Share

Bab 215

Author: Nanda
last update Last Updated: 2024-07-27 18:00:01
Melihat wajah Intan yang cantik dan tubuh Intan yang seksi, sulit dibayangkan bahwa Intan dapat memotong manusia menjadi tiga bagian seperti yang Alfred katakan.

Kemudian, Nyonya Kartika teringat akan perbuatan dan perkataan Intan di perayaan ulang tahun Putri Agung. Nyonya Kartika bertanya, "Kamu sudah menyinggung Putri Agung di hari itu. Kamu tidak takut dia akan balas dendam?"

Intan menjawab dengan santai, "Dia hanya tong kosong yang nyaring bunyinya, buat apa takut padanya?"

Nyonya Kartika menyeletuk dengan nada dingin, "Kamu masih terlalu muda, tidak tahu dia punya banyak trik dan taktik. Kalau dia diam-diam menyerangmu, kamu akan menderita."

"Kalau dia menyerang secara diam-diam, kita serang terang-terangan. Kita bertindak secara terbuka dan lugas, tidak perlu takut dia. Sebaliknya, dia punya banyak rahasia tidak senonoh. Kalau ada rahasia, pasti ada titik kelemahan. Mudah sekali untuk melawannya."

Sambil berkata, Intan mengepalkan tangannya yang memegang sebuah cangkir. Lalu, In
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 216

    Setelah meninggalkan istana, Intan naik kereta kuda menuju Kediaman Putri Agung.Intan memang berencana pergi ke Kediaman Putri Agung hari ini, tetapi tiba-tiba dipanggil ke istana.Namun, itu tidak menunda rencana Intan. Sesudah siang, Putri Agung pasti sudah bangun dari tidur siang dan memiliki daya tempur yang kuat, seharusnya tidak akan membuat orang kecewa.Dalam beberapa hari ini, Intan membenahi gudang dan mengurus harta bawaan yang telah dibawa pulang dari Kediaman Jenderal. Barang yang bisa dijual akan dijual, sedangkan yang tidak bisa dijual akan ditumpuk di pojok.Untuk menikah dengan Alfred, Intan tidak bisa menjadikan semua itu sebagai harta bawaan lagi. Oleh karena itu, setelah membenahi gudang, Intan harus membeli barang-barang. Paman Toni pun membuat daftar barang yang harus dibeli.Di antara tumpukan barang-barang itu, ditemukan plakat kesucian yang diberikan oleh Putri Agung.Ukirannya sungguh indah, juga menggunakan bahan bermutu, yaitu giok nephrite."Hadiah" berhar

    Last Updated : 2024-07-27
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 217

    Intan mengangkat alis dengan cuek sembari menatap wajah Putri Agung yang penuh kemarahan. Dari sudut mata, Intan melihat pelayan di samping mengadang di depan Putri Agung dan berteriak, "Pengawal, pengawal!"Intan tersenyum. "Putri Agung, tidak perlu repot-repot. Aku hanya datang untuk mengembalikan barang."Tatapan mata Putri Agung menjadi suram ketika melihat plakat kesucian yang dipegang oleh Intan. Barang itu masih disimpan?Bukankah seharusnya sudah dilempar dengan marah setelah diterima? Putri Agung berpikir Intan hanya sekadar mengancam di hari itu. Alhasil, plakat kesucian itu benar-benar masih disimpan.Kepala pengawal hendak berlari ke dalam bersama pasukannya, tetapi Putri Agung membentak, "Mundur, jaga di depan pintu."Hanya orang terdekat Putri Agung yang tahu tentang plakat kesucian itu.Terutama itu bukan pengawal halaman dalam kepercayaan Putri Agung, melainkan pengawal halaman luar yang paling tidak bisa menjaga mulut. Terkadang, hanya minum beberapa gelas arak saja me

    Last Updated : 2024-07-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 218

    Di ruang kerja, Bimo masuk untuk melapor, "Kaisar, Putri Agung masuk ke istana dan ingin menemui Kaisar."Kaisar mendongakkan kepala dari tumpukan surat laporan dan membuang kuas. Dia memijat kening. "Apa dia bilang karena masalah apa?"Bimo menjawab dengan waswas, "Tidak dibilang, tapi kelihatannya sedang marah besar."Kaisar menyeringai sinis. "Bibiku ini biasanya bersikap mendominasi. Setiap kali masuk ke istana di tahun baru, dia selalu berlagak seperti tetua di depanku. Tapi, jarang sekali dia datang sendirian untuk menemuiku. Ada masalah apa yang tidak dapat diselesaikan oleh Putri Agung? Mungkin karena kejadian di perayaan ulang tahun."Kaisar telah mendengar tentang apa yang terjadi di perayaan ulang tahun, tetapi belum tentu mendengar keseluruhannya. Akan tetapi, itu sudah berhari-hari yang lalu. Apakah Putri Agung masuk ke istana hari ini karena itu?"Persilakan dia masuk," kata Kaisar.Bimo ragu sejenak, lalu berucap, "Putri Agung ada di Istana Selestia dan minta Kaisar ke s

    Last Updated : 2024-07-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 219

    Putri Agung berseru sambil menggertakkan gigi, "Intan Belima!"Saat mendengar nama itu, Nyonya Kartika menundukkan kepala dan tatapan matanya mulai buyar.Nyonya Kartika sudah mengutus orang untuk membuntuti Intan, lihat apakah Intan pergi ke Kediaman Putri Agung atau tidak. Akan tetapi, sebelum utusan sempat kembali untuk melapor, Putri Agung sudah masuk ke istana dan memanggil Nyonya Kartika ke Istana Selestia.Dilihat dari sikap Putri Agung, tanpa perlu mendengar laporan, Nyonya Kartika yakin Intan sudah pergi ke Kediaman Putri Agung, serta menuturkan kata-kata yang sangat keterlaluan, tetapi seharusnya juga sangat menggembirakan.Apa yang telah dikatakan oleh Intan sampai membuat wanita tua kejam ini begitu marah? Belum pernah Putri Agung masuk ke istana dan meminta Kaisar menegakkan keadilan untuknya.Ibu Suri mengernyit. "Intan? Dia kenapa? Kenapa Kaisar harus menurunkan dekret untuk menghukumnya?"Putri Agung berteriak dengan marah, "Dia menerobos ke Kediaman Putri Agung dan men

    Last Updated : 2024-07-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 220

    Mendengar itu, Kaisar mengayun tangannya. "Bibi, tenang dulu. Intan memang bersalah karena menerobos ke Kediaman Putri Agung dan memaki Bibi, itu bukan perbuatan yang pantas bagi nona bangsawan. Bagaimana Intan memaki Bibi? Apa ada saksi? Ayo Bibi katakan agar aku bisa menegakkan keadilan untuk Bibi. Terkait Intan memfitnah Bibi memberikan plakat kesucian, aku akan menyuruh prefektur ibu kota melakukan penyelidikan. Kalau terbukti Intan mengarangnya untuk memfitnah Bibi, aku pasti akan menghukum Intan.""Saksi? Ada banyak sekali, semua orang di Kediaman Putri Agung bisa bersaksi. Intan menerobos ke dalam, pengawal pun tidak bisa menghentikannya. Orang-orang di Kediaman Putri Agung juga mendengar Intan memakiku."Putri Agung tertegun sejenak. "Tentang plakat kesucian, tidak perlu menyuruh prefektur ibu kota menyelidikinya. Akan lebih heboh lagi kalau dilakukan penyelidikan secara besar-besaran. Masyarakat itu bodoh, pasti percaya kalau pemerintah melakukan penyelidikan. Sekalipun terbuk

    Last Updated : 2024-07-28
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 221

    Melihat kemarahan dan kemaluan di wajah Putri Agung, Nyonya Kartika merasa sangat gembira. Akhirnya Putri Agung kalah.Sebenarnya, Nyonya Kartika juga tidak mengerti mengapa tidak dapat menghukum Intan dengan alasan itu. Menghina keluarga kekaisaran adalah pelanggaran berat.Akan tetapi, Putri Agung tiba-tiba terdiam. Jelas bahwa Intan tidak dapat dihukum.Kebenaran hal itu bisa diketahui setelah dia menanyai kakak nanti. Nyonya Kartika dengan girang menyaksikan kemarahan Putri Agung.Pada akhirnya, Putri Agung pergi dengan gusar. Setelah masuk ke istana, Putri Agung baru paham bahwa Intan berani bertindak semena-mena karena didukung oleh Ibu Suri dan Kaisar, bukan hanya Alfred saja.Tidak heran Intan begitu congkak.Setelah Putri Agung pergi, Kaisar memijat kening seraya menghela napas. "Kelihatannya, masalah plakat kesucian itu memang benar. Bibi sungguh keterlaluan.Ibu Suri tampak marah. "Aku pun ingin menamparnya. Dia semena-mena, bodoh, kejam, dan egois. Dia benar-benar mempermal

    Last Updated : 2024-07-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 222

    Bagaimana mungkin Ibu Suri tidak mengetahui isi pikiran adiknya? Ibu Suri langsung menegur, "Sebentar lagi kamu akan pindah ke Kediaman Aldiso dan tinggal bersama Alfred. Kalau ada yang bingung, jangan merebut kekuasaan untuk mengurus masalah internal atau eksternal. Intan akan mengurusnya setelah menikah ....""Kakak, tidak bisa begitu." Nyonya Kartika memotong perkataan Ibu Suri dan bersikap serius. "Mana ada menantu yang mengurus rumah setelah baru menikah? Aku tidak percaya pada Intan. Hanya kita kakak beradik di sini, aku jujur saja. Aku tidak suka Intan, tidak ingin dia jadi menantuku, apalagi membiarkan Intan mengurus Kediaman Aldiso.""Oh? Kamu yang urus?" Ibu Suri mengangkat alis. "Baik. Mulai besok, aku akan minta Permaisuri menyerahkan kekuasaan atas harem padamu, biar dia bisa istirahat. Coba kamu urus beberapa hari.""Aku bukannya tidak pernah mengurus harem, aku sering membantu Permaisuri. Lagi pula, memangnya aku tidak pernah bantu saat Kakak mengurus harem?""Ya, kamu s

    Last Updated : 2024-07-29
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 223

    Hal itu memang merupakan perbuatan Putri Agung. Putri Agung gagal meminta Kaisar menghukum Intan karena telah menghina keluarga kekaisaran, maka Putri Agung ingin memberi pelajaran pada Intan menggunakan caranya sendiri.Bukankah warga ibu kota memuji Intan karena berbakti? Kalau begitu, lihat apakah anak gadis yang menikah selama masa berkabung atas kematian ayahnya akan dicemooh oleh para warga atau tidak.Pengurus Kediaman Putri Agung, Bibi Reani, dengan girang masuk untuk melapor, "Putri Agung, Putri Chelsea, informasinya sudah menyebar, sedang marak diperbincangkan di kedai teh dan restoran. Hampir semua orang memarahi Intan.""Hampir semua orang? Bukan semua?" Tatapan mata Putri Chelsea sedingin es. "Masih ada warga yang membela Intan?"Bibi Reani berujar, "Putri Chelsea, memang ada beberapa rakyat jelata yang membela Intan. Mereka bilang Intan sudah berkabung selama 24 bulan dari kematian ayahnya saat Intan menikah."Putra-putri harus berkabung selama 3 tahun dari kematian orang

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status