Share

Bab 4

Mendengar Kaisar akan segera menemuinya, Nabila pun menyuruh Sifa untuk menyanggul rambutnya kembali. Tapi tangan Sifa sedikit gemetaran, sepertinya dia merasa takut pada Kaisar yang akan segera datang.

Tangan Sifa bergetar, jadi dia tidak bisa menghindari kesalahan.

Saat Sifa mengambil beberapa helai rambut yang hendak disanggul untuk ketiga kalinya, Nabila mulai tidak sabar dan berkata dengan nada bicara dingin.

"Pergilah, biar aku sendiri yang melakukannya." Nabila ahli dalam teknik penyamaran, menata rambut adalah keahlian yang perlu dia kuasai.

Dia mampu merapikan sanggulnya dalam waktu yang cukup cepat. Sifa yang melihatnya pun terkejut karena merasa kagum.

"Ratu terampil sekali ya!"

Tapi saat mereka sedang bersiap menyambut Kaisar, pelayan istana yang menunggu di luar kembali memberi kabar.

"Ratu, Selir Utama sedang sakit kepala. Saat ini Kaisar sedang dalam perjalanan menuju Paviliun Dharma Senja."

Sifa yang mendengarnya pun membuka mulutnya lebar-lebar, dia tidak percaya dengan apa yang baru dia dengar.

Selir Utama pasti berpura-pura sakit, mana mungkin dia bisa sakit kepala di saat seperti ini. Ini pasti bukan sebuah kebetulan.

Pasti dia tahu Kaisar telah pulang ke istana, makanya dia melakukan itu.

Saat mendengar pelayan istana itu menyebut nama Selir Utama, Nabila langsung teringat dengan Nadine.

Nadine sudah disiksa dengan kejam sampai hal itu membuatnya memilih untuk bunuh diri. Dia pasti akan membalaskan dendam untuk adiknya!

Tapi sebelum membalas dendam, Nabila harus mengenali musuhnya dengan baik terlebih dulu.

Kaisar sangat mencintai Cindy, pasti ada banyak pelayan dan pengawal yang khusus ditugaskan untuk menjaganya.

Nabila tidak boleh bertindak gegabah.

...

Istana Giok.

Ibu Suri memutar tasbih di tangannya, amarahnya belum juga mereda.

Dia memarahi pelayan-pelayannya.

"Di upacara pernikahan yang sakral ini, kenapa Kaisar malah menyuruh Pangeran Rio untuk menggantikannya? Apa tidak ada seorang pun di antara kalian yang mengingatkannya?"

Para pelayan yang berdiri di depannya hanya bisa menundukkan kepala.

"Kami tidak tahu apa-apa."

Kaisar mengambil tindakan sendiri, ini tidak ada hubungannya dengan Ibu Suri.

Tapi orang-orang akan menganggap bahwa dirinya tidak bisa mengajari putranya dengan baik.

Ibu Suri terlihat sedih, seolah menyimpan banyak kesulitan.

"Meskipun aku bukan ibu kandungnya, aku telah membesarkannya dengan sepenuh hati. Tapi kenapa sekarang malah menjadi musuh?"

Para pelayan istana yang mengetahuinya pun mendukung Ibu Suri dan menganggap bahwa Kaisar adalah anak durhaka.

Yang memperpanas suasana adalah ketika ada pelayan yang melapor ke Ibu Suri.

"Ibu Suri, Kaisar sudah kembali ke istana. Tapi dia malah pergi ke Paviliun Dharma Senja."

"Lancang sekali!" Ibu Suri marah dan menggebrak meja teh dengan kuat.

Cindy si jalang itu berani membuat masalah di hari pernikahan ini, dia sudah sangat dimanja dan menjadi selir yang tidak tahu diri!

Apa Nadine dari Keluarga Feno itu hanya diam saja? Apa dia mau membiarkan Cindy menginjak harga dirinya begitu saja?

Awalnya, dia mengira kalau Nadine akan melawan Cindy, tapi ternyata gadis itu tidak bisa melakukan apa-apa.

Tidak hanya Ibu Suri yang berpikir demikian, selir-selir lainnya juga mempunyai pemikiran yang sama.

Beberapa selir yang mempunyai hubungan baik pun berkumpul dan mulai berdiskusi.

"Kaisar bahkan tidak mau menghabiskan malam pertamanya dengan Ratu, sudah pasti dia akan jadi mainan baru Selir Utama!"

Seorang selir berpakaian hijau bersimpati pada Nabila. Dia berkata, "Kehidupan ratu juga tidak menyenangkan. Dona, besok siapkan kipas giok besok, aku akan memberikannya kepada Ratu."

"Baik."

Salah satu selir menghela napas dan berkata, "Selir Utama begitu mirip dengan Selir Kehormatan, pantas saja Kaisar begitu menyukainya. Kalau ratu cukup cerdik, dia pasti akan menuruti omongan Kaisar dan tidak membuat masalah."

Setelah selir itu selesai berbicara, tiba-tiba seorang pelayan istana datang dan memberi kabar.

"Para selir sekalian, Ratu pergi ke Paviliun Dharma Senja!"

Para selir pun saling berpandangan dan menggelengkan kepala.

"Ratu sudah melakukan hal yang tidak pantas!"

"Ratu sudah melakukan kesalahan besar! Kalau begini, Kaisar pasti akan benci kepadanya!"

"Ini namanya cari masalah, Kaisar begitu mencintai Selir Utama, Ratu tidak seharusnya melakukan hal ini!"

Para selir mengharapkan seorang ratu yang cakap, seperti ratu-ratu sebelumnya dari Keluarga Feno yang mampu menjaga keharmonisan istana harem. Dengan begitu, para selir bisa bekerja sama melayani Kaisar dengan baik dan menghindari persaingan tidak sehat.

Tapi sepertinya Ratu yang baru ini tidak bisa diharapkan.

Padahal Cindy belum mengeluarkan "jurus pemungkasnya," tapi Ratu sama sekali tidak bisa melawan.

Bagian luar Paviliun Dharma Senja.

Nabila mengenakan gaun pengantin dengan mahkota phoenix di kepalanya yang melambangkan status sosialnya sebagai bangsawan.

Seorang Ratu yang diganggu oleh Selir Utama di malam pertamanya pasti akan diremehkan dan dipandang sebelah mata oleh pelayan istana.

Diabaikan oleh Kaisar saat malam pertama saja sudah sangat memalukan, ditambah lagi Kaisar malah pergi ke kamar selir!

Para penjaga yang berjaga di luar Paviliun Dharma Senja mengira bahwa Nabila akan meminta Kaisar untuk menginap di kamarnya. Sebelum Nabila mulai bicara, salah satu penjaga itu memutuskan untuk angkat bicara.

"Ratu, Kaisar sudah memerintahkan tabib istana untuk memeriksa keadaan Selir Utama, tidak ada seorang pun yang boleh masuk. Maaf, kami hanya menjalankan perintah."

Pada saat ini, pelayan wanita yang ditugaskan untuk melayani Nabila juga mencoba mengingatkan.

"Ratu, sudahlah, ini tidak ada gunanya. Selir Utama adalah penguasa istana harem. Hamba rasa Anda tidak bisa bertemu dengan Kaisar di saat seperti ini."

Di bawah sinar bulan, hiasan bunga di mahkota yang dikenakan Nabila terlihat sangat menawan. Sinar di ujung matanya terlihat meredup.

Dia lantas balik bertanya dengan tenang.

"Siapa bilang aku datang ke sini untuk menemui Kaisar?"

Semua orang terdiam.

Kalau begitu, apa tujuannya datang kemari?

Apa dia mau melihat pemandangan? Apa dia mau Kaisar bermesraan dengan Selir Utama?

Nabila memberi isyarat pada Sifa. Pelayan itu lantas memberikan sebuah kotak kayu pada penjaga paviliun.

"Aku dengar Selir Utama menderita sakit kepala, aku mendapatkan obat ini dari saudaraku yang tinggal di perbatasan. Keampuhan obat ini tidak diragukan lagi, Selir Utama bisa mencobanya."

Para pelayan dan penjaga istana pun saling berpandangan.

Kedatangan Ratu kemari hanya untuk mengantarkan obat pada Selir Utama?

Tidak mungkin ratu bisa bersikap sebaik itu! Dia pasti hanya berpura-pura baik!

Penjaga itu merasa sedikit ragu, dia pun masuk ke paviliun untuk menunggu perintah.

Tidak lama kemudian, seorang tabib istana pun keluar dan menerima obat itu. Dia melihat dengan cermat dan memuji obat itu seolah dirinya sedang memegang harta karun.

"Ini obat langka yang sangat berharga!"

Setelah tabib itu masuk, tidak lama kemudian seorang kasim keluar dan mengucapkan terima kasih pada Nabila dengan penuh hormat.

"Ratu, Selir Utama sudah meminum obat dan sudah merasa baikan. Kaisar sangat berterima kasih dan menyuruh Anda untuk bersiap menyambutnya di kamar pengantin."

Kasim itu mengira Nabila akan merasa sangat senang setelah mendengar kabar itu.

Tapi ternyata Nabila sama sekali tidak merasa senang.

Nabila yakin kalau Kaisar pasti berwajah jelek.

Kaisar menyuruhnya menunggu di kamar pengantin? Sepertinya itu hanya imbalan baginya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status