Share

BAB 7. SURAT PERJANJIAN

"Hem anak selingkuhan Mama yang sok innocent. Dia tidak tahu apa yang terjadi antara Papanya dan Mamaku. Sempat-sempatnya nggombalin aku. Dasar b0doh!"

"Kangen? Emang kalau Mas kangen sama aku ... aku juga harus kangen sama Mas? Enggak, 'kan?"

Agak geli Yolan mendengar kata kangen Sabda dan jawabanya sendiri.

"Rindu itu dari hati, Lan. Emang nggak boleh aku rindu dan kangen sama kamu. Nggak ada yang larang, 'kan? Setidaknya sekedar bilang rindu sama kamu bikin hati ini lega."

Preet. Yolan menjulurkan lidahnya di depan ponsel.

"Tapi ketahuilah kisanak, dengan siapa dulu anda rindu. Jangan ngarep, ya, aku nelepon Mas Sabda karena setuju dengan perjodohan Mama. Aku cuma mau tanya__"

"Tanya apa? Kok tumben, Lan? Kirain kamu berubah pikiran seperti doa-doa Mas selama ini."

"Halah nggak usah ngerayu, Mas. Nggak mempan. Aku cuma mau tanya, apa Om Jaya punya nomor lain selain yang sering digunakan?"

"Untuk apa kamu tanya nomor Papa yang lain, Lan?"

"Ya, pokoknya punya nggak? Kalau punya aku mau minta dong, Mas?"

"Untuk apa, sih, Lan?"

"Untuk tanya kabar aja dan minta maaf atas kejadian tempo hari di kafe."

Huufft Yolan benar-benar kesal mengucapkannya. Nggak iklas rasanya. Padahal cuma ingin tahu apakah Joni PLN di kontak mamanya adalah Jaya Kumara.

Tapi ribetnya minta ampun.

"Oke aku akan memberikan nomor Papa yang lain, asal kita ketemuan. Meski cuma sebentar saja."

"Nah, 'kan kelakuan anak d4jjal sudah seperti Papanya. Mencari celah."

Yolan menyabar-nyabarkan diri sekuat hati.

Tapi kalau tidak tahu siapa si Joni PLN itu misi mulia menghentikan pers3lingkuhan Mamanya tidak akan pernah berhasil.

"Gimana Lan, yakin nggak pingin ketemu, Mas? Ya, udah kalau gitu."

Terdengar suara Sabda akan menakhiri panggilan.

"Ish peritungan banget si anak d4jjal. Baru mau minta nomor handphone aja ngajak ketemuan."

"Oke kita ketemuan. Tapi jangan ngerayu, ngomong rindu, kangen atau gombalan lainnya, aku alergi," cetus Yolan dengan nada kesal yang jelas.

Sabda terkekeh di ujung ponsel. "Sekarang?" tanyanya.

"Ya, lebih cepat lebih baik. Ketemuan di mana?" balas Yolan.

"Di kafe yang waktu itu."

"Ogah, ah. Aku malu," elak Yolan lalu teringat kejadian saat di kafe.

"Orang-orang di sana pasti sudah lupa peristiwa itu, Lan," sahut Sabda.

"Enggak mau Mas. Aku tetap nggak mau! Cari tempat lain aja yang lebih dekat dengan rumahku. Aku males jalan jauh-jauh."

Akhirnya, demi menjalankan misi brilian, Yolan menerima ajakan Sabda bertemu di suatu tempat. 

Sebuah taman dekat rumahnya yang pada waktu-waktu tertentu akan ramai oleh orang-orang yang berjualan atau sekedar berolahraga dan refreshing.

***

Saat Yolan datang, Sabda sudah menunggu di bangku semen bawah pohon pinggir taman seperti yang Sabda tulis dalam chat kirimannya.

Yolan mendekat dengan setengah berlari.

"Hey, Mas Sabda. Udah dari tadi, ya?" sapa basa-basi Yolan lalu duduk di depan Sabda setelah sebelumnya celingukan. Takut dilihat orang yang mengenalnya.

"Baru lima menit. Jadi buat apa kamu tanya nomor Papa?" sahut Sabda to the point.

"Kan udah bilang mau minta maaf. Gimana keadaan Om Jaya sekarang? Udah baikkan?"

"Sudah di rumah dan luka bakarnya masih dalam perawatan."

"Oh ...."

"Sebenarnya Papa bilang sama aku. Kalau sampai kita mau dijodohkan. Papa akan memberiku hadiah mobil baru. Tapi ternyata___"

"Oh, jadi Mas sebenarnya ngarep mobil baru, 'kan?"

"Enggak, Lan. Ternyata aku beneran suka sama kamu."

"Yakin beneran suka. Bukan karena mobil?"

"Beneran," jawabnya dengan wajah stel polos namun tetap Yolan tidak percaya.

"Oke kalau gitu kita bisa dong kerja sama."

"Kerja sama gimana, maksudnya, Lan?"

"Mana dulu nomor Om Jaya?"

"Aku mau ngasih ke kamu. Tapi kamu mau, 'kan kita pura-pura tidak menolak perjodohan ini?"

Yolan memutar otak mendengar ucapan Sabda.

"Mas dapat mobil. Aku dapat apa? Enak aja ....!" balas Yolan tidak mau menyerah begitu saja.

"Kamu dapat cintaku, dong Lan."

"Heh. Aku tinggal pulang, nih.  Kan udah kubilang nggak usah nggombal. Aku nggak suka," ketus Yolan hampir emosi karena belum juga mendapatkan nomor yang diinginkannya.

"Jangan dong, Lan. Gitu aja marah." Sabda mengeluarkan ponselnya.

Yolan tersenyum merasa diatas angin. Ancamannya manjur, "Cepetan kirim nomor Om Jaya ke wa-ku, Mas."

"Tentu. Sabar, dong. Aku kirim nomor Papa tapi SnK tetap berlaku ...."

"Okey, kita sama-sama punya syarat kalau begitu." Yolan masih bertahan.

"Emang kamu punya syarat apa?" tanya Sabda dengan muka penasaran.

Yolan memelankan suaranya, "Aku punya Kakak cewek, namanya Yoni. Dia masih single. Bulan depan wisuda. Sepertinya seumuran sama Mas Sabda."

"Terus ...." Sabda mulai serius mendengarkan Yolan.

"Aku ingin Mas Sabda mendekati Yoni dan memacarinya. Membuat Yoni jatuh cinta sama Mas Sabda. Setelah itu baru aku mau jadi pacarmu. Eh, maksudnya mau pura-pura setuju dengan perjodohan kita, bagaimana? Deal?"

"Berat banget syaratnya. Emang Yoni nggak punya pacar?"

"Kalau punya, masa iya aku minta Mas Sabda dekatin dia. Mana nomor Om Jaya?" tagih Yolan.

"Benaran itu syaratnya?" Sabda memastikan.

"Bener, deal, ya?" sahut Yolan.

"Emmm ...." guman Sabda. Yolan melihat keraguan di wajahnya.

"Aku nggak bohong lho, Mas. Kalau perlu kita bikin surat perjanjian setelah ini. Di atas materai."

"Kirain di atas sprei putih!" ceplos Sabda.

"Ish, dasar mesvm!" sergah Yolan sambil melotot.

Benar-benar nggak ada ahlak. Bagaimana mungkin cowok ini bisa lulus jadi p0lisi kalau otaknya c4bul dan korslet!

"Oke, deal. Ini nomor Papa," ucap Sabda tersenyum melihat ekspresi dan cercaan Yolan.

Sabda membuka ponselnya di mana tertera nomor dengan nama Papa 1 dan Papa 2.

Yolan yang kegirangan segera menyimpan nomor itu setelah dikirim Sabda ke wa-nya.

Fix! Setelah dicek Joni PLN ternyata memang nomor Jaya kumara dengan nama Papa dua yang dikirim Sabda.

"Kena kalian!" sorak Yolan dalam hati.

"Sekarang kita pergi cari tempat untuk membuat surat perjanjian. Pakai mobilku saja," ajak Sabda.

Terpaksa Yola mengikuti keinginan Sabda. meninggalkan mobil Papanya yang ia pinjam di pinggir taman dan masuk ke mobil Sabda.

***

"Kamu tunggu di mobil, aku beli kertas dan materai dulu," kata Sabda di depan mini market.

Tak lama Sabda pun kembali.

"Ayo, tulis," titah Sabda.

"Eh, nggak diketik aja. Emang nggak ada laptop?" kata Yolan mengulur waktu sambil memikirkan kata-kata apa yang akan ia tulis dalam surat perjanjian.

"Ada di rumah. Yuk, ke rumahku sekarang. Papa pasti senang sekali aku datang sama kamu. Bisa langsung sembuh sakitnya," celoteh Sabda.

"Eh, sini-sini aku tulis saja," sahut Yolan merebut pulpen dan kertas di tangan Sabda. "Ada alas nggak buat nulisnya?"

Sabda mencari-cari sesuatu di mobilnya. 

"Kita cari tempat saja sambil makan," kata Sabda dengan idenya. 

"Aduh, nggak usah. Aku tulis di sini aja," tolak Yolan lalu menulis dengan alas bagian depan mobil Sabda.

"SURAT PERJANJIAN" 

Tulisnya pada bagian atas kertas.

Apa ya, isi perjanjian yang akan ditulis Yolan? Yuk next bab ....

***

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status