Malam ini ada sebuah pesta yang di selenggarakan di ballroom sebuah hotel yang sangat mewah di kota New York. Pemilik hotel mewah ini adalah salah seorang pengusaha terkenal yang juga berkecimpung di dunia politik. Semua tamu undangan pasti juga mengenalnya.
Semua pengusaha di Amerika akan mendatangi pesta tersebut. Acara berkumpul dan membicarakan bisnis tentunya. Arsen sebenarnya enggan untuk datang. Namun agar identitas aslinya tetap aman ia harus mendatangi acara-acara seperti ini. Setelah selesai mengganti pakaiannya ia segera bergegas menuju lobby kantornya dan meminta Rudolf untuk segera menuju tempat pesta diadakan. Arsen berjalan memasuki ballroom dengan santai, semua mata memandang dirinya. Sepertinya pesta sudah lama dimulai, dan ia baru saja datang. Namun ia tak peduli. Kedatangannya benar-benar menyita perhatian tamu undangan yang lain. Bukan hanya wanita, bahkan para pria pun melakukannya. Hendrik Willcout selaku Wali Kota New York langsung menghampirinya. Ia langsung mengulurkan tangannya pada Arsen untuk berjabat tangan. Siapa yang tidak mengenal Arsenio Orlando Lazcano pemilik Lazcano's Corps yang kini menempati urutan pertama di sebagai pengusaha Nomor 1 versi majalah Forbes. Hendrik Willcout ditemani oleh kepala Jaksa Wilayah kota New York dan beberapa petinggi kota lainnya. Sedangkan Arsen hanya ditemani oleh Ivanov. Sedangkan anak buahnya menunggu diluar gedung. Arsen langsung menyambut uluran tangan Hendrik dan beberapa orang lainnya. Tentu saja Arsen di sambut dengan sangat baik, karena bagaimanapun Lazcano's Corps memberikan sumbangan yang besar bagi kota New York. Bahkan Hendrik berencana untuk mengenalkan putrinya pada Arsen. Corry Willcout, ia menginginkan menantu yang terbaik seperti Arsenio Orlando Lazcano. Apalagi sekarang ia melihat, Arsen tidak membawa pasangannya sama sekali. Membuatnya senang. "Bagaimana kabarmu, Mr. Lazcano?" tanya Hendrik basa-basi. "Baik, bagaimana denganmu?" "Selalu baik!" seru Hendrik dengan penuh semangat namun tetap berwibawa. Seorang pelayan pria mendatangi mereka sambil membawa beberapa gelas champagne. Arsen dan Hendrik serta beberapa orang yang bersama mereka mengambil gelas tersebut. Mereke pun bersulang dan mulai meneguk champagne tersebut. "Aku ingin mengenalkan putriku padamu!" bisik Hendrik di dekat telinga Arsen. Arsen ingin menolak. Namun,ia tidak mungkin melakukannya. Sehingga, lelaki itu hanya tersenyum samar. Ia tidak bisa bertindak sesuka hatinya jika dalam kondisi seperti ini. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang tergerai menghampiri mereka. Tubuh indahnya dibalut dengan gaun biru yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat sangat sempurna. Dia adalah Corry Willcout, seorang dokter muda dan anak dari seorang wali kota. Kecantikan yang dimilikinya serta tubuhnya yang sempurna membuatnya tampak seperti seorang model papan atas. "Mr. Lazcano!" seru Corry dengan sopan dan anggun seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Begitu Arsen mengulurkan tangannya untuk menerima jabatan tanganya tersebut Corry kembali berujar, "Corry … Corry Willcout." "Senang berkenalan denganmu, Nona Corry!" seru Arsen sopan kemudian menarik kembali tangannya. Arsen tampak melihat raut ketertarikan Corry padanya. Bukan terlalu percaya diri, tetapi ia dapat merasakannya. Dan ia tidak menyukainya. Namun Arsen tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mencoba untuk membangun tembok penghalang diantara mereka. Arsen hanya menanggapi Corry seperlunya saja, tanpa memberinya harapan. Membuat Corry tampak kecewa. Tapi itu lebih baik, karena Arsen sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun, ia tidak memerlukannya untuk saat ini. Pesta berlangsung dengan lancar, hingga waktu menunjukan hampir tengah malam. Entah berapa gelas alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Membuat kepala Arsen sedikit pengar, dan kepalanya mulai berputar. Ivanov dengan sigap terus menemani Arsen. Hingga akhirnya Arsen memutuskan untuk pulang. Ivanov dengan setia mengantar Arsen menuju mobil di mana Rudolf sudah menunggunya. Lelaki itu pun dengan sigap segera membukakan pintu untuk Tuannya tersebut. Arsen duduk dengan santai dikursi belakang. Ia tampak memicingkan matanya untuk meilhat jam di tangannya. Matanya sudah sedikit mulai kabur akibat alkohol yang dikonsumsinya. "Bawa aku ke apartemen," perintahnya pada Rudolf yang sedang fokus dengan setir mobil ditangannya. "Baik, Tuan." Jarak menuju mansion miliknya akan memakan waktu yang lebih lama. Sehingga Arsen memilih untuk pulang ke apartemen yang jaraknya lebih dekat. Lima belas menit kemudian, Arsen sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia bisa membuka code pintu kamarnya, meskipun ia sempat berjalan terhuyung saat memasuki lift. Tanpa memperdulikan apapun Arsen segera melonggarkan dasi yang dikenakannya dan melepaskannya, ia menaruh sembarangan dasi dan jas nya di atas sofa ruang tamu. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk mencapai kamar pribadi miliknya yang berada di lantai dua. Tidak mudah menaiki tangga dengan kondisinya yang sedikit mabuk. Ia harus berpegangan pada pegangan tangga agar tak terjatuh. Begitu sampai di dalam kamar Arsen segera melepas semua pakaiannya, dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Kemudian ia memutuskan untuk tidur. Hingga pagi ia harus bangun dan kembali ke kantor. Sinar matahari pagi membangunkan dirinya yang tertidur lelap, sinarnya masuk dan menerpa matanya melalui celah tirai yang tak tertutup dengan rapat. Perlahan ia mulai membuka matanya, dan mendudukkan tubuhnya. Kepalanya masih terasa pengar dan pusing akibat alkohol yang semalam diminumnya. Arsen memang jarang mengkonsumsi alkohol. Ia mulai memijat kepalanya pelan karena masih terasa pusing dan berat. Arsen mulai meregangkan ototnya yang terasa kaku. Kemudian ia mulai turun dari atas tempat tidur, tenggorokannya terasa kering, segelas air putih mungkin dapat menghilangkan dahaganya dan tenggorakan yang kering. Dengan langkah pasti Arsen mulai melangkah keluar dari kamar. Namun begitu pintu kamar terbuka, tiba-tiba tercium wangi aroma makanan. Mata Arsen membelalak kaget, bukankah di apartemen ini tak ada siapapun. Arsen segera bergegas turun dan berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan saat melihat Lily yang tengah sibuk di dapur, ia pun malah berdiri memerhatikan gadis itu. Arsen hampir lupa jika ia yang menempatkan gadis itu di dalam apartemen miliknya ini. Sementara Lily kaget bukan main saat ia melihat kehadiran Arsen di belakangnya. “Tu- Tuan … sa-“ “Buatkan aku kopi!” titah Arsen. Lily menaruh kembali sarapan miliknya dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Arsen. 'Kenapa aku tidak menyadari kedatangannya?' gumamnya dalam hati seraya mengaduk kopi di cangkir. Kemudian ia menaruhnya di atas nampan dan segera membawanya untuk disajikan pada Arsen. Dengan perlahan ia mulai menaruh cangkir kopi tersebut di meja di hadapan Arsen. "Kopinya Tuan. Akan aku buatkan sarapan untuk Anda," ujar Lily dengan takut-takut. "Hmm." Arsen hanya mengeram untuk memberikan jawaban pada Lily. Lily segera beranjak pergi menuju dapur dan membuatkan sarapan untuk Arsen. Setelah menghabiskan sarapannya Arsen kembali ke dalam kamar tanpa mengucapkan apapun. Lily menghembuskan napas lega, karena berada di dekat Arsen membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Aura disekitar Arsen membuatnya bergidik ngeri. *** Arsen hanya terdiam di mejanya, kini ia sudah kembali berada di kantornya. Ia agak terlambat datang ke kantor. Tetapi, itu bukanlah masalah. Mengingatnya kejadian tadi pagi di apartemennya, ia jadi teringat pada gadis yang bernama Lily itu. Karena kesibukannya selama ini ia lupa jika ia menempatkan gadis itu di sana. Masih sedikit rasa pusing bisa ia rasakan, Arsen tak ingat berapa banyak alkohol yang ia minum semalam. Ia memang jarang untuk minum alkohol seperti itu. Arsen kembali berkutat dengan pekerjaannya, berkas yang harus ditanda tangani yang sudah menumpuk di atas meja. Belum lagi ia harus mengadakan rapat dengan anggota Black Nostra karena pemerintah mulai mengejar para mafia. Mereka harus lebih berhati-hati di luar sana. Beberapa mata-mata yang ia susupkan di pemerintahan pun mulai memberinya kabar untuk lebih berhati-hati lagi dalam bertransaksi. -TO BE CONTINUE-Sore tadi Arsen menerima laporan dari Mike bahwa ada seorang pengkhianat dalam kelompoknya yang bernama Damian dan sudah ditangkap oleh Mike.Kini Damian pengkhianat tersebut sudah dibawa ke markas Black Nostra oleh Mike dan yang lainnya. Di tempat ini selain sebagai markas juga terdapat beberapa laboratorium, laboratorium obat, dan laboratorium bahan peledak, ada seorang anak buah Arsen yang bernama Enrico, yang memiliki keahlian dengan bahan peledak. Tapi tempatnya agak terpisah, untuk minimalisir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Markas tersebut jauh dari manapun, letaknya yang berada di tengah hutan menyulitkan untuk didatangi atau ditemukan. oleh siapapun, termasuk oleh pihak berwajib sekalipun.Ini merupakan markas utama bagi Black Nostra, semua mereka lakukan disini. Selain itu disini tersedia tempat perawatan untuk anak buah Arsen yang terluka selain rumah sakit berada di tengah kota.Dokter dan perawat yang bekerja pada Arsen tentu dibayar tinggi oleh Arsen. Dengan cata
Malam tadi Arsen kembali ke kediamannya, tidak ke apartemen seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu, pagi ini ia pergi ke kantor dari kediamannya.Hanya 30 menit perjalanan yang dibutuh oleh Arsen dari kediamannya menuju kantor. Arsen mempunyai seorang sopir yang handal bernama Rudolf, di mana seharusnya perjalanan tersebut bisa menghabiskan waktu lebih dari 45 menit.Rudolf adalah seorang mantan pembalap, di mana saat itu karirnya hancur gara-gara ia mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Hutang dimana-mana, istri dan anaknya meninggalkannya dan ia menjadi seorang gelandangan.Arsenlah yang datang padanya saat pertemuan mereka yang tidak disengaja. Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Rudolf asalkan Rudolf mengabdikan dirinya untuk Arsen.Rudolf yang sudah tidak memiliki siapapun dengan senang hati menerima uluran tangan Arsen, dan kini ia menjadi sopir pribadi Arsen. Untuk menjadi sopir Arsen tidaklah mudah. Selain harus bisa mengemudi dengan ahli, ia juga harus belajar
Dengan tiba-tiba wanita tersebut mencoba untuk menghampiri Arsen. Belum sempat wanita tersebut menyentuh Arsen, Arsen sudah mendorongnya terlebih dahulu, hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Awww…." raungan kesakitan dari suara wanita tersebut membuat wajah Arsen semakin berang saja.Arsen menatap dengan tajam tubuh wanita yang hampir tak mengenakan apapun tersebutArsen mengangkat telepon yang terletak di atas meja, kemudian menghubungi Ivanov untuk memanggil para pengawalnya."Suruh kemari para pengawal dan bawa sampah ini, serahkan pada Mike!!" Arsen berdesis dingin. Ivanov sudah terbiasa dengan sikap Arsen ini. Namun tidak bagi wanita yang dibantingnya ini. Ia merupakan salah seorang karyawan di perusahaan milik Arsen ini.Wajah wanita itu seketika memucat dan tubuhnya bergetar."Tuann, kumohon jangan pecat aku. Aku melakukan ini, karena aku menyukaimu Tuan," ucap wanita tersebut dengan bibir yang bergetar. Ia menyatukan kedua tangannya untuk memohon.Arsen tidak menjawab, nam
Arsen sudah terbaring di atas tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun bagaimanapun ia mencoba untuk tidur namun matanya tetap sulit untuk terpejam juga.Arsen memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil air minum. Persediaan air minum di kamarnya telah abis rupanya, ia lupa menyuruh Lily untuk mengisinya kembali tadi.'Pasti dia sudah tidur,' gumam Arsen dalam hati seraya menuruni anak tangga. Jadi lebih baik ia mengambilnya sendiri. Lagi pula, apartemennya ini tidak sebesar kediamannya. Di kediamannya lebih banyak pelayan yang pastinya akan tetap melayaninya meski itu di tengah malam.Arsen mulai melangkah menuju dapur, bersamaan dengan langkahnya masuk ke dalam dapur rupanya Lily pun keluar dari dapur. Hampir saja tubuh mereka bertabrakan."T-tuan!" seru Lily pelan, suaranya terdengar kaget, dan juga takut.Lily kaget bukan main, karena harus berpapasan dengan Tuannya tersebut, padahal ia hanya ingin mengambil air minum saja. Dan saat ini sudah sanga
-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Lily berusaha mendudukkan tubuhnya dan ketika duduk bagian inti tubuhnya terasa sangat kebas dan sakit. Namun ia tak menghiraukannya. Ia harus bangkit dan memeriksa apakah Arsen masih ada di apartemen ini atau tidak, jika tidak ada itu akan menguntungkan untuknya.Lily menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan dengan perlahan mencoba untuk turun dari atas tempat tidur.Bagian inti tubuhnya benar-benar terasa sangat perih. Lily sedikit meringis kesakitan. Ia mencoba berdiri dan bertumpu pada kakinya. Namun, kakinya terasa sangat lemas, ia hampir saja terjatuh, untungnya dengan cepat ia mampu berpegangan pada sisi tempat tidur.Dengan tertatih-tatih Lily kembali mengenakan pakaian yang diambilnya dari lemari. Dan mulai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Lily tak peduli meskipun ia belum mandi, ia harus segera pergi dari sana.Setelah dirasa semuanya siap, dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari
Tadi pagi Arsen menghubunginya untuk mengurus apartemen dan seorang gadis yang kini tinggal di apartemen miliknya.Camile cukup kaget, karena ia tak pernah mengetahui jika Tuan muda nya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis.Marissa belum mengetahuinya, karena saat ini Marissa sedang berada di luar negeri, dan Arsen meminta Camile untuk tidak mengatakannya kepada Grandma Marissa.Camile akan berada di apartemen ini selama Arsen tak ada saja untuk mengawasi gadis yang bernama Lylia tersebut. Camile tidak tahu apa hubungan Tuan Mudanya ini dengan gadis itu, tapi selama ini, selama yang ia tahu jika Tuan Muda-nya ini tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun.Tapi Camile berharap, jika gadis itu adalah gadis pilihan tuan mudanya, Camile sangat mengetahui masa lalu dan sifat seorang Arsenio Orlando Lazcano seperti apa. Dia sebenarnya pria yang baik, namun ia terlalu pendiam.Hanya dengan melihat wajah gadis itu saja ia bisa menyimpulkan jika ia gadis baik-baik. Semoga saja ga
Sudah malam, dan Lily belum bisa tidur. Ia masih bisa bersantai karena Arsen belum kembali. Dan Camile pamit sore tadi karena ada yang harus ia kerjakan di mansion Marissa. Ia merasa sangat bebas karena kini ia hanya sendirian saja. Tidak ada yang mengawasinya sama sekali.Meski Camile baik, tapi ia tahu jika Camile juga mengawasi setiap gerak-geriknya.Lily tidak menyadari jika seluruh apartemen ini memiliki kamera pengawas yang selalu mengawasinya sepanjang waktu.'Semoga saja ia tak pernah kembali kesini!' serunya dalam hati.Kini Lily berada di beranda apartemen dan menatap keindahan lampu kota yang menyala.Tempat ini adalah tempat favoritnya selama berada di sini. Ia dapat melihat kota dengan jelas dan bintang saat malam. Hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Seakan ia berada di luar apartemen yang mengurungnya ini.Lily berpegangan pada pagar balkon dan memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara dalam, dengan angin yang menerpa wajahnya.Semuanya terasa begitu damai dan
Lily menggeliat dalam tidurnya, kesadarannya sudah hampir pulih sepenuhnya. Namun matanya masih terpejam.Perlahan ia membuka matanya. Dapat ia rasakan kini tubuhnya terasa pegal dimana-mana.Lily menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Malu. Malu ketika mengingat akan keliaran dirinya semalam.Tapi kenapa harus malu? Arsenkan suaminya, dan hanya bersama Arsen Lily berbuat seperti itu. Ah..., seharusnya Lily tidak malu lagi seperti ini.Pandangannya ia alihkan tepat ke samping kirinya, ia melirik ke arah Arsen yang masih terbaring di sebelahnya. "Masih tidur rupanya," gumam Lily pelan.Lily akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum Arsen bangun. Namun tangannya di cekal dan ditarik kembali untuk berbaring di tempat tidur oleh Arsen."Masih terlalu pagi, temani aku," ujar Arsen dengan mata yang masih terpejam.Tanpa menunggu izin Lily Arsen menarik Lily ke dalam dekapannya. Tubuh mereka yang tidak tertutup sehelai benangpun karena aktivitas mereka semalam kini saling bersentuha
Perkataan Arsen mengenai keindahan tempat ini benar adanya. Cahaya redup dari matahari senja, tak begitu menyilaukan mata bahkan terlihat begitu anggun dan menawan. Cahaya jingga yang menghiasi langit-langit ufuk barat, seakan melukiskan sebuah ketenangan. Serta menandakan waktu malam telah tiba.Saat matahari mulai terbenam di tempat ini, pemandangan luar biasa tanpa terhalang bangunan atau objek apapun ditempat ini membuat Lily tak mampu mengedipkan matanya sedikitpun."Dingin," ujar Arsen seraya memasangkan jas pada Lily."Ah.." Lily menolehkan wajahnya pada Arsen, karena Lily sedikit kaget perlakuan Arsen tersebut, dimana ia sedang menikmati pemandangan ini dan kemudian Lily tersenyum. "Terima kasih," ucapnya.Lily tidak tahu jika akan di bawa ke tempat seperti ini hingga ia tidak membawa jaket maupun mantel."Kita jangan tidak terlalu lama di sini," ujar Arsen."Kenapa?" sedikit sesal Lily, karena ia benar-benar merasa sudah jatuh cinta dengan tempat ini dan enggan untuk segera m
Setelah makan siang Arsen dan rombongannya berangkat menuju bandara. Tempat yang akan dikunjunginya berjarak sekitar 540,4 km dari kota La Paz. Jika menggunakan mobil maka akan memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan dengan pesawat hanya 50 menit saja.Salar De Uyuni, Arsen akan membawa Lily ke tempat ini. Tempat yang sangat indah, di siang atau malam hari. Jika Lily ingin melihat bintang maka inilah tempatnya.Begitu turun dari pesawat tiga buah mobil Jeep Grand Cherokee Limited hitam sudah menanti mereka, dan ketiga mobil tersebutlah yang akan membawa mereka menuju Salar De Uyuni.Salar De Uyuni merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Bolivia. Sekilas dataran warna putih ini terlihat seperti hamparan salju. Kenyataannya warna putih ini berasal dari garam. Salar de Uyuni merupakan danau garam terbesar di dunia.Begitu sampai, Lily terkejut dan takjub dengan pemandangan di depannya. Begitu luas dan putih, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, kare
"Kau---hmmphtt.."Sasha langsung membungkam mulut Mike dengan mulutnya dan melumatnya dengan penuh gairah.Tangannya terus bermain-main di bawah sana untuk membangunkan sesuatu yang masih tertidur."Handsome.." Panggil Sasha dengan lembut begitu ia melepas pagutan bibirnya."Handsome..""Handsome.."Mike kini sudah berdiri di samping tempat tidur Sasha dan menatapnya dengan tajam, bahkan ia menyilangkan kedua tangannya di dada."Ck!! Apa yang sedang ia impikan!!" Desis Mike.Mike yang sedang tertidur terganggu karena lenguhan dan lirihan Sasha yang memanggil-manggil namanya.Sedikit membuat Mike khawatir hingga ia bangun dan memeriksa keadaan Sasha. Namun, saat Mike mendekati Sasha ia tampak baik-baik saja. Namun igauan-igauan yang keluar dari mulutnya membuat Mike menjadi merasa tak mengerti apa yang ada di pikirkan oleh gadis aneh ini. Apa ia sedang bermimpi melakukan hmm dengan dirinya, astaga...Mike tampak bodoh saat ini hanya memperhatikan Sasha yang sedang mengigau. Dan segera
Setelah menghabiskan waktu di pasar penyihir tersebut, menjelang siang Arsen mengajak rombongannya untuk makan siang.Arsen membawa mereka ke sebuah restoran yang tidak jauh dari pasar tersebut. 1700 Restaurant yang berada tidak jauh dari lokasi pasar yang mereka kunjungi di Linares 906, La Paz.Suasana luar biasa dengan unsur-unsur era kolonial dan seni mestizo. Dekorasi, yang membuat merasa seperti berada di salah satu kastil abad pertengahan, sangat menakjubkan dan memanjakan mata.Rupanya restoran kolonial ini dinyatakan sebagai warisan budaya La Paz yang berasal dari tahun 1735 dengan ukiran kayu dan artefak unik yang akan membawa kita kembali ke masa lalu.Arsen dengan sengaja menyuruh Riobard untuk memesan seluruh restoran karena ia tidak ingin terganggu oleh orang asing.Lily benar-benar bahagia, karena ini jalan-jalan pertama baginya bersama Arsen. Selain mengunjungi butik untuk memilih gaun saat akan menghadiri acara ulang tahun Grandma dulu.Lily merasakan kebebasannya kemb
Setelah menghabiskan sarapan, Arsen berencana untuk mengajak Lily berjalan-jalan berkeliling Kota La Paz.Kota La Paz memiliki pemandangan yang indah. Letak kota tepat berada di sebuah lembah Pegunungan Andes, karena ketinggiannya seperti dapat menyentuh awan. Lily pasti akan menyukainya.Bolivia, negara tertinggi dan terpencil di Amerika Selatan ini tak hanya menyuguhkan keindahan tapi juga ketenangan. Sangat cocok bagi Arsen.Kota ini banyak sekali gereja-gereja dari abad ke-19, museum artefak dari era sebelum penjajahan, pemandangan yang indah, dan pasar penuh warna membuat La Paz sangat unik.Arsen ingin mengajak Lily ke sebuah tempat yang cukup unik. Pasar. Tapi bukan pasar biasa, dan pasar ini terletak di pusat kota. Mercado de Las Brujas.Lily segera turun dari mobil diikuti oleh Arsen. Tentu saja Maria, Charlotte, Bella, Pascoe, Alonzo, dan Riobard mengikuti mereka. Arsen tidak ingin terjadi apa-apa dengan istrinya tersebut.Lily sedikit kaget namun kagum saat melihat tempat i
Arsen memiliki sebuah mansion di kota La Paz. Tidak terlalu besar seperti mansion-mansion nya yang lain. Mansion itu terletak di pinggiran kota La Paz.Arsen memang tidak terlalu suka dengan keramaian kota, ia lebih menyukai suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.Beda dengan mansionnya yang berada di Mexico City, yang berada dekat dekat keramaian, karena mansion tersebut peninggalan kakeknya.Arsen memang sengaja membuat mansion-mansion atau rumah untuknya singgah di setiap tempat. Ia tidak suka untuk tinggal di hotel, kecuali miliknya sendiri.Bukan tanpa alasan, karena keselamatannya dirinya tetap menjadi prioritas mengingat begitu banyak musuh yang mengincarnya, baik dalam dunia Black Nostranya atau sebagai penguasaha dari para saingan bisnisnya.Untuk menyingkirkan saingan bisnisnya Arsen tak pernah gegabah, karena ia tidak ingin sampai jati dirinya terbongkar ke publik. Apalagi kini sudah ada Lily dan calon anaknya yang harus ia jaga.Jika saingan bisnis mungkin
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam dengan jarak 6.344 km, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di Bandara El Alto international. La Paz, Bolivia.La Paz adalah ibu kota pemerintahan Bolivia, sekaligus ibu kota departamento La Paz. Terletak pada ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut dan merupakan ibu kota tertinggi di dunia.Lily masih tertidur di pangkuan Arsen ketika pesawat akan mendarat. Dan Arsen tidak tega untuk membangunkan istrinya tersebut. Lebih baik ia menggendong istrinya saja saat turun dari pesawat nanti.Benar saja hingga pesawat mendarat Lily masih belum juga terbangun.Arsen menggendong Lily turun dari pesawat diikuti oleh anak buahnya, Riobard dan Alonzo berada paling depan, sedangkan Pascoe, Maria, Charlotte dan Bella berada di belakang Lily. Mereka langsung menuju mobil yang sudah disiapkan.Meskipun Lily sudah bertambah 2 kg, namun bagi Arsen tetap saja Lily masih terasa ringan.Maria memandang Tuannya dari belakang dengan tatapan yan
Rombongan Arsen sudah dalam perjalanan. Yang dimana Lily belum tahu akan kemana, karena Arsen belum memberitahunya."Surprise," begitulah kata Arsen.Bahkan Pascoe, Alonzo dan Riobard pun ikut dalam perjalanan kali ini. Bukan tanpa sebab, tapi di tempat yang akan mereka tuju terdapat kartel afiliasi dari Black Nostra.Dan Riobard akan bertemu dengan pemimpin Kartel Sanchez menggantikan Mike yang masih berada di Rusia untuk membicarakan kerja sama mereka mengenai kokain.Perjalanan begitu jauh, entah sudah berapa jam mereka berada di pesawat."Aku mengantuk." Gumam Lily.Arsen yang duduk di sebelah Lily langsung menoleh ke arah istrinya tersebut. Ia menutup laptop yang sedari tadi di otak-atiknya. Arsen mungkin akan pergi beberapa hari, hingga ia harus menyelesaikan pekerjaanya sebagian dan mengirimkannya pada Ivanov."Ada kamar, dengan tempat tidur. Kau bisa beristirahat di sana." Ujar Arsen.Lily menggeleng. "Di sini saja, menemanimu bekerja." Seru Lily."Pekerjaanku tinggal sedikit,