Malam ini ada sebuah pesta yang di selenggarakan di ballroom sebuah hotel yang sangat mewah di kota New York. Pemilik hotel mewah ini adalah salah seorang pengusaha terkenal yang juga berkecimpung di dunia politik. Semua tamu undangan pasti juga mengenalnya.
Semua pengusaha di Amerika akan mendatangi pesta tersebut. Acara berkumpul dan membicarakan bisnis tentunya. Arsen sebenarnya enggan untuk datang. Namun agar identitas aslinya tetap aman ia harus mendatangi acara-acara seperti ini. Setelah selesai mengganti pakaiannya ia segera bergegas menuju lobby kantornya dan meminta Rudolf untuk segera menuju tempat pesta diadakan. Arsen berjalan memasuki ballroom dengan santai, semua mata memandang dirinya. Sepertinya pesta sudah lama dimulai, dan ia baru saja datang. Namun ia tak peduli. Kedatangannya benar-benar menyita perhatian tamu undangan yang lain. Bukan hanya wanita, bahkan para pria pun melakukannya. Hendrik Willcout selaku Wali Kota New York langsung menghampirinya. Ia langsung mengulurkan tangannya pada Arsen untuk berjabat tangan. Siapa yang tidak mengenal Arsenio Orlando Lazcano pemilik Lazcano's Corps yang kini menempati urutan pertama di sebagai pengusaha Nomor 1 versi majalah Forbes. Hendrik Willcout ditemani oleh kepala Jaksa Wilayah kota New York dan beberapa petinggi kota lainnya. Sedangkan Arsen hanya ditemani oleh Ivanov. Sedangkan anak buahnya menunggu diluar gedung. Arsen langsung menyambut uluran tangan Hendrik dan beberapa orang lainnya. Tentu saja Arsen di sambut dengan sangat baik, karena bagaimanapun Lazcano's Corps memberikan sumbangan yang besar bagi kota New York. Bahkan Hendrik berencana untuk mengenalkan putrinya pada Arsen. Corry Willcout, ia menginginkan menantu yang terbaik seperti Arsenio Orlando Lazcano. Apalagi sekarang ia melihat, Arsen tidak membawa pasangannya sama sekali. Membuatnya senang. "Bagaimana kabarmu, Mr. Lazcano?" tanya Hendrik basa-basi. "Baik, bagaimana denganmu?" "Selalu baik!" seru Hendrik dengan penuh semangat namun tetap berwibawa. Seorang pelayan pria mendatangi mereka sambil membawa beberapa gelas champagne. Arsen dan Hendrik serta beberapa orang yang bersama mereka mengambil gelas tersebut. Mereke pun bersulang dan mulai meneguk champagne tersebut. "Aku ingin mengenalkan putriku padamu!" bisik Hendrik di dekat telinga Arsen. Arsen ingin menolak. Namun,ia tidak mungkin melakukannya. Sehingga, lelaki itu hanya tersenyum samar. Ia tidak bisa bertindak sesuka hatinya jika dalam kondisi seperti ini. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang tergerai menghampiri mereka. Tubuh indahnya dibalut dengan gaun biru yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat sangat sempurna. Dia adalah Corry Willcout, seorang dokter muda dan anak dari seorang wali kota. Kecantikan yang dimilikinya serta tubuhnya yang sempurna membuatnya tampak seperti seorang model papan atas. "Mr. Lazcano!" seru Corry dengan sopan dan anggun seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Begitu Arsen mengulurkan tangannya untuk menerima jabatan tanganya tersebut Corry kembali berujar, "Corry … Corry Willcout." "Senang berkenalan denganmu, Nona Corry!" seru Arsen sopan kemudian menarik kembali tangannya. Arsen tampak melihat raut ketertarikan Corry padanya. Bukan terlalu percaya diri, tetapi ia dapat merasakannya. Dan ia tidak menyukainya. Namun Arsen tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mencoba untuk membangun tembok penghalang diantara mereka. Arsen hanya menanggapi Corry seperlunya saja, tanpa memberinya harapan. Membuat Corry tampak kecewa. Tapi itu lebih baik, karena Arsen sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun, ia tidak memerlukannya untuk saat ini. Pesta berlangsung dengan lancar, hingga waktu menunjukan hampir tengah malam. Entah berapa gelas alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Membuat kepala Arsen sedikit pengar, dan kepalanya mulai berputar. Ivanov dengan sigap terus menemani Arsen. Hingga akhirnya Arsen memutuskan untuk pulang. Ivanov dengan setia mengantar Arsen menuju mobil di mana Rudolf sudah menunggunya. Lelaki itu pun dengan sigap segera membukakan pintu untuk Tuannya tersebut. Arsen duduk dengan santai dikursi belakang. Ia tampak memicingkan matanya untuk meilhat jam di tangannya. Matanya sudah sedikit mulai kabur akibat alkohol yang dikonsumsinya. "Bawa aku ke apartemen," perintahnya pada Rudolf yang sedang fokus dengan setir mobil ditangannya. "Baik, Tuan." Jarak menuju mansion miliknya akan memakan waktu yang lebih lama. Sehingga Arsen memilih untuk pulang ke apartemen yang jaraknya lebih dekat. Lima belas menit kemudian, Arsen sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia bisa membuka code pintu kamarnya, meskipun ia sempat berjalan terhuyung saat memasuki lift. Tanpa memperdulikan apapun Arsen segera melonggarkan dasi yang dikenakannya dan melepaskannya, ia menaruh sembarangan dasi dan jas nya di atas sofa ruang tamu. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk mencapai kamar pribadi miliknya yang berada di lantai dua. Tidak mudah menaiki tangga dengan kondisinya yang sedikit mabuk. Ia harus berpegangan pada pegangan tangga agar tak terjatuh. Begitu sampai di dalam kamar Arsen segera melepas semua pakaiannya, dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Kemudian ia memutuskan untuk tidur. Hingga pagi ia harus bangun dan kembali ke kantor. Sinar matahari pagi membangunkan dirinya yang tertidur lelap, sinarnya masuk dan menerpa matanya melalui celah tirai yang tak tertutup dengan rapat. Perlahan ia mulai membuka matanya, dan mendudukkan tubuhnya. Kepalanya masih terasa pengar dan pusing akibat alkohol yang semalam diminumnya. Arsen memang jarang mengkonsumsi alkohol. Ia mulai memijat kepalanya pelan karena masih terasa pusing dan berat. Arsen mulai meregangkan ototnya yang terasa kaku. Kemudian ia mulai turun dari atas tempat tidur, tenggorokannya terasa kering, segelas air putih mungkin dapat menghilangkan dahaganya dan tenggorakan yang kering. Dengan langkah pasti Arsen mulai melangkah keluar dari kamar. Namun begitu pintu kamar terbuka, tiba-tiba tercium wangi aroma makanan. Mata Arsen membelalak kaget, bukankah di apartemen ini tak ada siapapun. Arsen segera bergegas turun dan berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan saat melihat Lily yang tengah sibuk di dapur, ia pun malah berdiri memerhatikan gadis itu. Arsen hampir lupa jika ia yang menempatkan gadis itu di dalam apartemen miliknya ini. Sementara Lily kaget bukan main saat ia melihat kehadiran Arsen di belakangnya. “Tu- Tuan … sa-“ “Buatkan aku kopi!” titah Arsen. Lily menaruh kembali sarapan miliknya dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Arsen. 'Kenapa aku tidak menyadari kedatangannya?' gumamnya dalam hati seraya mengaduk kopi di cangkir. Kemudian ia menaruhnya di atas nampan dan segera membawanya untuk disajikan pada Arsen. Dengan perlahan ia mulai menaruh cangkir kopi tersebut di meja di hadapan Arsen. "Kopinya Tuan. Akan aku buatkan sarapan untuk Anda," ujar Lily dengan takut-takut. "Hmm." Arsen hanya mengeram untuk memberikan jawaban pada Lily. Lily segera beranjak pergi menuju dapur dan membuatkan sarapan untuk Arsen. Setelah menghabiskan sarapannya Arsen kembali ke dalam kamar tanpa mengucapkan apapun. Lily menghembuskan napas lega, karena berada di dekat Arsen membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Aura disekitar Arsen membuatnya bergidik ngeri. *** Arsen hanya terdiam di mejanya, kini ia sudah kembali berada di kantornya. Ia agak terlambat datang ke kantor. Tetapi, itu bukanlah masalah. Mengingatnya kejadian tadi pagi di apartemennya, ia jadi teringat pada gadis yang bernama Lily itu. Karena kesibukannya selama ini ia lupa jika ia menempatkan gadis itu di sana. Masih sedikit rasa pusing bisa ia rasakan, Arsen tak ingat berapa banyak alkohol yang ia minum semalam. Ia memang jarang untuk minum alkohol seperti itu. Arsen kembali berkutat dengan pekerjaannya, berkas yang harus ditanda tangani yang sudah menumpuk di atas meja. Belum lagi ia harus mengadakan rapat dengan anggota Black Nostra karena pemerintah mulai mengejar para mafia. Mereka harus lebih berhati-hati di luar sana. Beberapa mata-mata yang ia susupkan di pemerintahan pun mulai memberinya kabar untuk lebih berhati-hati lagi dalam bertransaksi. -TO BE CONTINUE-Sore tadi Arsen menerima laporan dari Mike bahwa ada seorang pengkhianat dalam kelompoknya yang bernama Damian dan sudah ditangkap oleh Mike.Kini Damian pengkhianat tersebut sudah dibawa ke markas Black Nostra oleh Mike dan yang lainnya. Di tempat ini selain sebagai markas juga terdapat beberapa laboratorium, laboratorium obat, dan laboratorium bahan peledak, ada seorang anak buah Arsen yang bernama Enrico, yang memiliki keahlian dengan bahan peledak. Tapi tempatnya agak terpisah, untuk minimalisir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Markas tersebut jauh dari manapun, letaknya yang berada di tengah hutan menyulitkan untuk didatangi atau ditemukan. oleh siapapun, termasuk oleh pihak berwajib sekalipun.Ini merupakan markas utama bagi Black Nostra, semua mereka lakukan disini. Selain itu disini tersedia tempat perawatan untuk anak buah Arsen yang terluka selain rumah sakit berada di tengah kota.Dokter dan perawat yang bekerja pada Arsen tentu dibayar tinggi oleh Arsen. Dengan cata
Malam tadi Arsen kembali ke kediamannya, tidak ke apartemen seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu, pagi ini ia pergi ke kantor dari kediamannya.Hanya 30 menit perjalanan yang dibutuh oleh Arsen dari kediamannya menuju kantor. Arsen mempunyai seorang sopir yang handal bernama Rudolf, di mana seharusnya perjalanan tersebut bisa menghabiskan waktu lebih dari 45 menit.Rudolf adalah seorang mantan pembalap, di mana saat itu karirnya hancur gara-gara ia mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Hutang dimana-mana, istri dan anaknya meninggalkannya dan ia menjadi seorang gelandangan.Arsenlah yang datang padanya saat pertemuan mereka yang tidak disengaja. Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Rudolf asalkan Rudolf mengabdikan dirinya untuk Arsen.Rudolf yang sudah tidak memiliki siapapun dengan senang hati menerima uluran tangan Arsen, dan kini ia menjadi sopir pribadi Arsen. Untuk menjadi sopir Arsen tidaklah mudah. Selain harus bisa mengemudi dengan ahli, ia juga harus belajar
Dengan tiba-tiba wanita tersebut mencoba untuk menghampiri Arsen. Belum sempat wanita tersebut menyentuh Arsen, Arsen sudah mendorongnya terlebih dahulu, hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Awww…." raungan kesakitan dari suara wanita tersebut membuat wajah Arsen semakin berang saja.Arsen menatap dengan tajam tubuh wanita yang hampir tak mengenakan apapun tersebutArsen mengangkat telepon yang terletak di atas meja, kemudian menghubungi Ivanov untuk memanggil para pengawalnya."Suruh kemari para pengawal dan bawa sampah ini, serahkan pada Mike!!" Arsen berdesis dingin. Ivanov sudah terbiasa dengan sikap Arsen ini. Namun tidak bagi wanita yang dibantingnya ini. Ia merupakan salah seorang karyawan di perusahaan milik Arsen ini.Wajah wanita itu seketika memucat dan tubuhnya bergetar."Tuann, kumohon jangan pecat aku. Aku melakukan ini, karena aku menyukaimu Tuan," ucap wanita tersebut dengan bibir yang bergetar. Ia menyatukan kedua tangannya untuk memohon.Arsen tidak menjawab, nam
Arsen sudah terbaring di atas tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun bagaimanapun ia mencoba untuk tidur namun matanya tetap sulit untuk terpejam juga.Arsen memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil air minum. Persediaan air minum di kamarnya telah abis rupanya, ia lupa menyuruh Lily untuk mengisinya kembali tadi.'Pasti dia sudah tidur,' gumam Arsen dalam hati seraya menuruni anak tangga. Jadi lebih baik ia mengambilnya sendiri. Lagi pula, apartemennya ini tidak sebesar kediamannya. Di kediamannya lebih banyak pelayan yang pastinya akan tetap melayaninya meski itu di tengah malam.Arsen mulai melangkah menuju dapur, bersamaan dengan langkahnya masuk ke dalam dapur rupanya Lily pun keluar dari dapur. Hampir saja tubuh mereka bertabrakan."T-tuan!" seru Lily pelan, suaranya terdengar kaget, dan juga takut.Lily kaget bukan main, karena harus berpapasan dengan Tuannya tersebut, padahal ia hanya ingin mengambil air minum saja. Dan saat ini sudah sanga
-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Lily berusaha mendudukkan tubuhnya dan ketika duduk bagian inti tubuhnya terasa sangat kebas dan sakit. Namun ia tak menghiraukannya. Ia harus bangkit dan memeriksa apakah Arsen masih ada di apartemen ini atau tidak, jika tidak ada itu akan menguntungkan untuknya.Lily menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan dengan perlahan mencoba untuk turun dari atas tempat tidur.Bagian inti tubuhnya benar-benar terasa sangat perih. Lily sedikit meringis kesakitan. Ia mencoba berdiri dan bertumpu pada kakinya. Namun, kakinya terasa sangat lemas, ia hampir saja terjatuh, untungnya dengan cepat ia mampu berpegangan pada sisi tempat tidur.Dengan tertatih-tatih Lily kembali mengenakan pakaian yang diambilnya dari lemari. Dan mulai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Lily tak peduli meskipun ia belum mandi, ia harus segera pergi dari sana.Setelah dirasa semuanya siap, dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari
Tadi pagi Arsen menghubunginya untuk mengurus apartemen dan seorang gadis yang kini tinggal di apartemen miliknya.Camile cukup kaget, karena ia tak pernah mengetahui jika Tuan muda nya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis.Marissa belum mengetahuinya, karena saat ini Marissa sedang berada di luar negeri, dan Arsen meminta Camile untuk tidak mengatakannya kepada Grandma Marissa.Camile akan berada di apartemen ini selama Arsen tak ada saja untuk mengawasi gadis yang bernama Lylia tersebut. Camile tidak tahu apa hubungan Tuan Mudanya ini dengan gadis itu, tapi selama ini, selama yang ia tahu jika Tuan Muda-nya ini tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun.Tapi Camile berharap, jika gadis itu adalah gadis pilihan tuan mudanya, Camile sangat mengetahui masa lalu dan sifat seorang Arsenio Orlando Lazcano seperti apa. Dia sebenarnya pria yang baik, namun ia terlalu pendiam.Hanya dengan melihat wajah gadis itu saja ia bisa menyimpulkan jika ia gadis baik-baik. Semoga saja ga
Sudah malam, dan Lily belum bisa tidur. Ia masih bisa bersantai karena Arsen belum kembali. Dan Camile pamit sore tadi karena ada yang harus ia kerjakan di mansion Marissa. Ia merasa sangat bebas karena kini ia hanya sendirian saja. Tidak ada yang mengawasinya sama sekali.Meski Camile baik, tapi ia tahu jika Camile juga mengawasi setiap gerak-geriknya.Lily tidak menyadari jika seluruh apartemen ini memiliki kamera pengawas yang selalu mengawasinya sepanjang waktu.'Semoga saja ia tak pernah kembali kesini!' serunya dalam hati.Kini Lily berada di beranda apartemen dan menatap keindahan lampu kota yang menyala.Tempat ini adalah tempat favoritnya selama berada di sini. Ia dapat melihat kota dengan jelas dan bintang saat malam. Hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Seakan ia berada di luar apartemen yang mengurungnya ini.Lily berpegangan pada pagar balkon dan memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara dalam, dengan angin yang menerpa wajahnya.Semuanya terasa begitu damai dan
Mike dan yanga lainnya mendarat sekitar pukul 10 malam lebih di Jacksonville. Sekitar kurang lebih 2 jam perjalanan mereka lalui melalui jalur udara.Begitu mereka mendarat, anggota meraka yang berasal dari Lake City, Florida sudah menunggu kedatangan mereka dan segera menyambutnya."Selamat datang di Jacksonville," sambut Richard yang merupakan penanggung jawab Black Nostra di wilayah Florida."Lama tak berjumpa denganmu, Richard. Bagaimana kabarmu?" tanya Mike basa-basi."Kabarku baik-baik saja, Tuan. Bagaimana dengan Anda?" Richard kembali bertanya."Seperti yang kau lihat," jawab Mike., kemudian Richard mengangguk.Setelah itu Richard membawa rombongan anggota tim inti menuju sebuah gudang tak terpakai tak jauh dari sana. Untuk merencanakan penyerangan dan pembagian tugas masing-masing.Kurang dari 2 jam lagi menuju tengah malam. Maka mereka dengan singkat membicarakan penyerang ini.Perlengkapan senjata tidak perlu dikhawatirkan, karena Richard sudah menyiapkannya. Selain itu ju
Selesai sarapan bersama Lily, Arsen segera berpamitan untuk berangkat kerja. Sebelum ke kantor, Arsen menyempatkan dirinya untuk menuju ke markas, karena ia mendapat pesan dari Mike bahwa Dante sudah mengumpulkan informasi tentang Bleedings Corp.Saat Arsen tiba di markas, Mike sudah tampak memimpin rapat dan percakapan mereka terhenti saat melihat kedatangan Arsen."Lanjutkan!" seru Arsen seraya mengambil posisi duduk di samping Mike.Mike melanjutkan meetingnya dengan mempelajari lokasi markas Bleeding Corps yang berada di daerah pinggiran Kota Jacksonville melalui CCTV kota di layar laptop Pascoe. Mereka juga sudah menemukan apartemen dimana Vargans ketua dari Bleeding Corp tinggal.Menurut informasi dari Dante, Varganz dan anak laki-laki Lam lebih sering berada di markas. Vargans tinggal di apartemen hanya setiap weekend saja dan untuk bermalam dengan jalang saja.Karena Bleeding Corp hanyalah sebuah gank motor kecil, anak buah Varganz yang berjumlah tidak lebih dari lima puluh or
Dua hari telah berlalu dan pagi tadi Arsen sudah kembali ke kantor menjalani aktifitas sehari-hari sebagai pengusaha dan Mike yang memimpin semua aktifitas Black Nostra, termasuk target mereka saat ini, yaitu melacak keberadaan Dimitri.Mike sudah menaruh seorang mata-mata untuk mengamati apartemen Dimitri di New Jersey. Memang sesuai dengan informasi Pascoe, Dimitri tidak tampak keberadaannya di apartemen.Arsen juga sudah mendapatkan laporan dari Mike tentang transaksi order yang didapatnya beberapa hari yang lalu.Sore ini, Arsen sengaja pulang lebih awal karena ingin melihat langsung keadaan Black Nostra.Mike dan Arsen sedang berbincang di ruangan Arsen."Pengakuan apa saja yang kau dapat dari Elliot? Maksudku tentang hubungannya dengan Dimitri. Apakah tidak ada orang lain selain Dimitri saat mereka berkomunikasi jadi ada jalan lain untuk melacaknya?" tanya Arsen."Menurut pengakuannya, Elliot mengenal Dimitri hampir dua tahun yang lalu. Mereka berhubungan dekat karena Elliot men
Pagi-pagi sekali Arsen sudah tiba di mansion, kembali dari rumah sakit. Karena hari ini pemakaman Marissa akan dilaksanakan.Ketika Arsen datang tampak semuanya telah bersiap menyambutnya dan persiapan pemakaman sudah selesai.Lily dan Theo langsung memasuku mobil di mana Arsen berada. Tak lama kemudian mobil mereka mulai melaju meninggalkan mansion.Tak lama kemudian, iring-iringan sejumlah mobil menuju ke pamakaman Bukit Lazcano, mengikuti sebuah mobil jenazah yang mengantar Marissa Lazcano menuju tempat peristirahatan abadinya.Sejumlah pengawal memakai rompi anti peluru telah bersiaga menjaga keamanan di sepanjang jalan, 300 meter arah menuju Bukit Lazcano.Rombongan tim inti Black Nostra sudah sampai di lokasi. Mereka semua dalam keadaan sangat berduka cita karena kehilangan Marissa yang telah mereka anggap seperti orang tua sendiri.Saat orang tua dari seluruh tim inti Black Nostra masih hidup, mereka sudah bekerja pada keluarga Lazcano, kecuali Camilio sehingga tim inti Black N
Selagi Lily sudah berada di rumah sakit, ia meminta ijin untuk menemui Anna, dan tentu saja Arsen mengijinkannya. Arsen berpikir itu sebagai hadiah untuk keberanian Lily. Meskipun ia sudah merencanakan memberikan hadiah untuk Lily sebelumnya.Arsen meminta Ivanov yang datang tak lama setelah kedatangan Lily, Mike dan Sasha untuk menemani Lily menemui Anna. Sedangkan Arsen akan membicarakan mengenai eksekusi Elliot dan perkembangan pencarian Dimitri serta transaksi yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi.Kini Lily dan Ivanov berjalan bersama menuju kamar dimana Anna di rawat, diikuti oleh beberapa pengawal untuk menjaga keamanan Lily.Tampak dari kejauhan, Steve dan seorang dokter keluar dari kamar tempat Anna dirawat. Lily segera mempercepat langkahnya karena ingin mengetahui hasil pemeriksaan dokter.Dokter yang mengenali Ivanov tampak tersenyum dari kejauhan dan menunggu Ivanov mendekat agar nanti ia tidak perlu memberikan penjelasan ulang."Bagaimana perkembangannya?" tanya Ivanov ta
Dengan matanya ia melihat telunjuk Lily yang mulai menarik pelatuk. Tubuhnya mulai bergetar hebat karena rasa takut yang teramat sangat, hingga akhirnya Margaret tak sadarkan diri. Kepalanya terkulai di atas kursi tempat ia duduk dan diikat.Lily menyadari Margaret yang sudah tak sadarkan diri. Ia kembali menatap Elliot yang sudah gemetar ketakutan. Wajahnya sudah di penuhi dengan keringat. Lily menyeringai seraya menatapnya."Selamat tinggal, pria brengsek, neraka sudah menunggumu," seru Lily masih dengan seringainya.Dan....Dorrr...Terdengar suara tembakan yang agak teredam karena berada di dalam mulut Elliot. Seketika Elliot meregang nyawanya karena peluru yang Lily lepaskan menembus kepala Elliot.Setelah Elliot tak bernyawa. Mata Lily membulat, ia seperti baru saja tersadar dan terlempar dari dunia mimpinya saat melihat darah bercucuran di kepala Elliot. Lily terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Tangan Lily tampak bergetar.Arsen yang melihat semua aksi Lily melalui video ca
Kurang dari 30 menit kemudian Alonzo dan Camilio dibantu oleh anak buahnya telah selesai menyiapkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh Nyonya mereka.Halaman belakang markas akan menjadi tempat latihan menembak bagi Lili, dengan Elliot sebagai sasaran tembaknya.Info ini tentu saja sudah sampai di telinga anggota inti yang lainnya. Hingga menimbulkan rasa penasaran dalam diri mereka.Pascoe dan Dante bahkan sudah berdiri dengan manisnya di samping halaman tersebut untuk menyaksi aksi dari Nyonya mereka.Seorang pria dengan memakai pakaian Lab nya berdiri tepat di samping Pascoe dan Dante. Menyadari kejadiran seseorang di sampingnya Pascoe menolehkam pandangannya, kemudian mengernyitkan dahinya."Whooaa, professor kita akhirnya keluar kandang!!" seru Pascoe dengan wajah tengilnya, membuat Dante ikut melihat ke arah yang Pascoe lihat. Melihat siapa yang ada di dekat mereka membuat Dante ikut kaget dan heran."Kau sudah bosan berkencan dengan bahan peledakmu, hah?!" timpal Dante.En
Ponsel Mike berbunyi dan bergetar, ia segera mengecek untuk memastikan siapa yang mengiriminya pesan.Ketika di cek ternyata Arsen lah yang telah membalas pesannya. Mike tak mengeluarkan ekspresi apapun ketika membacanya.Kemudian ia kembali memperhatikan Nyonya Lazcano yang saat ini masih menyiksa Margaret. Hidung dan sudut bibir Margaret sudah di penuhi oleh darah akibat tamparan dan pukulan Lily tadi."Kau brensek!! Dasar jalang!!" pekik Margaret mengumpat Lily yang baru saja kembali memukulnya."Oh, kau masih berani mengumpatku dengan kondisimu saat ini rupanya!" seru Lily dengan senyum meremehkan."Kau memang kurang ajar!! Bocah sialan!!" Margaret masih saja mengumpati Lily.Hal tersebut menyulut emosi Lily yang tiba-tiba saja menggebu.Perlahan namun pasti Lily mengeluarkan senjata api yang tadi di bawanya dari sakunya dan langsung menempelkannya di dahi Margaret, tepat di tengah kedua alisnya dan seketika membuat Margaret terdiam dan membelalakan matanya."Aku sudah bukan Lily
Begitu pintu terbuka, tatapannya langsung tertuju pada Margaret yang sedang duduk terikat di sebuah kursi. Lampu di dalam ruangan tersebut cukup temaran. Meskipun temaram, namun Lily bisa memastikannya bahwa itu adalah Margaret, ibu tirinya.Lily sempat diberitahu jika Margaret sudah melakukan operasi plastik di wajahnya. Namun bertahun-tahun Lily hidup bersama Margaret ia dapat mengenalinya. Lily menatap tajam Margaret."Silahkan, Nyonya," ujar Mike membuyarkan lamunan Lily. Lily segera menyadarkan dirinya kemudian mengangguk dan masuk ke dalam ruangan tersebut.Margaret yang sedang duduk terikat sedikit tersentak saat pintu kembali di buka.Tadi Ia sedang berdiam memikirkan bagaimana caranya kabur dari tempat ini ketika dua orang anggota Black Nostra masuk ke dalam ruangan tempatnya di kurung.Ia diseret dengan paksa dan di bawa ke tempat ini. Kemudian ia diikat di sebuah kursi. Kini tangan dan kakinya terikat pada kursi tersebut. Sulit bergerak. Ia terus mengumpat dalam hatinya.M