-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Lily berusaha mendudukkan tubuhnya dan ketika duduk bagian inti tubuhnya terasa sangat kebas dan sakit. Namun ia tak menghiraukannya. Ia harus bangkit dan memeriksa apakah Arsen masih ada di apartemen ini atau tidak, jika tidak ada itu akan menguntungkan untuknya.Lily menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan dengan perlahan mencoba untuk turun dari atas tempat tidur.Bagian inti tubuhnya benar-benar terasa sangat perih. Lily sedikit meringis kesakitan. Ia mencoba berdiri dan bertumpu pada kakinya. Namun, kakinya terasa sangat lemas, ia hampir saja terjatuh, untungnya dengan cepat ia mampu berpegangan pada sisi tempat tidur.Dengan tertatih-tatih Lily kembali mengenakan pakaian yang diambilnya dari lemari. Dan mulai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Lily tak peduli meskipun ia belum mandi, ia harus segera pergi dari sana.Setelah dirasa semuanya siap, dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari
Tadi pagi Arsen menghubunginya untuk mengurus apartemen dan seorang gadis yang kini tinggal di apartemen miliknya.Camile cukup kaget, karena ia tak pernah mengetahui jika Tuan muda nya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis.Marissa belum mengetahuinya, karena saat ini Marissa sedang berada di luar negeri, dan Arsen meminta Camile untuk tidak mengatakannya kepada Grandma Marissa.Camile akan berada di apartemen ini selama Arsen tak ada saja untuk mengawasi gadis yang bernama Lylia tersebut. Camile tidak tahu apa hubungan Tuan Mudanya ini dengan gadis itu, tapi selama ini, selama yang ia tahu jika Tuan Muda-nya ini tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun.Tapi Camile berharap, jika gadis itu adalah gadis pilihan tuan mudanya, Camile sangat mengetahui masa lalu dan sifat seorang Arsenio Orlando Lazcano seperti apa. Dia sebenarnya pria yang baik, namun ia terlalu pendiam.Hanya dengan melihat wajah gadis itu saja ia bisa menyimpulkan jika ia gadis baik-baik. Semoga saja ga
Sudah malam, dan Lily belum bisa tidur. Ia masih bisa bersantai karena Arsen belum kembali. Dan Camile pamit sore tadi karena ada yang harus ia kerjakan di mansion Marissa. Ia merasa sangat bebas karena kini ia hanya sendirian saja. Tidak ada yang mengawasinya sama sekali.Meski Camile baik, tapi ia tahu jika Camile juga mengawasi setiap gerak-geriknya.Lily tidak menyadari jika seluruh apartemen ini memiliki kamera pengawas yang selalu mengawasinya sepanjang waktu.'Semoga saja ia tak pernah kembali kesini!' serunya dalam hati.Kini Lily berada di beranda apartemen dan menatap keindahan lampu kota yang menyala.Tempat ini adalah tempat favoritnya selama berada di sini. Ia dapat melihat kota dengan jelas dan bintang saat malam. Hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Seakan ia berada di luar apartemen yang mengurungnya ini.Lily berpegangan pada pagar balkon dan memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara dalam, dengan angin yang menerpa wajahnya.Semuanya terasa begitu damai dan
Setelah beberapa hari kemudian keadaan di apartemen kembali normal. Dan Lily diperbolehkan untuk keluar kamarnya dan membantu Camile untuk membersihkan apartemen atau sekedar memasak. Itupun, Lily tak boleh jauh-jauh dari Camile.Lily merasa jenuh karena tak ada yang bisa ia lakukan di sana. Sempat terpikir olehnya mengenai kejadian beberapa hari yang lalu. Ada sedikit penyesalan mengapa ia berniat melakukan tindakan bodoh. Tapi saat ini ia juga masih terkurung di tempat ini, dan masih dalam cengkraman Arsen.Jika mengingat apa yang sudah di lakukan Arsen malam itu, masih membuatnya trauma. Sudah tiga hari ini Arsen tak kembali ke apartemen dan hal tersebut membuat Lily bisa kembali bernapas lega. Tidak terbayangkan jika ia harus berhadapan dengan Arsen saat ini. Bagaimana ia mengingat malam itu dan juga terakhir kalinya ia melihat wajah Arsen yang sangat marah saat menariknya dengan kasar dan mendorongnya ke atas tempat tidur."Sepertinya aku harus berbelanja. Bahan makanan sudah hab
Lily terperanjat kaget saat pintu tempatnya terkurung di buka dari luar. Tampak seseorang masuk ke dalam dan mendekatinya. Ia tak bisa melihatnya dengan lebih jelas karena pencahayaan ruangan yang begitu buruk.Di ruangan itu hanya terdapat satu buah lampu bohlam kecil dengan warna kuning yang hampir redup.Namun begitu wanita itu mendekat mata Lily terbelalak dengan sempurna."I-ibu..." lirihnya.Margaret menyeringai, "Jalang cilik! Akhirnya aku mendapatkanmu."Apa?? Ternyata yang menculiknya adalah ibu tirinya, Margaret. Ya, ampun sungguh Lily tak percaya dengan semua ini.Ternyata apa yang diucapkan Arsen mengenai ibu tirinya yang sudah berada di New York benar adanya. Bukan bualan belaka.Kini ia menyesal sempat tidak mempercayai ucapan Arsen. Kini ia kembali tertangkap oleh Margaret.'Aku harus bagaimana?' lirih Lily dalam hati, tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan ibu tirinya lakukan padanya."Kau tak akan bisa lepas dariku lagi!
Byurrrr….Air dingin itu membasahi tubuh Lily, ia semakin menggigil kedinginan. Perlahan ia membuka matanya, entah berapa lama ia tidak sadarkan diri, pening di kepalanya terasa semakin berat saja."Bersiaplah, malam ini juga aku akan menjualmu jalang cilik!!" pekik Margaret melemparkan sebuah dress tanpa lengan pada Lily.Setelah Lily berganti pakaian, dengan kasar Margaret menyeret paksa Lily dan membawanya menuju mobil, kemudian membawanya entah kemana, Lily tak tahu. Ia hanya bisa diam dan meringis kesakitan. Tanpa bisa melakukan perlawanan. Ia sangat tahu bagaimana sifat ibu tirinya tersebut. Semakin di lawan maka ia akan semakin kejam padanya.Lily kembali diseret dengan paksa keluar dari mobil dan di masukkan ke dalam sebuah kamar di motel. Lily hanya bisa menangis dan terus berdoa dalam hatinya, agar sebuah keajaiban muncul dan menyelamatkannya.Namun harapannya lenyap, saat seorang pria tua, dengan perut yang buncit dan rambut yang hampir botak, memberikan sejumlah uang pada
Setelah mengangkat tubuh Lily, Arsen membawa Lily ke dalam mobil dan membaringkan tubuh Lily di pangkuannya, dan pahanya menjadi sandaran Lily. Walaupun sedikit menjijikkan dengan tubuh Lily yang berlumuran darah Arsen tak membiarkan seorang pun menyentuh Lily, kecuali pengawal wanita yang ikut bersamanya. Bahkan darah di kepala Lily mengotori celana Arsen tak ia pedulikan.'Kau bodoh gadis pembangkang!' seru Arsen dalam hatinya.Jas serta celana yang dikenakannya kini terkena darah Lily. Mobil yang mereka tumpangi membawa mereka menuju rumah sakit besar yang berada di tengah kota."Mom...dad...Lily ikut..." lengguh Lily masih tak sadarkan diri.Arsen menghembuskan napas kasar. Kemudian ia mendekatkan bibirnya pada telinga Lily."Jika kau ikut mati dengan orang tua mu, dengan senang hati aku akan menarikmu dari kematian, membawa serta neraka untukmu," ucapnya pelan namun tajam.Air mata Lily mengalir meskipun matanya terpejam. Arsen menghapusnya dengan saputangan sutra miliknya. "Jang
Lily menatap dirinya yang tengah di rias di hadapan cermin. Sungguh ia merasa tidak karuan, ia begitu gelisah dalam duduknya. Entah apa, apa ia harus bahagia karena sebentar lagi akan meninggalkan status lajangnya, atau malah harus bersedih mengingat dengan siapa ia akan menikah, dan mendampingi pria itu untuk selama-lamanya."Believe in God plan dear…" ucap Eleanor yang melihat kegundahan dalam wajah Lily. Ia merapikan gaun yang dikenakan oleh Lily, serta make up Lily.Lily tampak sangat memukau dalam tampilannya, benar-benar sangat cantik. Gaun yang di kenakannya, seakan memang hanya diciptakan untuk dirinya."Like a princess, kau hanya tinggal tersenyum, dan akan tampak semakin sempurna," lanjut Eleanor. Lily hanya diam seraya menghembuskan napas panjangnya."Aku tahu sayang, kau masih belum siap. Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang baik dan indah untukmu, percayalah…" ucap Eleano
Seorang pria tampan dengan ramput pirang yang sedikit gelap dan mata birunya berdiri dengan tegap membelakangi mobil hitam mewah yang tadi ditumpanginya. Di sampingnya berdiri dua pria tidak kalah gagahnya dengan setelan jas mahal mereka.Matanya menatap tajam kepada mobil yang baru saja sampai, dan berhenti di hadapannya. Tidak berapa lama pintu mobil terbuka dan turunlah seorang pria tua dari mobil tersebut. Diikuti oleh dua orang pengawalnya yang selalu berdiri di belakangnya, berjaga agar tidak ada sesuatu yang terjadi pada Tuannya.Pria tua yang memiliki luka sayat di sebelah kanan wajahnya, luka yang memanjang melewati mata kanan dari kening ke pipi itu tersenyum dengan ramah. Akibat luka sayat tersebut membuat mata kanannya tidak dapat berfungsi. Dan tampak terlihat menyeramkan bagi orang yang pertama kali melihatnya. Dialah Janiyev Elnim ketua dari kelompok mafia Azerbaijan."Selamat malam Mr. Mike Foland…
Hanya dalam waktu 2 hari saja kehidupan Xaviera Fernandez, seorang model terkenal dengan penghasilan besarnya berubah total dan drastis.Semenjak ditemukannya tubuh Queen yang terpotong-potong, Xaviera melapor pada pihak kepolisian akan teror yang di dapatnya beberapa kali, kematian Queen, ancaman dari telepon tidak dikenal, surat kaleng, bahkan tadi pagi di depan pintu apartemennya ada sebuah bingkisan yang ternyata berisi bangkai binatang.Namun sampai saat ini belum ada titik terang yang bisa pihak kepolisian temukan. Mereka belum memberi kabar lagi akan kemajuan penyelidikan yang mereka lakukan. Meskipun pihak kepolisian sudah mengecek semua kamera pengawas yang berada di apartemen, semuanya tidak ada hal yang mencurigakan. Tak ada jejak yang mengarah pada pelaku teror tersebut.Tentu saja itu tak akan mudah, hanya kamera pengawas Pascoe dengan mudah untuk menyabotasenya. Menyelenyapkan semua barang bukti itu merupak
Arsen menatap dengan tatapan tajamnya ke arah tubuh lembut Lily yang sedang terlelap tidur di atas tempat tidurnya.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Arsen baru kembali setelah memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kado kecil yang akan di berikan kepada kucing kecilnya keesokan pagi. Semoga kucing kecilnya bisa senang menerima kado dari Arsen tersebut, yang sudah pasti hadiah yang tidak akan dilupakannya.Arsen segera melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa kecuali. Dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Begitu keluar dari kamar mandi tubuh yang hanya di balut oleh handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya itu, berjalan menuju tempat tidur dimana Lily terbaring.Terlihat sebuah gundukan yang menonjol dari balik handuk. Berukuran besar meski belum terbangun sepenuhnya. Tapi darahnya mulai berdesir.Arsen segera melepas handuk tersebut dan tanpa peringatan ia menindih tubuh gadis yang sedang terlelap, membuat gadis yang sedang terlelap ters
Brakkkk….Prangg...Xaviera menghempaskan semua barang yang berada di hadapannya. Tangannya terkepal kuat menahan amarah. Matanya memerah menahan gejolak emosi yang siap ia tumpahkan."Brengsek!!" pekiknya kesal dan marah.Bagaimana tidak karir yang sudah di rintisnya bertahun-tahun kini sedang menuju kehancuran karena ulah Arsen. Padahal ia sudah merencanakan agar Arsen tidak bisa menolaknya lagi dengan membuat rumor tentang hubungan mereka.Menurut Bibi Sophia Arsen tidak pernah berurusan dengan media. Dan memang ia tak pernah melihat Arsen dalam sebuah wawancara di manapun.Ia pikir jika Arsen tidak akan berkomentar apapun dihadapan wartawan. Jika hubungan Arsen dan dirinya terkuak, maka wanita yang akan Arsen nikahi akan mundur begitu saja.Siapa yang tidak mengenal Xaviera, dan kecantikan yang di milikinya, model terkenal, paras dan tubuh yang sempurna, pasti akan membuat wanita itu kalah telak, dan mengurungkan niatnya untuk dipersunting Arsen. Karena bagaimanapun Xaviera lah ya
Arsenio Orlando Lazcano akan segera melangsungkan pernikahan dengan Xaviera Fernandez.Apakah Xaviera Fernandez hamil??!Arsen tersenyum dingin membaca deadline berita yang kembali menyangkut namanya. Tatapannya beralih pada Ivanov yang berdiri di hadapannya."Berulah lagi hem..." ujar Arsen dingin "Hubungi Mike!" lanjut Arsen masih dengan ketenangan yang memukau."Baik, Tuan!" sahut Ivanov kemudian beranjak pergi.Jika kalian penasaran apakah seorang Ivanov tahu siapakah seorang Arsenio Orlando Lazcano yang sesungguhnya? Ya ia tahu dengan persis siapa dia. Namun Ivanov bukanlah anggota dari Black Nostra.Black Nostra memiliki peraturan yang cukup ketat akan keanggotaannya. Tidak sembarang orang menjadi anggota inti, hanya mereka yang mempunyai darah Italia yang mengalir di tubuhnya seperti Pascoe, Mike, dan yang lainnya.Sedangkan anggota biasa boleh yang tidak memiliki darah Italia, namun mengapa Ivanov tetap tidak bisa menjadi anggota Black Nostra? Hal tersebut karena orientasi sek
Mike memerintahkan semua anak buahnya untuk segera meninggalkan area mansion milik Nekrasov. Jangan lebih dari 5 menit, mereka sudah harus beranjak dari sana, jika tidak ingin tubuh mereka hancur berkeping-keping yang diakibat oleh bom yang akan diledakkan oleh Enrico.Selamatkan rekan yang masih hidup, dan tinggalkan yang sudah tak bernyawa. Semua sudah mengerti dengan perintah Mike. Minimal mereka harus menyingkir dari lokasi mansion sekitar 500 meter.Sekitar 3 menit kemudian."Cleared…"Riobard, Alonzo, dan Dante saling bersahutan di earpiece. Mike segera menekan tombol earpiecenya "It's your time Enrico!"."Thank you brother…" sahut Enrico."Apa aku pernah mengatakan hal ini sebelumnya pada kalian?" tanya Enrico bermonolog di dalam earpiece."I Love FIREWORKS!!!" Sedetik kemudian terdengar suara ledakan yang cukup dahsyat dari arah mansion Nekrasov.BUMMM!!!Kemudian di susul rentetan suara ledakan yang lebih kecil saling bersahutan.Tidak menunggu waktu lama, dalam kurun waktu k
Alex dan kedua wanita itu bergidik ngeri saat melihat seringai di wajah Arsen yang tampak seperti iblis yang akan mencabut nyawa mereka sekarang."Lama tidak berjumpa, Alex Nekrasov!" ujar Arsen yang kini menaikkan alis matanya menatap wajah ketakutan Alex dan kedua wanita itu dengan seringai menakutkannya."A-Arsen-nio.."Dorrrrrr...Akhhhh….Suara lirihan Alex hanya berjarak beberapa centi saja dari suara tembakan dan pekikan dari salah seorang wanita yang sudah bersenang-senang dengannya beberapa menit lalu.Wanita malang berambut merah itu terkapar tak bernyawa di atas tempat tidur dengan peluru yang menembus tepat di bagian kepalanya, darah masih mengalir dari kepala wanita itu dan mulai membasahi bantal.Sementara satu wanita lainnya langsung beringsut turun dari tempat tidur dan menyembunyikan tubuh telanjangnya di pinggir tempat tidur dekat meja kecil di samping dengan wajah yang terlihat memucat. Tampak tangannya bergetar ketakutan setelah apa yang di lihatnya barusan. Temann
"Tuan…" seru Ivanov dengan ragu dan takut. Karena apa yang akan disampaikan pada tuannya ini akan membuat tuannya marah."Hmm…" gumam Arsen tanpa menolehkan wajahnya pada Ivanov yang sudah berdiri di depan mejanya. Arsen hanya berkutat pada semua berkas yang harus ditanda tanganinya di atas meja"Maafkan saya tuan, baru saja Mike menghubungi saya dan memberitahu, bahwa transaksi kelompok kita dengan kelompok Sacra Salvatrucha di sabotase oleh kelompok Red Nekrasov," jelas Ivanov ragu, namun apapun yang terjadi ia harus memberitahu tuannya.Arsen tampak mengeratkan rahangnya, giginya pun ikut gemertak. Ia menghembuskan nafas kasar sebelum mengeluarkan kata dari mulutnya."Hubungi Mike, suruh semua anggota inti untuk berkumpul sekarang juga di markas!" ucap Arsen tegas, terdengar emosi yang tertahan di sana."Baik tuan!" Ivanov segera pamit dan keluar dari ruangan Arsen untuk segera menghubungi Mike."Tua bangka Nekrasov!! Mau main-main denganku rupanya !" desis Arsen dengan seringainya