengan kuat.Wuek!Herman tiba-ti
Alasan mengapa Helen meninggalkan Doni di restoran sebelumnya bukan hanya karena marah pada Doni, tetapi juga mendapat panggilan telepon mengenai pinjaman dana yang signifikan.Arus modal Keluarga Kusmoyo sedang berada dalam krisis dan nyaris terputus. Akan tetapi, Bank Meta yang sudah bekerja sama dengan mereka selama bertahun-tahun tiba-tiba mengganti direktur bank yang baru. Kristofer Surya selalu menyulitkan mereka tentang pinjaman dana tersebut, seolah-olah ingin menggunakan Keluarga Kusmoyo untuk membangun kewibawaan.Demi pinjaman dana itu, Helen setuju untuk menghadiri perjamuan Kristofer pada sore hari. Helen berharap dapat mencapai kesepakatan di perjamuan tersebut....Pada saat ini, di Ruang Mekar Hotel Kudus.Helen sudah meneguk banyak arak sehingga wajahnya memerah dan matanya linglung. Wajah Helen yang dingin tampak lebih memikat.Melihat tiga gelas arak putih di depan, tangan Helen berhenti di udara. Helen ragu mau mengambilnya atau tidak.Cherry yang berada di samping
"Cih! Nona Helen, kesempatan sudah diberikan padamu!" Kristofer memasang ekspresi seperti kucing memainkan tikus. "Bisakah kamu ambil kesempatan ini?""Aku ...."Helen mengambil botol arak. "Aku minum! Harap Pak Kristofer bisa tepati janjimu!""Helen! Jangan minum!" Cherry menarik lengan Helen."Wanita sialan!" Kristofer membentak dengan marah, "Cerewet sekali! Kalau kamu cerewet lagi, jangan harap Keluarga Wijaya bisa meminjam uang sepeser pun dari bank!"Semarah apa pun Cherry, Cherry tidak berani berbicara lagi.Kristofer tidak hanya mendapat dukungan dari keluarga besar, tetapi juga memiliki koneksi dengan pusat kekuasaan Kota Timung. Keluarga Wijaya tidak bisa menyinggung Kristofer."Cherry, cukup! Pak Kristofer, aku minum!"Helen nekat mengambil botol arak dan meneguknya.Melihat Helen minum arak, Kristofer dan yang lain bertepuk tangan."Bagus! Bagus! Nona Helen kuat minum! Sungguh jagoan wanita!"Setelah meneguk setengah botol arak, Helen merasa tenggorokan sampai lambungnya te
Cherry menunjuk Kristofer. "Dia Direktur Bank Meta, yang kamu tendang ke luar itu!""Hmm ...." Doni berjalan ke depan Kristofer. Lalu, Doni menjambak rambut Kristofer dan menariknya berdiri. "Ada masalahnya dengan pinjaman dana? Cepat berikan pinjaman dana untuk istriku.""Hah?" Kristofer baru sadar kembali. "Siapa kamu?""Nggak usah tanya siapa aku. Kamu mau kasih pinjaman dana atau nggak?""Kasih apa? Kuberi tahu, ya. Kalau kalian membuatku marah, seluruh Keluarga Kusmoyo akan tamat. Cepat kamu berlutut sekarang! Suruh Helen si wanita sialan itu melayaniku sebulan. Kalau nggak ....""Kenapa kalau nggak?" Doni dengan kuat membenturkan kepala Kristofer ke meja.Bam!Krang!Meja itu tumbang sehingga piring dan gelas jatuh ke lantai. Kepala Kristofer bengkak."Kamu ...." Kristofer ingin memaki lagi. Akan tetapi, Doni menjambak rambut Kristofer dan membenturkan kepalanya dengan kuat ke dinding.Ada bercak darah yang lebar di dinding.Kali ini, kepala Kristofer berdengung. Kristofer akhirn
Di Klub Anugerah, markas Beni Santoso.Saat ini adalah waktu di mana bisnis klub hiburan paling ramai. Pria dan wanita yang berpakaian mewah keluar masuk di pintu klub malam yang diterangi lampu neon. Bahkan banyak gadis atau wanita berpakaian minim yang berkeliaran di depan pintu klub. Jika ada pria yang sendirian, mereka akan mendekat untuk memulai percakapan.Begitu melihat Doni, seorang gadis yang memakai rok mini segera maju. Akan tetapi, gadis itu dihentikan oleh seorang wanita dengan gaun ketat di samping."Mawar, jangan ke sana. Kamu sepertinya butuh kaca mata! Dia kelihatan kampungan, nggak seperti orang kaya.""Nggak hanya kampungan, dia juga tengok kiri kanan. Dia jelas bukan orang kaya."Gadis itu memicingkan mata dan mengamati Doni selama sesaat. Lalu, gadis itu tampak jijik. "Ternyata kampungan! Sial!"Doni mengamati klub hiburan itu dengan penuh minat. Saat berjalan ke depan pintu, Doni langsung dicegat oleh dua pria kekar."Berhenti!""Ini bukan tempat yang bisa kamu da
Kedua gadis itu bernama Susi Santoso dan Susan Santoso, putri kembar dari Beni. Mereka cukup terkenal di dunia persilatan Kota Timung dan kejam.Wajah cantik Susi dan Susan tampak sedingin es ketika melihat kekacauan di depan pintu.Susi menunjuk Doni. "Siapa yang mengutusmu ke sini?"Doni tersenyum. "Aku cari Beni Santoso, ada urusan mendesak."Ekspresi Susi menjadi suram. "Mau cari ayahku? Oke! Berlutut dan minta maaf, lalu ikat tanganmu. Aku baru bawa kamu masuk."Doni pun tertawa. "Sebaiknya kamu jangan bilang begitu kalau nggak mau ayahmu jadi kurang ajar."Ekspresi Susi menjadi masam. "Lancang kamu! Cari mati!"Kemudian, Susi menyerbu ke arah Doni sambil melakukan jurus tipuan dengan tangan kiri. Susi diam-diam menendang perut Doni."Cukup terampil dalam seni bela diri!" Doni mengabaikan jurus tipuan Susi dan langsung menangkap pergelangan kaki Susi. Lalu, Doni mengeratkan tangan dan memutar.Susi menahan erangan sakit sambil menggertakkan gigi. Susi mengubah jurus tipuan menjadi
...Ckit!Jip diparkir di sebelah ekskavator, pintu terbuka dan Doni keluar dengan wajah muram.Penduduk desa di sekitar saling memandang dengan terkejut."Ini bukan Kepala Desa!""Siapa dia?""Apa dia kerabat Kepala Desa?"Doni tidak memedulikan orang di sekitar, dia hanya naik ekskavator dan mendekati keduanya.Melihat wajah Denada berlumuran darah, salah satu lengan Helen terkulai dan terlihat ada memar besar di lengan serta tulang selangkanya. Doni pun mengernyitkan dahi dan menatap penduduk desa dengan dingin, penuh dengan niat membunuh.Helen menahan rasa sakit dan menatap Doni, "Kamu sudah datang?""Ya, biar kulihat dulu." Setelah mengatakan itu, Doni mengulurkan tangan dan menekan bagian memar Helen dengan lembut tanpa menunggu reaksinya."Sakit!" Helen tidak bisa menahan diri untuk berbisik, "Dari mana saja kamu!? Kenapa kamu baru datang? Periksa kondisi Denada! Aku baik-baik saja!""Oke!" Doni melihat luka Denada lagi. Mengetahui wanita itu pusing, dia menatapnya lagi dan ber
Amarah penduduk desa tersulut lagi, mereka meninju dan menendang para pekerja serta beberapa satpam. Situasi menjadi kacau lagi.Helen yang terkena batu bata benar-benar kesakitan hingga tidak bisa mengangkat lengannya. Akan tetapi, saat ini dia sama sekali tidak berniat untuk pergi ke rumah sakit dan berteriak dengan cemas, "Hentikan! Jangan berkelahi!"Akan tetapi, suaranya langsung tenggelam dalam kebisingan.Orang-orang dari Grup Kusmoyo juga dipukul mundur oleh penduduk desa."Bu Helen! Bagaimana ini?" Denada cemas, wajahnya menjadi lebih pucat dan air mata bercampur darah mengalir.Helen juga agak bingung. Penduduk desa yang gila ini telah kehilangan akal sehatnya. Tadi saat bertemu masih bisa bicara dengan baik, tetapi sekarang malah benar-benar memukul orang. Situasinya benar-benar di luar kendali.Saat ini beberapa penduduk desa yang memegang tongkat bergegas keluar. Mereka menerobos garis pertahanan yang terdiri dari pekerja dan satpam sebelum sampai di hadapan Helen dan Dena
Denada berteriak ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri, tetapi rasa pusingnya begitu luar biasa dan dia langsung jatuh ke lantai setelah berlari beberapa langkah. Sebuah lubang besar juga muncul di stokingnya dan lututnya juga terluka karena jatuh.Tin, tin, tin!Tepat saat beberapa penduduk desa hendak menangkap Denada, klakson mobil terdengar di luar dan Helen tiba.Dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melihat lokasi proyek yang kacau dan menggertakkan gigi karena marah. Helen benar-benar kecewa terhadap Doni."Bu Helen ...." Denada merasa seolah telah mendapatkan kepercayaan diri setelah melihat Helen dan berteriak dengan lemah.Helen bergegas mendekat dan membantu Denada, melihat kepalanya berlumuran darah dan wajahnya pucat. Akan tetapi, Doni tidak terlihat di sana. Dia bertanya lagi kepada beberapa pekerja dan mereka semua bilang kalau Doni tidak pernah muncul.Helen tidak bisa menahan amarahnya.Doni ini!Bagaimana gadis lembut seperti Denada bisa menghadapi hal se
Denada perlahan mengangkat kepalanya dan menatap sekelompok penduduk desa yang marah. Wajahnya penuh darah dan sorot matanya dipenuhi dengan ketakutan.Ada luka berdarah sepanjang tiga sentimeter di dahinya dan dagingnya terkelupas.Sebelumnya, dia sedang memeriksa lokasi konstruksi ketika sekelompok besar penduduk desa tiba-tiba muncul. Mereka berkata jalan di desa tersebut dihancurkan oleh kendaraan dari lokasi konstruksi dan orang-orang juga dipukul oleh satpam proyek. Penduduk desa menyuruh Denada untuk menyerahkan si pelaku dan membayar ganti rugi.Denada memberikan penjelasan dan kepalanya dipukul oleh batu bata yang muncul entah dari mana. Para pekerja di lokasi konstruksi agak marah dan bentrok dengan penduduk desa.Meskipun sebagian besar pekerja dan satpam di lokasi konstruksi kekar, mereka tidak mampu menahan jumlah penduduk desa yang sangat banyak dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah.Penduduk desa telah memperingatkan kalau mereka tidak menyerahkan pelaku dan memba
Irene menatap Erika. "Sepertinya apa yang Doni katakan masuk akal."Erika berkata dengan kesal, "Kak Irene, kamu juga membantu adikmu menindasku, ya?"Irene tersenyum dan berkata, "Mana mungkin aku berani? Kalian berdua ini adikku. Meskipun bisa dikatakan sebagai keluarga, Doni telah membuat keputusan bulat. Nggak masalah bagaimana mendiskusikan masalah dalam keluarga, jangan sampai menghancurkan keharmonisan."Setelah mendengar ini, Doni pun tidak bisa menahan senyuman. Kata-kata indah ini diucapkan dengan sempurna, tetapi sebenarnya Irene juga menyetujui caranya.Erika tentu saja mengerti dan menghela napas, "Kak Irene, bagaimana kalau aku mengalah sedikit. Bagaimana dengan 6 triliun?"Doni menggelengkan kepalanya, "Nona Erika, aku benar-benar minta maaf. 6 triliun terlalu jauh dari harga yang kuinginkan. Sebenarnya kamu juga tahu kalau aku nggak akan setuju ...."Saat Doni sedang berbicara, ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah panggilan dari lokasi proyek.Doni menekan tombol j
Saat berbicara, Erika memasang wajah menyedihkan seolah telah mengalami penganiayaan.Irene menjadi semakin bingung, "Ada kesalahpahaman di antara kalian berdua?"Erika berkata perlahan, "Kak Irene, ada sebuah bisnis yang kudiskusikan dengan Doni dengan sangat tulus dan menawarkan harga yang sangat sesuai, tapi Doni malah menolaknya tanpa ampun dan bahkan nggak memberiku kesempatan untuk bernegosiasi.""Bisnis?" Irene tertegun sejenak, lalu tiba-tiba sadar.Dia langsung berpikir ada peluang 80% bahwa apa yang Erika sebut bisnis adalah sebidang tanah di tangan Doni.Seketika, Irene diam-diam mengatakan kalau dia salah perhitungan.Erika adalah putri Damian sang orang terkaya di Kota Timung, Grup Damian juga pasti sudah mengetahui tentang pembangunan zona perdagangan di persimpangan Kota Horia dan Grup Damian. Bukannya mustahil untuk mengetahui tanah tersebut sudah menjadi milik Doni.Grup Damian tidak akan rela melepaskan keuntungan besar ini.Hanya saja kecepatan aksi Erika agak di lua
Doni menyentuh dagunya, "Kalau begitu, kamu harus menyiapkan kacamata berbingkai emas lagi untukku.""Untuk apa kamu pakai itu?""Itu akan membuatku terlihat seperti orang berpendidikan yang diam-diam menghanyutkan.""Hah?" Irene mengangkat alisnya.Doni buru-buru menutup telinganya dan berkata, "Cuma bercanda, cuma bercanda.""Heh! Biar kuberi tahu kamu, hari ini orang yang akan datang adalah temanku. Kalau kamu nggak menghormatinya, itu sama saja dengan kamu nggak menghormatiku," kata Irene dengan wajah dingin, "Kalau dia punya kesan buruk tentang kamu, awas saja aku akan membereskanmu! Lihat pohon di halaman belakang itu? Pohon itu sangat mirip dengan yang ada di dasar gunung saat itu!"Tubuh Doni tanpa sadar menegang dan tanpa sadar teringat adegan saat diikat ke pohon. Irene di depannya tidak lagi terlihat anggun dan malah seperti seorang penyihir yang akan melahapnya."Kak, tenang saja!" Doni buru-buru berkata, "Aku pasti akan memberimu muka!"Saat ini bel pintu berbunyi."Dudukl
Irene menyuruh Doni untuk datang dan dia tidak berani mengabaikannya. Selain itu, Doni tahu Irene tidak akan mencarinya tanpa ada masalah penting. Yang disebut "wanita cantik" yang akan diperkenalkan kepadanya hari ini pastilah orang yang sangat penting.Doni bergegas pergi ke rumah Irene secepat mungkin.Irene sudah menunggu di sana. Karena hari ini akan menerima tamu, dia berpakaian cukup formal. Gaun berwarna cerah membalut tubuhnya, sosoknya terlihat sangat seksi dan perangainya anggun. Akan tetapi, di mata Doni, dia selalu merasa ada hantu kecil yang tersembunyi di balik kecantikan dan keanggunan yang luar biasa itu."Kak, hari ini dandananmu sangat cantik!" Doni bercanda, "Terlihat seperti akan pergi ke kencan buta."Irene memelototinya dan mengulurkan tangan untuk menarik telinganya dengan akurat, "Bajingan kecil, besar sekali nyalimu! Beraninya kamu nggak sopan padaku!?""Maaf, maaf." Doni memiringkan kepalanya dan ditarik ke kamar oleh Irene, "Kak, sebenarnya siapa yang akan k
"Bukankah CEO Grup Damian itu Damian sendiri?" Beni berkata dengan heran, "Damian bukan hanya direktur, tapi juga CEO.""Aneh, mungkinkah itu penipu?" kata Doni sambil mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa Internet. Doni menemukan artikel tentang penunjukan CEO baru di berandau Grup Damian dan tiba-tiba mengangguk. "Baru saja diganti, Damian mengundurkan diri. Posisi CEO digantikan oleh Erika yang pulang dari luar negeri.""Pak Doni, apa Grup Damian barusan mencarimu?""Ya! Katanya mereka akan membicarakan bisnis, sore ini aku akan pergi menemuinya." Doni tersenyum dan dengan kasar menebak niat Erika. Doni segera bergumam pada dirinya, benar-benar sasaran empuk....Pada pukul tiga sore, Doni tiba di Kafe Avior sesuai jadwal. Di meja dekat jendela, Doni bertemu Erika.Erika adalah wanita yang sangat cantik. Hari ini Erika mengenakan kemeja putih dengan rok tinggi. Rambut panjangnya diikat rapi di belakang kepalanya, memperlihatkan lehernya yang mulus serta putih. Saat duduk di sana, a