Setelah meninggalkan istana, Intan naik kereta kuda menuju Kediaman Putri Agung.Intan memang berencana pergi ke Kediaman Putri Agung hari ini, tetapi tiba-tiba dipanggil ke istana.Namun, itu tidak menunda rencana Intan. Sesudah siang, Putri Agung pasti sudah bangun dari tidur siang dan memiliki daya tempur yang kuat, seharusnya tidak akan membuat orang kecewa.Dalam beberapa hari ini, Intan membenahi gudang dan mengurus harta bawaan yang telah dibawa pulang dari Kediaman Jenderal. Barang yang bisa dijual akan dijual, sedangkan yang tidak bisa dijual akan ditumpuk di pojok.Untuk menikah dengan Alfred, Intan tidak bisa menjadikan semua itu sebagai harta bawaan lagi. Oleh karena itu, setelah membenahi gudang, Intan harus membeli barang-barang. Paman Toni pun membuat daftar barang yang harus dibeli.Di antara tumpukan barang-barang itu, ditemukan plakat kesucian yang diberikan oleh Putri Agung.Ukirannya sungguh indah, juga menggunakan bahan bermutu, yaitu giok nephrite."Hadiah" berhar
Intan mengangkat alis dengan cuek sembari menatap wajah Putri Agung yang penuh kemarahan. Dari sudut mata, Intan melihat pelayan di samping mengadang di depan Putri Agung dan berteriak, "Pengawal, pengawal!"Intan tersenyum. "Putri Agung, tidak perlu repot-repot. Aku hanya datang untuk mengembalikan barang."Tatapan mata Putri Agung menjadi suram ketika melihat plakat kesucian yang dipegang oleh Intan. Barang itu masih disimpan?Bukankah seharusnya sudah dilempar dengan marah setelah diterima? Putri Agung berpikir Intan hanya sekadar mengancam di hari itu. Alhasil, plakat kesucian itu benar-benar masih disimpan.Kepala pengawal hendak berlari ke dalam bersama pasukannya, tetapi Putri Agung membentak, "Mundur, jaga di depan pintu."Hanya orang terdekat Putri Agung yang tahu tentang plakat kesucian itu.Terutama itu bukan pengawal halaman dalam kepercayaan Putri Agung, melainkan pengawal halaman luar yang paling tidak bisa menjaga mulut. Terkadang, hanya minum beberapa gelas arak saja me
Di ruang kerja, Bimo masuk untuk melapor, "Kaisar, Putri Agung masuk ke istana dan ingin menemui Kaisar."Kaisar mendongakkan kepala dari tumpukan surat laporan dan membuang kuas. Dia memijat kening. "Apa dia bilang karena masalah apa?"Bimo menjawab dengan waswas, "Tidak dibilang, tapi kelihatannya sedang marah besar."Kaisar menyeringai sinis. "Bibiku ini biasanya bersikap mendominasi. Setiap kali masuk ke istana di tahun baru, dia selalu berlagak seperti tetua di depanku. Tapi, jarang sekali dia datang sendirian untuk menemuiku. Ada masalah apa yang tidak dapat diselesaikan oleh Putri Agung? Mungkin karena kejadian di perayaan ulang tahun."Kaisar telah mendengar tentang apa yang terjadi di perayaan ulang tahun, tetapi belum tentu mendengar keseluruhannya. Akan tetapi, itu sudah berhari-hari yang lalu. Apakah Putri Agung masuk ke istana hari ini karena itu?"Persilakan dia masuk," kata Kaisar.Bimo ragu sejenak, lalu berucap, "Putri Agung ada di Istana Selestia dan minta Kaisar ke s
Putri Agung berseru sambil menggertakkan gigi, "Intan Belima!"Saat mendengar nama itu, Nyonya Kartika menundukkan kepala dan tatapan matanya mulai buyar.Nyonya Kartika sudah mengutus orang untuk membuntuti Intan, lihat apakah Intan pergi ke Kediaman Putri Agung atau tidak. Akan tetapi, sebelum utusan sempat kembali untuk melapor, Putri Agung sudah masuk ke istana dan memanggil Nyonya Kartika ke Istana Selestia.Dilihat dari sikap Putri Agung, tanpa perlu mendengar laporan, Nyonya Kartika yakin Intan sudah pergi ke Kediaman Putri Agung, serta menuturkan kata-kata yang sangat keterlaluan, tetapi seharusnya juga sangat menggembirakan.Apa yang telah dikatakan oleh Intan sampai membuat wanita tua kejam ini begitu marah? Belum pernah Putri Agung masuk ke istana dan meminta Kaisar menegakkan keadilan untuknya.Ibu Suri mengernyit. "Intan? Dia kenapa? Kenapa Kaisar harus menurunkan dekret untuk menghukumnya?"Putri Agung berteriak dengan marah, "Dia menerobos ke Kediaman Putri Agung dan men
Mendengar itu, Kaisar mengayun tangannya. "Bibi, tenang dulu. Intan memang bersalah karena menerobos ke Kediaman Putri Agung dan memaki Bibi, itu bukan perbuatan yang pantas bagi nona bangsawan. Bagaimana Intan memaki Bibi? Apa ada saksi? Ayo Bibi katakan agar aku bisa menegakkan keadilan untuk Bibi. Terkait Intan memfitnah Bibi memberikan plakat kesucian, aku akan menyuruh prefektur ibu kota melakukan penyelidikan. Kalau terbukti Intan mengarangnya untuk memfitnah Bibi, aku pasti akan menghukum Intan.""Saksi? Ada banyak sekali, semua orang di Kediaman Putri Agung bisa bersaksi. Intan menerobos ke dalam, pengawal pun tidak bisa menghentikannya. Orang-orang di Kediaman Putri Agung juga mendengar Intan memakiku."Putri Agung tertegun sejenak. "Tentang plakat kesucian, tidak perlu menyuruh prefektur ibu kota menyelidikinya. Akan lebih heboh lagi kalau dilakukan penyelidikan secara besar-besaran. Masyarakat itu bodoh, pasti percaya kalau pemerintah melakukan penyelidikan. Sekalipun terbuk
Melihat kemarahan dan kemaluan di wajah Putri Agung, Nyonya Kartika merasa sangat gembira. Akhirnya Putri Agung kalah.Sebenarnya, Nyonya Kartika juga tidak mengerti mengapa tidak dapat menghukum Intan dengan alasan itu. Menghina keluarga kekaisaran adalah pelanggaran berat.Akan tetapi, Putri Agung tiba-tiba terdiam. Jelas bahwa Intan tidak dapat dihukum.Kebenaran hal itu bisa diketahui setelah dia menanyai kakak nanti. Nyonya Kartika dengan girang menyaksikan kemarahan Putri Agung.Pada akhirnya, Putri Agung pergi dengan gusar. Setelah masuk ke istana, Putri Agung baru paham bahwa Intan berani bertindak semena-mena karena didukung oleh Ibu Suri dan Kaisar, bukan hanya Alfred saja.Tidak heran Intan begitu congkak.Setelah Putri Agung pergi, Kaisar memijat kening seraya menghela napas. "Kelihatannya, masalah plakat kesucian itu memang benar. Bibi sungguh keterlaluan.Ibu Suri tampak marah. "Aku pun ingin menamparnya. Dia semena-mena, bodoh, kejam, dan egois. Dia benar-benar mempermal
Bagaimana mungkin Ibu Suri tidak mengetahui isi pikiran adiknya? Ibu Suri langsung menegur, "Sebentar lagi kamu akan pindah ke Kediaman Aldiso dan tinggal bersama Alfred. Kalau ada yang bingung, jangan merebut kekuasaan untuk mengurus masalah internal atau eksternal. Intan akan mengurusnya setelah menikah ....""Kakak, tidak bisa begitu." Nyonya Kartika memotong perkataan Ibu Suri dan bersikap serius. "Mana ada menantu yang mengurus rumah setelah baru menikah? Aku tidak percaya pada Intan. Hanya kita kakak beradik di sini, aku jujur saja. Aku tidak suka Intan, tidak ingin dia jadi menantuku, apalagi membiarkan Intan mengurus Kediaman Aldiso.""Oh? Kamu yang urus?" Ibu Suri mengangkat alis. "Baik. Mulai besok, aku akan minta Permaisuri menyerahkan kekuasaan atas harem padamu, biar dia bisa istirahat. Coba kamu urus beberapa hari.""Aku bukannya tidak pernah mengurus harem, aku sering membantu Permaisuri. Lagi pula, memangnya aku tidak pernah bantu saat Kakak mengurus harem?""Ya, kamu s
Hal itu memang merupakan perbuatan Putri Agung. Putri Agung gagal meminta Kaisar menghukum Intan karena telah menghina keluarga kekaisaran, maka Putri Agung ingin memberi pelajaran pada Intan menggunakan caranya sendiri.Bukankah warga ibu kota memuji Intan karena berbakti? Kalau begitu, lihat apakah anak gadis yang menikah selama masa berkabung atas kematian ayahnya akan dicemooh oleh para warga atau tidak.Pengurus Kediaman Putri Agung, Bibi Reani, dengan girang masuk untuk melapor, "Putri Agung, Putri Chelsea, informasinya sudah menyebar, sedang marak diperbincangkan di kedai teh dan restoran. Hampir semua orang memarahi Intan.""Hampir semua orang? Bukan semua?" Tatapan mata Putri Chelsea sedingin es. "Masih ada warga yang membela Intan?"Bibi Reani berujar, "Putri Chelsea, memang ada beberapa rakyat jelata yang membela Intan. Mereka bilang Intan sudah berkabung selama 24 bulan dari kematian ayahnya saat Intan menikah."Putra-putri harus berkabung selama 3 tahun dari kematian orang