Lylia Kenward yang biasa dipanggil Lily adalah seorang gadis muda berumur 23 tahun, cantik, dan baik hati. Ia sudah tidak mempunyai orang tua. Dulu ia tinggal dengan ibu tirinya. Namun, sepeninggal sang ayah, ibu tirinya kerap menyiksanya. Saat ayahnya masih hidup pun ibunya sering menyiksanya tanpa sepengetahuan ayahnya.
Satu tahun yang lalu, Lily kabur dari rumah ibu tirinya dan merantau di kota ini. Bermodalkan ijazah sekolah yang sempat ia bawa kabur dari rumahnya, kemudian ia berhasil mendapatkan pekerjaan karena ketekunannya. Hingga ia bisa bekerja di perusahaan Lazcano Corps. Perusahaan besar dan bonafide, meski pun ia hanya menjadi karyawan biasa. Alasan ia kabur dari ibu tirinya karena selain ibu tirinya tersebut sering menyiksanya, ibunya juga akan menjualnya kepada pria hidung belang. Margaret memang sosok ibu tiri yang jahat. Ia memang selalu semena-mena terhadap Lily. Apalagi setelah ayahnya meninggal. Lily memang lugu dan polos. Namun di balik keluguan dan kepolosannya Lily seorang yang cukup pintar dan berani. Ibu tirinya akan menjual keperawanannya kepada lelaki hidung belang tersebut. Lily bahkan belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan ia tidak tahu apa itu cinta, selain cinta dari kedua orang tuanya yang sudah tidak ada. Miris? Ya memang begitulah takdir kadang tidak semua orang beruntung dengan kehidupannya, itulah yang terjadi dengan Lily. Berada di kota asing, dengan orang yang tidak satu pun ia kenal, ia mencoba peruntungannya. Semoga semuanya bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkannya. Dan saat ini ia telah berada di sebuah hotel bersama staff yang lain untuk mengikuti acara liburan kantor yang diadakan oleh perusahaan di mana ia bekerja. Acara ini di laksanakan setiap satu tahun sekali, dan ini pertama kalinya baginya ikut serta dalam acara ini. Dan semalam seharusnya ia bermalam bersama dengan kekasihnya Ken. Tetapi, karena ia mabuk ia tidak menyadari jika sudah salah memasuki kamar. Dan gadis itu pun bergegas menuju ke kamarnya. Kamar yang seharusnya di mana Ken menunggu dirinya. "Kenapa koper ku ada di luar?" Lily merasa heran saat ia berada di depan kamarnya. Ia segera mengetuk pintu kamarnya. TOK!TOK! Cukup lama ia mengetuk pintu tersebut sampai akhirnya pintu pun terbuka. Betapa kagetnya ketika Lily melihat siapa yang membukakan pintu kamarnya. Yang membukankan pintu bukanlah Ken. Seorang wanita yang ia ketahui bernama Cynthia dari divisi keuangan kantornya. Matanya membulat sempurna. Karena tubuh Cynthia hanya terbalut handuk saja. "Siapa itu, Sayang?" tanya seseorang dari dalam tiba-tiba. "Bukan siapa-siapa Sayang. Hanya jalangmu yang kembali!" seru Cynthia dengan senyum meremehkan memandang Lily. "Usir dia, kopernya kan sudah di luar," ujar suara yang ternyata milik Ken. "Heh, jalang! Kau sudah dengar, kan? Sekarang, cepat pergi sana!" usir Cynthia pada Lily. Lily sangat marah. "Jalang? Kau yang jalang!" pekik Lily. "Ck! Jika kau bukan jalang, tak akan ada tanda ini di lehermu!!" ucap Cynthia dengan senyum meremehkan dan menyentuh tanda merah di leher Lily. Lily hanya diam mematung, saat Cynthia menutup pintu kamarnya dengan keras. Ia ingin menangis dan berteriak lalu mendobrak pintu tersebut. Namun tubuh dan hatinya sangat sakit. Ia sudah terlalu lelah di hari yang masih terlalu pagi ini. Ia terduduk di lorong tersebut dan menangis dengan koper yang berada di sampingnya. Dua kejadian pahit dalam hidupnya terjadi bersamaan pagi ini. Dan, Lily merasa tidak akan sanggup mengikuti kegiatan kantor ini Gadis itu pun memutuskan untuk pulang. Dengan langkah gontai ia menuju lift dengan menyeret kopernya. Air mata masih terus mengalir di pipinya. Namun, langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak sesuatu. Seseorang lebih tepatnya. Ia segera mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang ditabraknya. "Maaf...." Namun alangkah terkejutnya Lily saat melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. Arsen menatap Lily dengan datar tanpa ekspresi apapun. Kemudian ia menyerahkan ponsel milik Lily. Setelah menghapus air matanya Lily dengan tangan yang sedikit gemetar menerima ponsel tersebut. "T-terima kasih, Pak." Lily menghormat pada Arsen dan melangkah untuk meninggalkan bosnya tersebut. Namun, tubuhnya tersentak saat Arsen mencekal tangannya. Arsen tanpa sengaja menyaksikan apa yang terjadi dengan wanita yang sudah ditidurinya tersebut. "Kamu mau ke mana?!" tanya Arsen dingin. "Maafkan saya, Pak. Sepertinya, saya akan pulang saja," ujar Lily sedikit terisak. Kini ia seakan tak peduli jika mungkin saja keputusannya ini akan membuatnya dipecat dari pekerjaannya. Ia sudah tidak bersemangat lagi dan enggan untuk mengikuti acara liburan ini yang seharusnya menyenangkan. Bagaimanapun hatinya sangat sakit saat ini. Ia tak ingin melakukan apapun saat ini selain pulang. "Tidak ada yang boleh pulang sebelum acara ini selesai! Apa kau begitu lemah? Dunia ini kejam. Hal yang terjadi denganmu itu belum ada apa-apanya. Lawanlah dunia dengan kekuatanmu. Tunjukan pada mereka bahwa kau tak lemah seperti yang mereka kira!" ucap Arsen dengan penuh penekanan. Lily sedikit tersentak mendengar ucapan bosnya. Namun, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Arsen. Jika sekarang ia pergi, itu akan membuat Ken dan Cynthia merasa menang dan akan semakin menginjak-injak harga dirinya. Tapi, ia bingung akan ke mana, kamarnya sudah ditempati oleh Ken dan Cynthia. Sebenarnya, bisa saja ia menumpang di kamar Ana sahabatnya yang juga bekerja di tempat yang sama dengannya. Tetapi, saat ini kekasih Ana pasti sedang berada di kamarnya. Melihat Lily yang kebingungan, Arsen menarik tangan Lily agar ia mengikutinya. "Ikut saya !" ucapnya tegas. Lily tidak mampu mengeluarkan kata-kata dari mulutnya, saat bos-nya itu menarik tangannya begitu saja. Tak ada tenaga untuk melawan. Ternyata Arsen membawa Lily kembali ke kamarnya. Lily yang kebingungan hanya diam dan berdiri mematung. Ia menunggu perintah Arsen dengan hati yang berdebar-debar. Ia juga tak tahu apa yang akan dilakukan oleh bos-nya ini padanya. Kenapa membawanya kembali ke kamarnya lagi. "Kau tinggal di sini, bersamaku, aku akan membuat kesepakatan denganmu!" Sontak saja ucapan tersebut membuat Lily Kaget. Seakan tak peduli dengan raut wajah Lily saat ini. Lelaki itu duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. “Duduk!” titahnya pada Lily. Wajahnya masih terlihat tanpa ekspresi. "T-tapi … saya-" "Saya tidak menerima bantahan atau apapun!" Seketika Lily mengatupkan mulutnya. Seketika ia teringat pada sesuatu. Ia pernah mendengar desas-desus mengenai bosnya ini. Tidak ada yang berani membantahnya sama sekali. Pernah ada karyawan yang membantahnya, kini nasibnya tidak diketahui sama sekali. Bahkan lawan bisnisnya ada yang bernasib sama, bahkan pihak kepolisian tidak dapat mengungkap kasusnya sampai saat ini. Semua beranggapan bahwa bosnya berada dibalik semua ini. Tapi tak ada yang berani mengusiknya. Lily tak mau jika hidupnya terancam, apalagi setelah ia bisa bebas dari cengkraman ibu tirinya. Jadi, saat ini dirinya memang tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah Arsen. Meski ia hanya seorang karyawan biasa, dan jarang melihat bosnya ini secara langsung, tapi kabar mengenai bosnya tersebut ia juga mendengarnya. Dan Ana-lah yang memberitahunya. "Bersihkan dirimu, kau tampak sangat berantakan!" ucap Arsen. "Sebentar lagi acara kantor dimulai, nanti Ivanov akan membuatkan surat perjanjian. Oh ya satu lagi, jangan ada yang tahu tentang ini … atau nyawamu sebagai taruhannya!" ucap Arsen dengan tenang. Lily hanya bisa mengangguk. Ia kemudian pergi menuju kamar mandi. -To Be Continue-Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Di mana acara kantor akan dimulai. Semua karyawan perusahaan Lazcano's Corps sudah berkumpul di ballroom hotel.Acara ini hanya pembukaan saja, setelah itu para karyawan bisa menghabiskan waktu dengan acara masing-masing. Menjelajah dan bermain di resort milik perusahaan sesuka hati.Lily kini menduduki sebuah kursi yang terletak di deretan belakang. Ia sedari tadi berusaha untuk mencari temannya, namun sama sekali ia tidak menemukan sosok Anna.Bahkan laki-laki brengsek itu. Ah, sudahlah! Ia tidak akan ambil pusing lagi urusan itu. Ia akan berusaha melupakannya dan semua kejadian tadi pagi yang menimpanya.Namun, kini ia bingung dengan nasibnya. Apa yang akan terjadi dengan hidupnya saat Arsen menawarkan sebuah perjanjian?Dan, Lily juga tidak bisa menebak sama sekali isi perjanjian yang ditawarkan oleh bosnya tersebut.Di tengah lamunannya, ia menangkap sosok yang dikenalnya. Matanya kini terpaku ke arah depan ballroom, di sana Arsen sedang memb
Arsen membawa Lily kembali ke kamarnya. Lalu, ia pun menoleh ke arah Ivanov lalu berkata, "Berikan surat itu padanya, kemudian keluar!"Tanpa menunggu lama Ivanov langsung melaksanakan perintah tuannya, dan segera pamit meninggalkan mereka.Dengan sedikit ragu dan takut Lily mengambil map yang diberikan kepadanya. Ia membaca surat yang ada di dalamnya dengan seksama. Matanya sedikit membelalak saat membaca beberapa poin yang tertulis di dalamnya.Rasa penasaran yang tinggi membuat rasa takutnya sedikit menghilang."B-bagaimana, Tuan bisa tahu ibu tiri saya?" tanya Lily dengan terbata.Tertulis dengan jelas bahwa Arsen akan melindungi Lily selama Lily di bawah penguasaan Arsen.Itu bukan hal yang sulit untukku!" jelas Arsen dengan datar."Bagai---"Arsen memotong ucapan Lily "Bahkan aku tahu alasan kau kabur!""Dia akan menjualmu, kan?!" Lily menghembuskan napas kasar."Mau atau tidak itu tergantung denganmu. Info terakhir yang aku dapat, ia sudah mengetahui apartemen di mana dirimu ti
Malam ini ada sebuah pesta yang di selenggarakan di ballroom sebuah hotel yang sangat mewah di kota New York. Pemilik hotel mewah ini adalah salah seorang pengusaha terkenal yang juga berkecimpung di dunia politik. Semua tamu undangan pasti juga mengenalnya.Semua pengusaha di Amerika akan mendatangi pesta tersebut. Acara berkumpul dan membicarakan bisnis tentunya. Arsen sebenarnya enggan untuk datang. Namun agar identitas aslinya tetap aman ia harus mendatangi acara-acara seperti ini.Setelah selesai mengganti pakaiannya ia segera bergegas menuju lobby kantornya dan meminta Rudolf untuk segera menuju tempat pesta diadakan.Arsen berjalan memasuki ballroom dengan santai, semua mata memandang dirinya. Sepertinya pesta sudah lama dimulai, dan ia baru saja datang. Namun ia tak peduli.Kedatangannya benar-benar menyita perhatian tamu undangan yang lain. Bukan hanya wanita, bahkan para pria pun melakukannya.Hendrik Willcout selaku Wali Kota New York langsung menghampirinya. Ia langsung me
Sore tadi Arsen menerima laporan dari Mike bahwa ada seorang pengkhianat dalam kelompoknya yang bernama Damian dan sudah ditangkap oleh Mike.Kini Damian pengkhianat tersebut sudah dibawa ke markas Black Nostra oleh Mike dan yang lainnya. Di tempat ini selain sebagai markas juga terdapat beberapa laboratorium, laboratorium obat, dan laboratorium bahan peledak, ada seorang anak buah Arsen yang bernama Enrico, yang memiliki keahlian dengan bahan peledak. Tapi tempatnya agak terpisah, untuk minimalisir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Markas tersebut jauh dari manapun, letaknya yang berada di tengah hutan menyulitkan untuk didatangi atau ditemukan. oleh siapapun, termasuk oleh pihak berwajib sekalipun.Ini merupakan markas utama bagi Black Nostra, semua mereka lakukan disini. Selain itu disini tersedia tempat perawatan untuk anak buah Arsen yang terluka selain rumah sakit berada di tengah kota.Dokter dan perawat yang bekerja pada Arsen tentu dibayar tinggi oleh Arsen. Dengan cata
Malam tadi Arsen kembali ke kediamannya, tidak ke apartemen seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu, pagi ini ia pergi ke kantor dari kediamannya.Hanya 30 menit perjalanan yang dibutuh oleh Arsen dari kediamannya menuju kantor. Arsen mempunyai seorang sopir yang handal bernama Rudolf, di mana seharusnya perjalanan tersebut bisa menghabiskan waktu lebih dari 45 menit.Rudolf adalah seorang mantan pembalap, di mana saat itu karirnya hancur gara-gara ia mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Hutang dimana-mana, istri dan anaknya meninggalkannya dan ia menjadi seorang gelandangan.Arsenlah yang datang padanya saat pertemuan mereka yang tidak disengaja. Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Rudolf asalkan Rudolf mengabdikan dirinya untuk Arsen.Rudolf yang sudah tidak memiliki siapapun dengan senang hati menerima uluran tangan Arsen, dan kini ia menjadi sopir pribadi Arsen. Untuk menjadi sopir Arsen tidaklah mudah. Selain harus bisa mengemudi dengan ahli, ia juga harus belajar
Dengan tiba-tiba wanita tersebut mencoba untuk menghampiri Arsen. Belum sempat wanita tersebut menyentuh Arsen, Arsen sudah mendorongnya terlebih dahulu, hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Awww…." raungan kesakitan dari suara wanita tersebut membuat wajah Arsen semakin berang saja.Arsen menatap dengan tajam tubuh wanita yang hampir tak mengenakan apapun tersebutArsen mengangkat telepon yang terletak di atas meja, kemudian menghubungi Ivanov untuk memanggil para pengawalnya."Suruh kemari para pengawal dan bawa sampah ini, serahkan pada Mike!!" Arsen berdesis dingin. Ivanov sudah terbiasa dengan sikap Arsen ini. Namun tidak bagi wanita yang dibantingnya ini. Ia merupakan salah seorang karyawan di perusahaan milik Arsen ini.Wajah wanita itu seketika memucat dan tubuhnya bergetar."Tuann, kumohon jangan pecat aku. Aku melakukan ini, karena aku menyukaimu Tuan," ucap wanita tersebut dengan bibir yang bergetar. Ia menyatukan kedua tangannya untuk memohon.Arsen tidak menjawab, nam
Arsen sudah terbaring di atas tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun bagaimanapun ia mencoba untuk tidur namun matanya tetap sulit untuk terpejam juga.Arsen memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil air minum. Persediaan air minum di kamarnya telah abis rupanya, ia lupa menyuruh Lily untuk mengisinya kembali tadi.'Pasti dia sudah tidur,' gumam Arsen dalam hati seraya menuruni anak tangga. Jadi lebih baik ia mengambilnya sendiri. Lagi pula, apartemennya ini tidak sebesar kediamannya. Di kediamannya lebih banyak pelayan yang pastinya akan tetap melayaninya meski itu di tengah malam.Arsen mulai melangkah menuju dapur, bersamaan dengan langkahnya masuk ke dalam dapur rupanya Lily pun keluar dari dapur. Hampir saja tubuh mereka bertabrakan."T-tuan!" seru Lily pelan, suaranya terdengar kaget, dan juga takut.Lily kaget bukan main, karena harus berpapasan dengan Tuannya tersebut, padahal ia hanya ingin mengambil air minum saja. Dan saat ini sudah sanga
-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Mereka berkumpul di ruang keluarga. Kini Arsen dan Mike ikut bergabung, namun tidak dengan Alonzo, ia kembali berjaga dan ikut mengawasi para pelayan yang mempersiapkan pernikahan Mike dan Sasha."Aku masih tidak menyangka kita akan bertemu lagi dan bahkan kita akan menjadi besan," ujar Marissa.Yuri tersenyum penuh arti pada Marissa. "Demikian denganku," jawab Yuri."Rupanya masa kita sudah lewat dan telah digantikan dengan penerus-penerus kita. Semua terasa seperti baru saja kemarin terjadi," Marissa memejamkan matanya mengingat semua yang sudah ia lewati bertahun-tahun yang lalu."Ya, semua ada masanya. Bahkan kita tak tahu sampai kapan kita masih bisa menghirup udara di dunia ini," ujar Yuri."Kau benar Yuri. Aku pun sedang menanti panggilan Tuhan untuk menemani David, dan aku merasa umurku mungkin tidak lama lagi," ujar Marissa seraya menatap dalam Yuri ada kesedihan di dalamnya, namun ia begitu tegar dan siap untuk menghadapinya.Marissa memang wanita yang kuat, maka dari itu ia
Dua hari lagi acara pernikahan Mike dan Sasha akan di laksanakan. Meskipun tertutup dari dunia luar, namun suasana mansion sudah nampak terlihat sibuk.Beberapa pelayan tampak mondar-mandir menyiapkan dekorasi di tempat akan dilaksanakannya pernikahan Mike dan Sasha.Pernikahan dilaksanakan di samping mansion di dekat taman. Pelayan mansion sudah membersihkan halaman dengan menyingkirkan salju dari sana, dan memasang tenda kecil.Tamu undanganpum tidak banyak, tamu dari luar dapat dipastikan tidak lebih dari 20 orang, meningat pernikahan ini harus tersembunyi dan tertutup. Sisanya anak buah Black Nostra dan Yuri.Tidak ada satupun anggota Five Familia yang diundang. Mengingat apa yang sudah menimpa Mike dan Sasha membuat penjagaan harus diperketat. Karena sampai saat ini dalang dibalik penculikan Mike dan penyerangan Dante di Vietnam belum terungkap.Musuh Black Nostra saat ini sangat lihai, mereka bersembunyi dan mengendalikan kelompok-kelompok kecil. Bahkan bisa memperdaya kelompok
Eleanor mengajak Sasha untuk memilih gaun pengantin. Eleanor membawa sekitar 8 baju pengantin terbaik yang akan di coba oleh Sasha.Mulai dari model Ball Gown yang memiliki detail rok yang terlihat mekar sehingga dapat menutupi bagian pinggul serta paha.Kemudian model A-Line Dress yang bervolume dari bagian pinggang ke bawah. Ada juga model Mermaid Dress, gaun berbentuk mermaid atau puteri duyung ini dapat mempertegas lekuk bentuk tubuh.Kemudian Sheath Dress sebuah gaun berdetail rok lurus ditengah betis, atau bisa juga lebih pendek.Dan terakhir model Empire Waist, gaun dengan potongan yang tepat di bawah dada ini pas dikenakan untuk tubuh yang petite, dapat membuat tubuh yang mungil terkesan lebih tinggi.Setelah melewati perdebatan panjang panjang, akhirnya pilihan jatuh pada gaun dengan model mermaid berbahan lace. Model tersebut sangat cocok ditubuh Sasha.Meski gaun pengantin model mermaid ini yang membungkus ketat tubuh Sasha. Gaun ini menyempit pada bagian pinggang dan pin
Setelah makan siang, Mike kembali merebahkan dirinya, dengan Sasha di sampingnya. Ia tidak terlelap hanya membaringkan saja tubuhnya.Sedangkan Sasha ia tertidur dengan memeluk tubuh Mike. Sesekali Mike memperhatikan wajah Sasha yang terlelap.Hingga akhirnya sebuah ketukan di pintu membuat Mike mau tak mau harus beranjak dari atas tempat tidur.Dengan perlahan ia turun dari atas tempat tidur dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya. Karena sebelum kembali berbaring Mike sudah mengunci pintu kamarnya."Tuan..." sapa Paman Albert begitu pintu dibuka."Maafkan saya Tuan Mike, Nyonya Marissa meminta Anda dan Nona Sasha untuk menemuinya di ruang keluarga," jelas Paman Albert.Mike mengangguk pelan. "Terima kasih, Paman," ucap Mike. Setelah Paman Albert pamit Mike kembali menutup pintu kembali.Ia melihat Sasha yang masih terlelap. Kemudian membangunkannya. Bagaimana pun Mike sangat menghormati Grandma Marissa, karena Grandma lah yang mengurus dan merawatn
Mike mulai memakan makanan yang di bawakan oleh Sasha. "Apa kau sudah makan?" tanya Mike."Sudah," jawab Sasha seraya mengangguk dan duduk dekat Mike.Sasha akan menemani Mike makan dan membereskan bekas makan Mike nantinya."Jika kau tenang dan bersikap lembut seperti ini kau tampak lebih dewasa," seru Mike di sela-sela makannya.Sasha tertunduk malu, Sasha menyadari dirinya memang kekanakan dan sangat jauh dari sikap Mike yang terkesan sangat tenang dan berwibawa. Ia sempat berpikir apakah ia mampu untuk mendampingi Mike. Apakah wanita idaman Mike seperti Nyonya Lazcano yang begitu lembut dan anggun. Tanpa sadar Sasha menghembuskan napas panjang."Aku dididik oleh Yuri tanpa sentuhan seorang wanita. Aku hampir lupa bagaimana dulu ibuku mendidikku," Sasha tampak berpikir. "Aku selalu berlatih dengan keras setiap harinya dibawah bimbingan Yuri. Hingga aku terbentuk dengan sikapku yang seperti saat ini, " lanjutnya kemudian Sasha menarik napas panjang lagi."Tapi melihat bagaimana sika
"Selamat datang di mansion ini, Sasha," seru Lily begitu memasuki ruang keluarga, tangannya masih menggenggam tangan Sasha dengan lembut.Sasha salah tingkah, ia bingung harus bersikap seperti apa pada Lily yang begitu lembut dan anggun. Sedangkan dirinya..ok Sasha akui dirinya begitu bar-bar dan urakan."T-terima kasih," ujarnya sedikit terbata.Lily menyadari bahwa Sasha sedikit canggung dengannya. Lily mengajak Sasha untuk duduk di sofa.Lily menatap Sasha dengan lembut dan tersenyum dengan penuh kehangatan."Jangan canggung padaku Sasha, aku temanmu saat ini. Ada Maria dan Charlotte juga yang akan menjadi temanmu," ujar Lily seraya menatap Maria dan Charlotte."Benar, kami akan menjadi temanmu juga, Nona Sasha," ujar Maria. Charlotte ikut mengangguk di samping Maria."Dan kau akan menikah dengan Mike minggu depan, maka kau akan menjadi keluarga kami disini," timpal Lily."Ah, iya. Maaf aku hanya masih sedikit hmm.." Sasha tak meneruskan ucapannya.Lily menggeleng pelan, "Aku menge
Mike terus mendorong kursi roda yang Sasha naiki hingga mereka sampai di pintu masuk rumah sakit. Dari kejauhan, Mike dapat melihat Pascoe yang sedang menunggu mereka.Sedangkan Sasha sepertinya tak melihat keberadaan Pascoe. "Handsome..., sudah aku mau jalan saja, malu," ucap Sasha."Tidak," ujar Mike."Turun tidak boleh, gendong malah mau dibanting! Ck! Katanya kau merindukanku dan akan menikahiku minggu depan, tapi kau mau menebas dan membanting ku," Sasha kembali menggerutu.Mike mendengar semua gerutuan Sasha. Antara kesel bercampur gemas. Sasha masih terus lanjut mengomel "Kenapa sih kau sejak dulu suka ketus padaku? Aku tahu kau bukan orang yang romantis karena kau sudah pernah mengatakannya tapi kenapa malah mau membantingku? Memangnya aku ini koper? Aku saja tidak pernah membanting koperku. Jangan-jangan kau juga tidak pernah membanting kopermu," Sasha membulat matanya dan menyadari sesuatu "Astagaa..., berarti kau lebih merindukan kopermu daripada aku."Mike tidak tahan lagi
Lily mulai membukanya matanya perlahan, kemudian ia tersenyum saat Arsen yang sudah terbangun lebih dulu kini sedang menatapnya."Morning..." seru Lily dengan suara serak khas bangun tidurnya, namun tak menghilangkan kelembutan di dalamnya."Pagi," jawab Arsen seraya mengecup singkat bibir Lily.Ia sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu dan menatap wajah istrinya yang masih terlelap hingga ia terbangun."Bagaimana mimpimu, hem?" tanya Arsen dan memeluk LilyLily tampak berpikir, "aku tidak ingat mimpi apa, tapi sepertinya bukan mimpi yang buruk," jawab Lily pada akhirnya."Hmm.., baguslah.""Oh iya, apa hari ini kau akan mengunjungi Mike dan Sasha lagi?" tanya Lily penasaran seraya mengerakkan sedikit tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman.Perutnya yang kian membesar membuat geraknya semakin terbatas, Arsen yang menyadarinya sedikit melonggarkan pelukannya pada Lily."Mereka pulang hari ini," jawab Arsen."Oh, begitu ya? Sasha akan tinggal dimana?" tanyanya lagi."Sepertin
"Kita menikah minggu depan," Ujar Mike dengan serius.Sasha yang sedang menatap Mike dengan tatapan kosong kembali mengangguk patuh."Ehh...." Sasha memekik dengan spontan saat menyadari apa yang diucapkan oleh Mike. Matanya membulat dengan sempurna."M-menikah?" Sasha terbata hingga seperti suara tikus terjepit."Ya, menikah, minggu depan kita menikah, aku sudah mengatakannya pada Tuan kemarin," jelas Mike."Heeehh?""Mau tidak?""Haaah?""Ck!" Mike berdecak kesal dengan tingkah Sasha yang seperti ini.Sasha masih terdiam dengan mulut yang menganga, jangankan menjawab ucapan Mike, bahkan mungkin cara bernapas saja Sasha lupa saat ini.Mike memutar bola matanya jengah, apa ajakan menikah darinya membuat kepala Sasha rusak? Hingga ia tak bisa berpikir jernih lagi?.Mata Sasha mengerjap-ngerjap, sekali lagi Mike menghembuskan napas panjangnya.Tanpa permisi Mike mengecup singkat bibir Sasha. Untuk membawanya kembali dari lamunan panjangnya."Ehh.."Mike sedikit menarik tubuh Sasha hingg