Malam ini ada sebuah pesta yang di selenggarakan di ballroom sebuah hotel yang sangat mewah di kota New York. Pemilik hotel mewah ini adalah salah seorang pengusaha terkenal yang juga berkecimpung di dunia politik. Semua tamu undangan pasti juga mengenalnya.
Semua pengusaha di Amerika akan mendatangi pesta tersebut. Acara berkumpul dan membicarakan bisnis tentunya. Arsen sebenarnya enggan untuk datang. Namun agar identitas aslinya tetap aman ia harus mendatangi acara-acara seperti ini. Setelah selesai mengganti pakaiannya ia segera bergegas menuju lobby kantornya dan meminta Rudolf untuk segera menuju tempat pesta diadakan. Arsen berjalan memasuki ballroom dengan santai, semua mata memandang dirinya. Sepertinya pesta sudah lama dimulai, dan ia baru saja datang. Namun ia tak peduli. Kedatangannya benar-benar menyita perhatian tamu undangan yang lain. Bukan hanya wanita, bahkan para pria pun melakukannya. Hendrik Willcout selaku Wali Kota New York langsung menghampirinya. Ia langsung mengulurkan tangannya pada Arsen untuk berjabat tangan. Siapa yang tidak mengenal Arsenio Orlando Lazcano pemilik Lazcano's Corps yang kini menempati urutan pertama di sebagai pengusaha Nomor 1 versi majalah Forbes. Hendrik Willcout ditemani oleh kepala Jaksa Wilayah kota New York dan beberapa petinggi kota lainnya. Sedangkan Arsen hanya ditemani oleh Ivanov. Sedangkan anak buahnya menunggu diluar gedung. Arsen langsung menyambut uluran tangan Hendrik dan beberapa orang lainnya. Tentu saja Arsen di sambut dengan sangat baik, karena bagaimanapun Lazcano's Corps memberikan sumbangan yang besar bagi kota New York. Bahkan Hendrik berencana untuk mengenalkan putrinya pada Arsen. Corry Willcout, ia menginginkan menantu yang terbaik seperti Arsenio Orlando Lazcano. Apalagi sekarang ia melihat, Arsen tidak membawa pasangannya sama sekali. Membuatnya senang. "Bagaimana kabarmu, Mr. Lazcano?" tanya Hendrik basa-basi. "Baik, bagaimana denganmu?" "Selalu baik!" seru Hendrik dengan penuh semangat namun tetap berwibawa. Seorang pelayan pria mendatangi mereka sambil membawa beberapa gelas champagne. Arsen dan Hendrik serta beberapa orang yang bersama mereka mengambil gelas tersebut. Mereke pun bersulang dan mulai meneguk champagne tersebut. "Aku ingin mengenalkan putriku padamu!" bisik Hendrik di dekat telinga Arsen. Arsen ingin menolak. Namun,ia tidak mungkin melakukannya. Sehingga, lelaki itu hanya tersenyum samar. Ia tidak bisa bertindak sesuka hatinya jika dalam kondisi seperti ini. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang tergerai menghampiri mereka. Tubuh indahnya dibalut dengan gaun biru yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat sangat sempurna. Dia adalah Corry Willcout, seorang dokter muda dan anak dari seorang wali kota. Kecantikan yang dimilikinya serta tubuhnya yang sempurna membuatnya tampak seperti seorang model papan atas. "Mr. Lazcano!" seru Corry dengan sopan dan anggun seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Begitu Arsen mengulurkan tangannya untuk menerima jabatan tanganya tersebut Corry kembali berujar, "Corry … Corry Willcout." "Senang berkenalan denganmu, Nona Corry!" seru Arsen sopan kemudian menarik kembali tangannya. Arsen tampak melihat raut ketertarikan Corry padanya. Bukan terlalu percaya diri, tetapi ia dapat merasakannya. Dan ia tidak menyukainya. Namun Arsen tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mencoba untuk membangun tembok penghalang diantara mereka. Arsen hanya menanggapi Corry seperlunya saja, tanpa memberinya harapan. Membuat Corry tampak kecewa. Tapi itu lebih baik, karena Arsen sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun, ia tidak memerlukannya untuk saat ini. Pesta berlangsung dengan lancar, hingga waktu menunjukan hampir tengah malam. Entah berapa gelas alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Membuat kepala Arsen sedikit pengar, dan kepalanya mulai berputar. Ivanov dengan sigap terus menemani Arsen. Hingga akhirnya Arsen memutuskan untuk pulang. Ivanov dengan setia mengantar Arsen menuju mobil di mana Rudolf sudah menunggunya. Lelaki itu pun dengan sigap segera membukakan pintu untuk Tuannya tersebut. Arsen duduk dengan santai dikursi belakang. Ia tampak memicingkan matanya untuk meilhat jam di tangannya. Matanya sudah sedikit mulai kabur akibat alkohol yang dikonsumsinya. "Bawa aku ke apartemen," perintahnya pada Rudolf yang sedang fokus dengan setir mobil ditangannya. "Baik, Tuan." Jarak menuju mansion miliknya akan memakan waktu yang lebih lama. Sehingga Arsen memilih untuk pulang ke apartemen yang jaraknya lebih dekat. Lima belas menit kemudian, Arsen sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia bisa membuka code pintu kamarnya, meskipun ia sempat berjalan terhuyung saat memasuki lift. Tanpa memperdulikan apapun Arsen segera melonggarkan dasi yang dikenakannya dan melepaskannya, ia menaruh sembarangan dasi dan jas nya di atas sofa ruang tamu. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk mencapai kamar pribadi miliknya yang berada di lantai dua. Tidak mudah menaiki tangga dengan kondisinya yang sedikit mabuk. Ia harus berpegangan pada pegangan tangga agar tak terjatuh. Begitu sampai di dalam kamar Arsen segera melepas semua pakaiannya, dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Kemudian ia memutuskan untuk tidur. Hingga pagi ia harus bangun dan kembali ke kantor. Sinar matahari pagi membangunkan dirinya yang tertidur lelap, sinarnya masuk dan menerpa matanya melalui celah tirai yang tak tertutup dengan rapat. Perlahan ia mulai membuka matanya, dan mendudukkan tubuhnya. Kepalanya masih terasa pengar dan pusing akibat alkohol yang semalam diminumnya. Arsen memang jarang mengkonsumsi alkohol. Ia mulai memijat kepalanya pelan karena masih terasa pusing dan berat. Arsen mulai meregangkan ototnya yang terasa kaku. Kemudian ia mulai turun dari atas tempat tidur, tenggorokannya terasa kering, segelas air putih mungkin dapat menghilangkan dahaganya dan tenggorakan yang kering. Dengan langkah pasti Arsen mulai melangkah keluar dari kamar. Namun begitu pintu kamar terbuka, tiba-tiba tercium wangi aroma makanan. Mata Arsen membelalak kaget, bukankah di apartemen ini tak ada siapapun. Arsen segera bergegas turun dan berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan saat melihat Lily yang tengah sibuk di dapur, ia pun malah berdiri memerhatikan gadis itu. Arsen hampir lupa jika ia yang menempatkan gadis itu di dalam apartemen miliknya ini. Sementara Lily kaget bukan main saat ia melihat kehadiran Arsen di belakangnya. “Tu- Tuan … sa-“ “Buatkan aku kopi!” titah Arsen. Lily menaruh kembali sarapan miliknya dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Arsen. 'Kenapa aku tidak menyadari kedatangannya?' gumamnya dalam hati seraya mengaduk kopi di cangkir. Kemudian ia menaruhnya di atas nampan dan segera membawanya untuk disajikan pada Arsen. Dengan perlahan ia mulai menaruh cangkir kopi tersebut di meja di hadapan Arsen. "Kopinya Tuan. Akan aku buatkan sarapan untuk Anda," ujar Lily dengan takut-takut. "Hmm." Arsen hanya mengeram untuk memberikan jawaban pada Lily. Lily segera beranjak pergi menuju dapur dan membuatkan sarapan untuk Arsen. Setelah menghabiskan sarapannya Arsen kembali ke dalam kamar tanpa mengucapkan apapun. Lily menghembuskan napas lega, karena berada di dekat Arsen membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Aura disekitar Arsen membuatnya bergidik ngeri. *** Arsen hanya terdiam di mejanya, kini ia sudah kembali berada di kantornya. Ia agak terlambat datang ke kantor. Tetapi, itu bukanlah masalah. Mengingatnya kejadian tadi pagi di apartemennya, ia jadi teringat pada gadis yang bernama Lily itu. Karena kesibukannya selama ini ia lupa jika ia menempatkan gadis itu di sana. Masih sedikit rasa pusing bisa ia rasakan, Arsen tak ingat berapa banyak alkohol yang ia minum semalam. Ia memang jarang untuk minum alkohol seperti itu. Arsen kembali berkutat dengan pekerjaannya, berkas yang harus ditanda tangani yang sudah menumpuk di atas meja. Belum lagi ia harus mengadakan rapat dengan anggota Black Nostra karena pemerintah mulai mengejar para mafia. Mereka harus lebih berhati-hati di luar sana. Beberapa mata-mata yang ia susupkan di pemerintahan pun mulai memberinya kabar untuk lebih berhati-hati lagi dalam bertransaksi. -TO BE CONTINUE-Sore tadi Arsen menerima laporan dari Mike bahwa ada seorang pengkhianat dalam kelompoknya yang bernama Damian dan sudah ditangkap oleh Mike.Kini Damian pengkhianat tersebut sudah dibawa ke markas Black Nostra oleh Mike dan yang lainnya. Di tempat ini selain sebagai markas juga terdapat beberapa laboratorium, laboratorium obat, dan laboratorium bahan peledak, ada seorang anak buah Arsen yang bernama Enrico, yang memiliki keahlian dengan bahan peledak. Tapi tempatnya agak terpisah, untuk minimalisir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Markas tersebut jauh dari manapun, letaknya yang berada di tengah hutan menyulitkan untuk didatangi atau ditemukan. oleh siapapun, termasuk oleh pihak berwajib sekalipun.Ini merupakan markas utama bagi Black Nostra, semua mereka lakukan disini. Selain itu disini tersedia tempat perawatan untuk anak buah Arsen yang terluka selain rumah sakit berada di tengah kota.Dokter dan perawat yang bekerja pada Arsen tentu dibayar tinggi oleh Arsen. Dengan cata
Malam tadi Arsen kembali ke kediamannya, tidak ke apartemen seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu, pagi ini ia pergi ke kantor dari kediamannya.Hanya 30 menit perjalanan yang dibutuh oleh Arsen dari kediamannya menuju kantor. Arsen mempunyai seorang sopir yang handal bernama Rudolf, di mana seharusnya perjalanan tersebut bisa menghabiskan waktu lebih dari 45 menit.Rudolf adalah seorang mantan pembalap, di mana saat itu karirnya hancur gara-gara ia mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Hutang dimana-mana, istri dan anaknya meninggalkannya dan ia menjadi seorang gelandangan.Arsenlah yang datang padanya saat pertemuan mereka yang tidak disengaja. Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Rudolf asalkan Rudolf mengabdikan dirinya untuk Arsen.Rudolf yang sudah tidak memiliki siapapun dengan senang hati menerima uluran tangan Arsen, dan kini ia menjadi sopir pribadi Arsen. Untuk menjadi sopir Arsen tidaklah mudah. Selain harus bisa mengemudi dengan ahli, ia juga harus belajar
Dengan tiba-tiba wanita tersebut mencoba untuk menghampiri Arsen. Belum sempat wanita tersebut menyentuh Arsen, Arsen sudah mendorongnya terlebih dahulu, hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Awww…." raungan kesakitan dari suara wanita tersebut membuat wajah Arsen semakin berang saja.Arsen menatap dengan tajam tubuh wanita yang hampir tak mengenakan apapun tersebutArsen mengangkat telepon yang terletak di atas meja, kemudian menghubungi Ivanov untuk memanggil para pengawalnya."Suruh kemari para pengawal dan bawa sampah ini, serahkan pada Mike!!" Arsen berdesis dingin. Ivanov sudah terbiasa dengan sikap Arsen ini. Namun tidak bagi wanita yang dibantingnya ini. Ia merupakan salah seorang karyawan di perusahaan milik Arsen ini.Wajah wanita itu seketika memucat dan tubuhnya bergetar."Tuann, kumohon jangan pecat aku. Aku melakukan ini, karena aku menyukaimu Tuan," ucap wanita tersebut dengan bibir yang bergetar. Ia menyatukan kedua tangannya untuk memohon.Arsen tidak menjawab, nam
Arsen sudah terbaring di atas tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun bagaimanapun ia mencoba untuk tidur namun matanya tetap sulit untuk terpejam juga.Arsen memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil air minum. Persediaan air minum di kamarnya telah abis rupanya, ia lupa menyuruh Lily untuk mengisinya kembali tadi.'Pasti dia sudah tidur,' gumam Arsen dalam hati seraya menuruni anak tangga. Jadi lebih baik ia mengambilnya sendiri. Lagi pula, apartemennya ini tidak sebesar kediamannya. Di kediamannya lebih banyak pelayan yang pastinya akan tetap melayaninya meski itu di tengah malam.Arsen mulai melangkah menuju dapur, bersamaan dengan langkahnya masuk ke dalam dapur rupanya Lily pun keluar dari dapur. Hampir saja tubuh mereka bertabrakan."T-tuan!" seru Lily pelan, suaranya terdengar kaget, dan juga takut.Lily kaget bukan main, karena harus berpapasan dengan Tuannya tersebut, padahal ia hanya ingin mengambil air minum saja. Dan saat ini sudah sanga
-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Lily berusaha mendudukkan tubuhnya dan ketika duduk bagian inti tubuhnya terasa sangat kebas dan sakit. Namun ia tak menghiraukannya. Ia harus bangkit dan memeriksa apakah Arsen masih ada di apartemen ini atau tidak, jika tidak ada itu akan menguntungkan untuknya.Lily menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan dengan perlahan mencoba untuk turun dari atas tempat tidur.Bagian inti tubuhnya benar-benar terasa sangat perih. Lily sedikit meringis kesakitan. Ia mencoba berdiri dan bertumpu pada kakinya. Namun, kakinya terasa sangat lemas, ia hampir saja terjatuh, untungnya dengan cepat ia mampu berpegangan pada sisi tempat tidur.Dengan tertatih-tatih Lily kembali mengenakan pakaian yang diambilnya dari lemari. Dan mulai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Lily tak peduli meskipun ia belum mandi, ia harus segera pergi dari sana.Setelah dirasa semuanya siap, dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari
Tadi pagi Arsen menghubunginya untuk mengurus apartemen dan seorang gadis yang kini tinggal di apartemen miliknya.Camile cukup kaget, karena ia tak pernah mengetahui jika Tuan muda nya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis.Marissa belum mengetahuinya, karena saat ini Marissa sedang berada di luar negeri, dan Arsen meminta Camile untuk tidak mengatakannya kepada Grandma Marissa.Camile akan berada di apartemen ini selama Arsen tak ada saja untuk mengawasi gadis yang bernama Lylia tersebut. Camile tidak tahu apa hubungan Tuan Mudanya ini dengan gadis itu, tapi selama ini, selama yang ia tahu jika Tuan Muda-nya ini tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun.Tapi Camile berharap, jika gadis itu adalah gadis pilihan tuan mudanya, Camile sangat mengetahui masa lalu dan sifat seorang Arsenio Orlando Lazcano seperti apa. Dia sebenarnya pria yang baik, namun ia terlalu pendiam.Hanya dengan melihat wajah gadis itu saja ia bisa menyimpulkan jika ia gadis baik-baik. Semoga saja ga
Sudah malam, dan Lily belum bisa tidur. Ia masih bisa bersantai karena Arsen belum kembali. Dan Camile pamit sore tadi karena ada yang harus ia kerjakan di mansion Marissa. Ia merasa sangat bebas karena kini ia hanya sendirian saja. Tidak ada yang mengawasinya sama sekali.Meski Camile baik, tapi ia tahu jika Camile juga mengawasi setiap gerak-geriknya.Lily tidak menyadari jika seluruh apartemen ini memiliki kamera pengawas yang selalu mengawasinya sepanjang waktu.'Semoga saja ia tak pernah kembali kesini!' serunya dalam hati.Kini Lily berada di beranda apartemen dan menatap keindahan lampu kota yang menyala.Tempat ini adalah tempat favoritnya selama berada di sini. Ia dapat melihat kota dengan jelas dan bintang saat malam. Hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Seakan ia berada di luar apartemen yang mengurungnya ini.Lily berpegangan pada pagar balkon dan memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara dalam, dengan angin yang menerpa wajahnya.Semuanya terasa begitu damai dan
Lily menatap dirinya yang tengah di rias di hadapan cermin. Sungguh ia merasa tidak karuan, ia begitu gelisah dalam duduknya. Entah apa, apa ia harus bahagia karena sebentar lagi akan meninggalkan status lajangnya, atau malah harus bersedih mengingat dengan siapa ia akan menikah, dan mendampingi pria itu untuk selama-lamanya."Believe in God plan dear…" ucap Eleanor yang melihat kegundahan dalam wajah Lily. Ia merapikan gaun yang dikenakan oleh Lily, serta make up Lily.Lily tampak sangat memukau dalam tampilannya, benar-benar sangat cantik. Gaun yang di kenakannya, seakan memang hanya diciptakan untuk dirinya."Like a princess, kau hanya tinggal tersenyum, dan akan tampak semakin sempurna," lanjut Eleanor. Lily hanya diam seraya menghembuskan napas panjangnya."Aku tahu sayang, kau masih belum siap. Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang baik dan indah untukmu, percayalah…" ucap Eleano
Seorang pria tampan dengan ramput pirang yang sedikit gelap dan mata birunya berdiri dengan tegap membelakangi mobil hitam mewah yang tadi ditumpanginya. Di sampingnya berdiri dua pria tidak kalah gagahnya dengan setelan jas mahal mereka.Matanya menatap tajam kepada mobil yang baru saja sampai, dan berhenti di hadapannya. Tidak berapa lama pintu mobil terbuka dan turunlah seorang pria tua dari mobil tersebut. Diikuti oleh dua orang pengawalnya yang selalu berdiri di belakangnya, berjaga agar tidak ada sesuatu yang terjadi pada Tuannya.Pria tua yang memiliki luka sayat di sebelah kanan wajahnya, luka yang memanjang melewati mata kanan dari kening ke pipi itu tersenyum dengan ramah. Akibat luka sayat tersebut membuat mata kanannya tidak dapat berfungsi. Dan tampak terlihat menyeramkan bagi orang yang pertama kali melihatnya. Dialah Janiyev Elnim ketua dari kelompok mafia Azerbaijan."Selamat malam Mr. Mike Foland…
Hanya dalam waktu 2 hari saja kehidupan Xaviera Fernandez, seorang model terkenal dengan penghasilan besarnya berubah total dan drastis.Semenjak ditemukannya tubuh Queen yang terpotong-potong, Xaviera melapor pada pihak kepolisian akan teror yang di dapatnya beberapa kali, kematian Queen, ancaman dari telepon tidak dikenal, surat kaleng, bahkan tadi pagi di depan pintu apartemennya ada sebuah bingkisan yang ternyata berisi bangkai binatang.Namun sampai saat ini belum ada titik terang yang bisa pihak kepolisian temukan. Mereka belum memberi kabar lagi akan kemajuan penyelidikan yang mereka lakukan. Meskipun pihak kepolisian sudah mengecek semua kamera pengawas yang berada di apartemen, semuanya tidak ada hal yang mencurigakan. Tak ada jejak yang mengarah pada pelaku teror tersebut.Tentu saja itu tak akan mudah, hanya kamera pengawas Pascoe dengan mudah untuk menyabotasenya. Menyelenyapkan semua barang bukti itu merupak
Arsen menatap dengan tatapan tajamnya ke arah tubuh lembut Lily yang sedang terlelap tidur di atas tempat tidurnya.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam. Arsen baru kembali setelah memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan kado kecil yang akan di berikan kepada kucing kecilnya keesokan pagi. Semoga kucing kecilnya bisa senang menerima kado dari Arsen tersebut, yang sudah pasti hadiah yang tidak akan dilupakannya.Arsen segera melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa kecuali. Dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Begitu keluar dari kamar mandi tubuh yang hanya di balut oleh handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya itu, berjalan menuju tempat tidur dimana Lily terbaring.Terlihat sebuah gundukan yang menonjol dari balik handuk. Berukuran besar meski belum terbangun sepenuhnya. Tapi darahnya mulai berdesir.Arsen segera melepas handuk tersebut dan tanpa peringatan ia menindih tubuh gadis yang sedang terlelap, membuat gadis yang sedang terlelap ters
Brakkkk….Prangg...Xaviera menghempaskan semua barang yang berada di hadapannya. Tangannya terkepal kuat menahan amarah. Matanya memerah menahan gejolak emosi yang siap ia tumpahkan."Brengsek!!" pekiknya kesal dan marah.Bagaimana tidak karir yang sudah di rintisnya bertahun-tahun kini sedang menuju kehancuran karena ulah Arsen. Padahal ia sudah merencanakan agar Arsen tidak bisa menolaknya lagi dengan membuat rumor tentang hubungan mereka.Menurut Bibi Sophia Arsen tidak pernah berurusan dengan media. Dan memang ia tak pernah melihat Arsen dalam sebuah wawancara di manapun.Ia pikir jika Arsen tidak akan berkomentar apapun dihadapan wartawan. Jika hubungan Arsen dan dirinya terkuak, maka wanita yang akan Arsen nikahi akan mundur begitu saja.Siapa yang tidak mengenal Xaviera, dan kecantikan yang di milikinya, model terkenal, paras dan tubuh yang sempurna, pasti akan membuat wanita itu kalah telak, dan mengurungkan niatnya untuk dipersunting Arsen. Karena bagaimanapun Xaviera lah ya
Arsenio Orlando Lazcano akan segera melangsungkan pernikahan dengan Xaviera Fernandez.Apakah Xaviera Fernandez hamil??!Arsen tersenyum dingin membaca deadline berita yang kembali menyangkut namanya. Tatapannya beralih pada Ivanov yang berdiri di hadapannya."Berulah lagi hem..." ujar Arsen dingin "Hubungi Mike!" lanjut Arsen masih dengan ketenangan yang memukau."Baik, Tuan!" sahut Ivanov kemudian beranjak pergi.Jika kalian penasaran apakah seorang Ivanov tahu siapakah seorang Arsenio Orlando Lazcano yang sesungguhnya? Ya ia tahu dengan persis siapa dia. Namun Ivanov bukanlah anggota dari Black Nostra.Black Nostra memiliki peraturan yang cukup ketat akan keanggotaannya. Tidak sembarang orang menjadi anggota inti, hanya mereka yang mempunyai darah Italia yang mengalir di tubuhnya seperti Pascoe, Mike, dan yang lainnya.Sedangkan anggota biasa boleh yang tidak memiliki darah Italia, namun mengapa Ivanov tetap tidak bisa menjadi anggota Black Nostra? Hal tersebut karena orientasi sek
Mike memerintahkan semua anak buahnya untuk segera meninggalkan area mansion milik Nekrasov. Jangan lebih dari 5 menit, mereka sudah harus beranjak dari sana, jika tidak ingin tubuh mereka hancur berkeping-keping yang diakibat oleh bom yang akan diledakkan oleh Enrico.Selamatkan rekan yang masih hidup, dan tinggalkan yang sudah tak bernyawa. Semua sudah mengerti dengan perintah Mike. Minimal mereka harus menyingkir dari lokasi mansion sekitar 500 meter.Sekitar 3 menit kemudian."Cleared…"Riobard, Alonzo, dan Dante saling bersahutan di earpiece. Mike segera menekan tombol earpiecenya "It's your time Enrico!"."Thank you brother…" sahut Enrico."Apa aku pernah mengatakan hal ini sebelumnya pada kalian?" tanya Enrico bermonolog di dalam earpiece."I Love FIREWORKS!!!" Sedetik kemudian terdengar suara ledakan yang cukup dahsyat dari arah mansion Nekrasov.BUMMM!!!Kemudian di susul rentetan suara ledakan yang lebih kecil saling bersahutan.Tidak menunggu waktu lama, dalam kurun waktu k
Alex dan kedua wanita itu bergidik ngeri saat melihat seringai di wajah Arsen yang tampak seperti iblis yang akan mencabut nyawa mereka sekarang."Lama tidak berjumpa, Alex Nekrasov!" ujar Arsen yang kini menaikkan alis matanya menatap wajah ketakutan Alex dan kedua wanita itu dengan seringai menakutkannya."A-Arsen-nio.."Dorrrrrr...Akhhhh….Suara lirihan Alex hanya berjarak beberapa centi saja dari suara tembakan dan pekikan dari salah seorang wanita yang sudah bersenang-senang dengannya beberapa menit lalu.Wanita malang berambut merah itu terkapar tak bernyawa di atas tempat tidur dengan peluru yang menembus tepat di bagian kepalanya, darah masih mengalir dari kepala wanita itu dan mulai membasahi bantal.Sementara satu wanita lainnya langsung beringsut turun dari tempat tidur dan menyembunyikan tubuh telanjangnya di pinggir tempat tidur dekat meja kecil di samping dengan wajah yang terlihat memucat. Tampak tangannya bergetar ketakutan setelah apa yang di lihatnya barusan. Temann
"Tuan…" seru Ivanov dengan ragu dan takut. Karena apa yang akan disampaikan pada tuannya ini akan membuat tuannya marah."Hmm…" gumam Arsen tanpa menolehkan wajahnya pada Ivanov yang sudah berdiri di depan mejanya. Arsen hanya berkutat pada semua berkas yang harus ditanda tanganinya di atas meja"Maafkan saya tuan, baru saja Mike menghubungi saya dan memberitahu, bahwa transaksi kelompok kita dengan kelompok Sacra Salvatrucha di sabotase oleh kelompok Red Nekrasov," jelas Ivanov ragu, namun apapun yang terjadi ia harus memberitahu tuannya.Arsen tampak mengeratkan rahangnya, giginya pun ikut gemertak. Ia menghembuskan nafas kasar sebelum mengeluarkan kata dari mulutnya."Hubungi Mike, suruh semua anggota inti untuk berkumpul sekarang juga di markas!" ucap Arsen tegas, terdengar emosi yang tertahan di sana."Baik tuan!" Ivanov segera pamit dan keluar dari ruangan Arsen untuk segera menghubungi Mike."Tua bangka Nekrasov!! Mau main-main denganku rupanya !" desis Arsen dengan seringainya