Pandai sekali memalsukan wajah busuknya si Jaya dan Mama di depan Papa. Andai Papa tidak datang ke kafe mungkin mereka masih asik masyuk melepas nafsu selingkuh yang tersendat karena Papa membatasi Mama keluar dengan kegiatannya.
Lalu kenapa Papa menyusul aku dan Mama kafe, ya? Apa maksud Papa? "Kok Mama sama Om diam? Kalau bos Mercy menjodohkan anaknya dengan Bos BMW nggak heran. Karena bisnisnya setara, sekaligus menjaga kekayaan biar awet sampai tujuh turunan. Gitu juga dengan keturunan darah biru yang banyak pakai perjodohan biar sama-sama status kebangsawannya nggak ilang. Lah, kalau aku dan Mas Sabda dijodohkan dalam rangka apa coba?" Setelah menuntut jawaban kepada Mamanya dan Jaya Kumara. Yolan mengarahkan wajah ke Papanya dan bertanya, "Papa tahu?" "Nggak ada salahnya, 'kan orang tua menjodohkan anaknya. Kan gak harus jadi pacar juga. Kalau cocok, ya, jadi pacar, kalau nggak cocok, ya, jadi temen. Setidaknya sekarang Nak Yolan dan Sabda sudah kenal. Lumayan nambah temen," sela Jaya Kumara sebelum Wistara menjawab. Yolan tidak puas mendengar jawaban Jaya dan ingin terus kupas tuntas tentang maksud Mamanya menjodohkan dengan Sabda--anak selingkuhannya. Tidak menanggapi ucapan Jaya, Yolan fokus pada Papanya yang kemudian berujar. "Papa jadi ingat dengan teman Papa yang menjodohkan anaknya dengan mantan pacarnya. Tapi setahu Papa, Jaya, bukan mantannya Mamamu," ujar Wistara cuek. Seolah di sana hanya ada dia dan Yolan. "Papa kali, yang mau njodohin Yolan dengan mantan pacar Papa?" goda Yolan yang juga tidak peduli lagi pada tiga manusia lain di sana. "Kalau benar papa mau njodohin kamu sama mantan pacar papa, emang kamu mau?" Yolan terbahak mendengar wistara, "Cie, yang belum bisa move on dari mantan," olok Yolan merasa terhibur dengan kelucuan dan candaan Wistara-Papanya. "Sedemikian cintanya-kah Papa sama mantan sampai nggak dapet orangnya keturunannya pun boleh jadi mantu?" ceplos Yolan lagi. "Dari sisi kisah sebenarnya ini manis sekali, Lan. Menjodohkan anak sendiri dengan anak mantan pacar dulu. Tapi kalau memang benar murni tanpa adanya bibit-bibit perselingkuhan dan bisa saling menghormati pasangan masing-masing ...." beber Wistara. Wajah Hananti mulai pucat dan seperti ketakutan. Merasa Wistara suaminya dan Yolan sedang menyindirnya. Hananti berpikir, kalau tahu anak dan suaminya akan membuat kekacauan seperti, dia tidak akan pergi ke kafe untuk mempertemukan Yolan dengan Sabda. Tapi itu artinya dia juga tidak bisa bertemu dengan Jaya? "Huuft ...." Helaan napas Hananti terlihat berat. Hananti tidak menyangka, putri bungsunya yang selama ini selalu menurut padanya, hari ini dengan tegas menentangnya. Bergantian Hananti menatap Yolan, Suaminya, selingkuhannya dan Sabda dengan senyum pahit. Yolan yang sekarang ada di sampingnya benar-benar, unpredictable, terkesan bandel, dan tengil. Tapi lihatlah wajah tanpa dosanya itu. Hananti merasa mulai harus waspada kepada Yolan. "Eh, Pa, tadi Papa mau pinjam handphone-ku buat apa?" tanya Yolan teringat lagi. Dan masih menggenggam erat benda pipih yang di dalamnya ada daftar dosa-dosa Mamanya dengan Jaya Kumara. "Papa sebenarnya mau pesan makanan di go-go___" "Go-jek, Pa. Go-food," ralat Yolan dengan senyum lega. "Kirain mau ngapain? Ternyata mau pesan makanan. Bikin orang kaget aja nih, Papa." "Iya itu. Antara Go-food dan Go Jek, Papa takut salah sebut." "Kok, Papa mau pesan makanan di go-food Kan Jaya lagi pesen makanan. Sebentar lagi juga pasti datang," sahut Hananti dengan jantung seperti sedang berolah raga. Khawatir suami dan anaknya membuat ulah lebih parah lagi. Khawatir mereka tahu kalau Jaya Kumara adalah pria selingkuhannya. "Gimana Pa, jadi nggak pesan Go-Foodnya?" tanya Yolan. Hananti mendelik, "Yolan! Gimana, sih kamu?! Emang mau diantar ke mana makanannya?" "Nggak jadi Lan, nanti aja buat makan sore di rumah," cetus Wistara melihat mata Istrinya yang membesar. "Emang Mama tadi belum masak, ya, Pa sebelum pergi?" "Ya belumlah, 'kan Mama lebih mementingkan perjodohan kamu dari pada Papa." Hananti merasa sudah diserang dan dipermalukan oleh anak dan Suaminya. "Awas, ya, nanti sampai rumah. Habis kalian?!" gumamnya geregetan. "Oh, iya, Mas Sabda. Sekarang sudah jarang lho, ditemukan perjodohan antara mantan pacar atau antara selingkuhan dengan anak selingkuhan. Tapi kita sepertinya harus tetap bersyukur Mamaku dan Papamu sudah berusaha mengenalkan kita. Anggap aja itu bentuk rasa peduli orang tua ke kita. Benar 'kan, Mas Sabda?" tutur Yolan yang kali ini Sabda menjadi sasarannya. "Be_betul itu Yolan." Calon polisi itu menjawab dengan senyum patah. "Apalagi kalau yang dijodohin ke kita sesuai sama kriteria. Pasti kita setuju, ya, 'kan Mas Sabda? Tapi kalau nggak sesuai, ya wajib kita tolak. Allhamdullilah banget, lho, Mas Sabda, kebetulan orang tuaku, terutama Mama, bukan tipe yang suka memaksa ...." sindir Yolan lagi. "Kalau papa njodohin kamu Lan, alasannya ya, pasti bibit, bebet, bobot. Kalau kamu mau, papa bisa minta teman-teman pengajian yang anaknya belum nikah kenalan sama kamu untuk ta'arufan. Lebih aman, 'kan? Karena Papa sudah mengenal teman-teman pengajian papa dengan sangat baik," tambah Wistara. "Boleh juga tuh, Pa. Ta'arufuan dan perjodohan dengan teman pengajian Papa bisa menghindari potensi konflik dengan calon mertua dan calon besan, karena sudah saling kenal. Juga jauh dari aroma-aroma perselingkuhan. Ya, kan, Pa?" Yolan sengaja melirik Mamanya dan Jaya Kumara saat mengatakannya. Tahu dilirik oleh Yolan, Jaya Kumara dengan pedenya buka suara, "Keinginan dan harapan orang tua itu, kadang tidak selalu sama dengan anak." "Mas Sabda, Yolan kasih tahu, ya? Stop percaya dengan pilihan orang tua dan istilah orang tua selalu benar. Kesannya negatif, ya, kalau Yolan ngomong gini tentang orang tua. Tapi pada kenyataannya memang benar. Berapa banyak pasangan hasil perjodohan orang tua yang berujung cerai? Dan berapa banyak pasangan yang menentang pilihan jodoh dari orang tua tapi tetap bisa hidup bahagia dengan pilihannya sendiri ...." "Siap, Yolan ...." jawab Sabda sambil tersenyum kaku. Entah juga siap untuk pergi kemana? Yolan tidak peduli. "Jadi orang tua tidak harus seegois itu. Anak pasti menentang kalau tiba-tiba dijodohkan tanpa alasan yang jelas. Lebih baik aku dan Mas Sabda menghabiskan masa muda untuk berani mengambil keputusan hidup. Dari pada hidup sampai tua penuh dosa perselingkuhan dan perzinahan ...." Jaya Kumara bereaksi mendengar omongan Yolan. Sepertinya Papa Sabda dan Hananti kepanasan mendengar Yolan makin pedas saja dalam bicara. "Percayalah, Nak Yolan. Orang tua yang baik pasti menginginkan hal yang baik untuk anaknya. Mungkin caranya salah, namun tujuannya benar." Jaya Kumara masih membela diri mungkin juga membela Hananti. "Orang tua yang baik tidak akan berselingkuh di belakang pasangan sah dan anak-anak mereka. Benar, 'kan, Om Jaya Kumara?" "Yolan!" bentak Hananti. Yolan senang melihat emosi mamanya. Kalau perlu Yolan akan terus berkicau sampai Jaya Kumara dan Mamanya kelojotan seperti cacing dijemur. "Kok makanannya tidak datang-datang, ya?" gumam Wistara yang disambut senyum oleh Yolan. "Pa, Papa pernah berpikir nggak sekali saja dalam hidup selama menikah dengan Mama untuk berselingkuh?" ucap Yolan tiba-tiba. *** BERSAMBUNG"Pa, Papa pernah berpikir nggak sekali saja dalam hidup selama menikah dengan Mama terlintas untuk berselingkuh?" ucap Yolan tiba-tiba."Ada-ada saja pertanyaanmu, Lan. Emang kamu rela kalau punya orang tua yang selingkuh?" balas Wistara."Enggaklah, rasanya ingin ganti orang tua saja, kalau tahu orang tua kita selingkuh. Nggak tahu diri banget, 'kan, Pa?""Nggak mungkin papa selingkuh, Lan. Apa jadinya keluarga kita, Mama, kamu, Yoka dan Yoni anak-anak papa, kalau sebagai Imam, Papa berselingkuh?""Kalau Mama, apa yang terlintas dalam pikiran Mama kalau misalnya suami Mama meninggal duluan?" Yolan menembak Hananti dengan tanya."Kok kamu ngarep Papa meninggal duluan Lan?" protes Wistara."Ini, 'kan seandainya, Pa. Aku lagi tanya Mama." Yolan berkilah dan langsung bertanya lagi pada Hananti, "Apa Mama senang atau gimana, Ma? Mama pernah nggak ngebayangin kalau Papa meninggal duluan. Apa yang akan Mama lakukan? Mama akan menikah lagi atau ....""Kamu ini bikin pertanyaan kok aneh, Lan?
"Pa ... kenapa tadi siang Papa nyusul aku dan Mama ke kafe? Kok tidak bilang dulu ke Yolan kalau mau datang?""Papa itu curiga juga sama kamu Yolan.""Curiga kenapa?""Kamu mendukung pers3lingkuhan Mama dengan lelaki itu.""Jaya maksud, Papa?""Entahlah. Kita, 'kan nggak boleh menuduh tanpa bukti," ujar Wistara terlihat berusaha menenangkan diri.Hati Yolan kembali t3riris. Bagaimanapun juga hubungan suami istri Papa dan Mamanya, tanggung jawab mereka berdua dan Yolan sebagai anak tidak boleh ikut campur.Tapi justru bukti nyata itu diketahui oleh Yolan yang ingin sekali melakukan pendekatan dengan kedua orang tuanya, membahas solusi tentang hal ini.Tapi Yolan masih memikirkannya bolak-balik. Karena topik pers3lingkuhan orang tua sangatlah s3nsitif."Papa jangan terlalu memikirkan ini," hibur Yolan tidak yakin. Kalau ia sebagai anak saja ikut berpikir dalam. Apalagi dengan Papanya?Tentu feeling suami lebih tajam dan bisa merasakan kalau istrinya selingkvh. Hanya Papa tidak punya buk
"Hem anak selingkuhan Mama yang sok innocent. Dia tidak tahu apa yang terjadi antara Papanya dan Mamaku. Sempat-sempatnya nggombalin aku. Dasar b0doh!""Kangen? Emang kalau Mas kangen sama aku ... aku juga harus kangen sama Mas? Enggak, 'kan?"Agak geli Yolan mendengar kata kangen Sabda dan jawabanya sendiri."Rindu itu dari hati, Lan. Emang nggak boleh aku rindu dan kangen sama kamu. Nggak ada yang larang, 'kan? Setidaknya sekedar bilang rindu sama kamu bikin hati ini lega."Preet. Yolan menjulurkan lidahnya di depan ponsel."Tapi ketahuilah kisanak, dengan siapa dulu anda rindu. Jangan ngarep, ya, aku nelepon Mas Sabda karena setuju dengan perjodohan Mama. Aku cuma mau tanya__""Tanya apa? Kok tumben, Lan? Kirain kamu berubah pikiran seperti doa-doa Mas selama ini.""Halah nggak usah ngerayu, Mas. Nggak mempan. Aku cuma mau tanya, apa Om Jaya punya nomor lain selain yang sering digunakan?""Untuk apa kamu tanya nomor Papa yang lain, Lan?""Ya, pokoknya punya nggak? Kalau punya aku m
"SURAT PERJANJIAN" Tulis Yolan pada bagian atas kertas.[Pada hari ini telah terjadi perjanjian suci mulia, resmi, transparan dan jujur apa adanya antara Yolan Pertiwi Wistara dengan Sabda Perkasa Kumara.Perjanjian ini ditulis dengan sadar oleh kedua belah pihak dengan saksi mobil tahun tua yang minta diganti dengan keluaran terbaru.]"Eh ... Yolan kenapa gitu nulisnya? Kayak becanda," timbrung Sabda saat membaca tulisan Yolan."Mas ... surat perjanjian itu harus ditulis apa adanya. Emang ada yang salah dengan tulisanku?" tanya Yolan."Ya, sudah teruskan," sahut Sabda pasrah."Pokoknya surat perjanjian ini tidak akan merugikan kita. Nanti Mas baca semuanya setelah aku selesai," kata Yolan lalu melanjutkan menulis.[ 1. Setelah menerima nomor kontak Om Jaya, maka Sabda akan menunaikan tugas mendekati Yoni, membuatnya jatuh cinta lalu menjadikannya pacar.2. Setelah Sabda dan Yoni saling jatuh cinta lalu berpacaran baik resmi maupun backstreet, Sabda akan menerima perjodohan yang dita
"Bowo, Sayang. Aku kangen ...." bisik Yolan."Kok Bowo, Sayang. Aku Jaya Kumara ...." sergahnya di ujung ponsel."Ha ... Ha!" Yolan ngakak tanpa suara!Target berhasil diringkus tanpa harus Yolan melakukan banyak tak tik dan perjuangan."Lho, berarti saya dari tadi kirim chat buat pacar saya salah sambung ke Bapak, ya? Maaf, ya, Pak. Eum, Pak siapa ya tadi namanya? Lupa saya." Yolan berakting seolah-olah salah sambung."Kok Bapak? Panggil Mas saja. Mas Jaya Kumara. Mungkin pacarnya sedang sibuk dengan wanita lain. Tapi tenang saja cantik, ada Mas Jaya," sahutnya.Memang dasar g4njen. Jaya Kumara malah mengg0da Yolan.Goda4n yang lantas menerbitkan ide cemerlang di kepala Yolan. Seperti bola lampu yang dinyalakan. Triiing. Terang."Ah, Mas Jaya, bisa aja manas-manasin saya. Tapi emang akhir-akhir ini pacar saya kalau di telepon jarang ngangkat. Apalagi dikirimin pesan. Dibaca juga enggak!""Pasti sudah punya yang baru itu. Mas kan juga lelaki, tahulah gelagat laki-laki yang bers3lingk
"Ha ha!" Yolan puas membuat Jaya ter-Sisil-Sisil padanya.Membayangkan malam itu Istri Jaya di kamar tidur sendiri karena Suaminya menghilang meladeni misi yang dibuat Sisil."Pokoknya Sisil mau dikirimi foto Mas Jaya dengan berbagai p0se n4ked yang super seksi dan ....""Aduh Sisil Cantik kamu benar-benar membuat mas Jaya merasa kembali ke masa 25 tahun yang lalu. Kenapa, ya, kita baru ketemu sekarang?' ucap Jaya kemudian.Papa Sabda itu masih belum sadar sudah jauh terper0sok kedalam j3bakan yang dibuat Yolan."Sisil juga sudah tidak tahan untuk segera ketemuan sama Mas. Tapi sementara nggak papalah melihat 4nunya Mas dulu," goda Sisil lagi dengan b4r-bar dan brut4l"Bagaimana kalau besok sore kita ketemuan. Mas nunggu Sisil di hotel. Mau, 'kan?" balas Jaya seperti mendapat angin segar."Jangan besok, ya, mas. Sisil lagi datang bulan," jawab Yolan dengan alasan basa-basi bu5uknya.Malam itu berakhir dengan pengakuan Jaya Kutu Kupret yang mengaku cr0t dan terpuaskan dengan ph0nes3x m
"Ada apa sih? Berisik amat?" gumam Yolan sambil menjejakkan langkah satu persatu menuruni tangga.Yolan tidak sengaja membulatkan mulutnya melihat Yoni dan Rose sudah ada di ruang tamu dengan beberapa koper besar.Begitu juga dengan Yoka Abang Tertuanya yang ada diantara Rose, Yoni dan Mamanya.Gadis bungsu dalam keluarga itu mempercepat langkah sampai lantai dasar rumah."Yolaaan ...." teriak Yoni sambil merentangkan tangan.Dan Yolan menghambur dalam pelukan Yoni."Kok bisa bareng Bang Yoka?" tanya Yolan setelah melepaskan pelukan dan tersenyum untuk Rose sebagai sapaan.Rose mengulurkan tangan dan disambut dingin oleh Yolan."Yang pulang dari luar negeri, banyak banget pasti oleh-olehnya ....!" Mama masih histeris dengan pancar bahagia di wajahnya.Secara anak kesayangannya telah kembali."Yoni nelepon abang. Jadi abang jemput Yoni dan Rose di bandara, sekalian pulang. Kamu apa kabar?" kata Yoka saat memeluk Yolan."Im fine!" balas Yolan sambil memeluk erat Yoka."Papa mana?" tanya
"Bagiku kamu termasuk orang spesial dalam hidupku, Rose!" ucap Yoni tiga tahun lalu kepada sahabat karibnya itu.Beberapa waktu kemudian ....Yoni menyesali kalimat yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya untuk Rose.Kalimat yang kemudian maknanya menjadi sangat dalam untuk Rose.Sementara, Yoni sebenarnya tidak sepenuhnya sadar mengatakan hal itu dan Yoni anggap sebagai angin lalu saja.Tapi ... Rose ternyata mengartikan ucapan Yoni sebagai ungkapan perasaan lebih dari persahabatan.Hal inilah yang Yoni ceritakan kepada Yolan adiknya saat mereka we time hari itu tanpa Hananti- Mama mereka yang urung bergabung dengan kedua gadisnya pergi hang out."Wah rumit juga ya, Yon?" Yolan mengetuk dahinya dengan telunjuk beberapa kali mendengar cerita Kakaknya."Emang kamu nggak punya cowok, Yon?" tanya Yolan yang memang tidak pernah terlihat di apeli cowok ke rumah.Yoni belum menjawab pertanyaan adiknya. Karena kemudian waiter datang dan Yoni memesan makanan untuk mereka berdua.Sej