Home / Lain / ANAK SELINGKUHAN MAMA / BAB 6. MISI RAHASIA YOLAN

Share

BAB 6. MISI RAHASIA YOLAN

"Pa ... kenapa tadi siang Papa nyusul aku dan Mama ke kafe? Kok tidak bilang dulu ke Yolan kalau mau datang?"

"Papa itu curiga juga sama kamu Yolan."

"Curiga kenapa?"

"Kamu mendukung pers3lingkuhan Mama dengan lelaki itu."

"Jaya maksud, Papa?"

"Entahlah. Kita, 'kan nggak boleh menuduh tanpa bukti," ujar Wistara terlihat berusaha menenangkan diri.

Hati Yolan kembali t3riris. Bagaimanapun juga hubungan suami istri Papa dan Mamanya, tanggung jawab mereka berdua dan Yolan sebagai anak tidak boleh ikut campur.

Tapi justru bukti nyata itu diketahui oleh Yolan yang ingin sekali melakukan pendekatan dengan kedua orang tuanya, membahas solusi tentang hal ini.

Tapi Yolan masih memikirkannya bolak-balik. Karena topik pers3lingkuhan orang tua sangatlah s3nsitif.

"Papa jangan terlalu memikirkan ini," hibur Yolan tidak yakin. Kalau ia sebagai anak saja ikut berpikir dalam. Apalagi dengan Papanya?

Tentu feeling suami lebih tajam dan bisa merasakan kalau istrinya selingkvh. Hanya Papa tidak punya bukti. Lalu kalau bukti itu dilihat Papa? Apa yang akan terjadi?

Yolan memejamkan mata. Tidak berani membayangkan.

"Pa, lucu nggak, sih, kalau Mama mau jodohin aku sama Sabda yang mukanya kek psik0pat gitu. Ada-ada saja deh ...." Yolan menggeleng.

"Tapi serius Yol, kamu mau kalau Papa yang carikan jodoh buat kamu?" balas Wistara.

"Nah, Papa lagi. Ya, enggak maulah. Setelah aku dapat kerja baru aku mau langsung cari yang serius. Calon suami. Bukan pacar."

"Oh, kirain. Jadi sudahan, nih, sama Sabda? Gagal?"

"Bukan hanya gagal. Ancur, Pa. Papa mau punya besan yang seperti Om Jaya gitu?"

Wistara tidak menjawab. Malah terlihat bengong. Yolan trenyuh melihatnya.

"Pa, kok ngelamun? Papa pasti lagi mikirin nanti jodoh Yolan seperti apa, ya? Papa ingin punya kriteria menantu yang seperti apa, sih? Atau Papa punya saran mungkin atau nasehat buat Yolan dalam mencari jodoh?" seloroh Yolan berniat menghibur Papanya.

Yolan merasa Papanyalah yang bisa dijadikan panutan, diandalkan dan dicontoh sebagai orang tua. Bukan Mamanya.

Tempat mengadu, tempat bercerita, tempat meminta saran dan juga tempat meminta uang saku bulanan.

"Sebenarnya papa merasa belum punya banyak modal untuk memberi nasehat untuk anak-anak papa. Tapi sebagai seorang ayah, nggggngg ...."

"Modal untuk memberi uang aja deh, Pa, kalau gitu," potong Yolan sambil tergelak.

"Hush, itu, 'kan selalu. Tanpa kamu minta sudah lancar tiap bulan masuk rekeningmu."

"Kirain ada kenaikan, Pa." Yolan masih tersenyum.

"Minta sama Mamamu juga, tuh," balas Wistara yang akhirnya ikut tersenyum.

Yolan lega setelah melihat senyum Papanya.

"Oh, iya, Lan, Papa ingin saat nanti kamu memilih calon suami, perhatikan salatnya. Kalau lima waktu saja masih nggak bener, tinggalkan. Sebagai wanita kamu butuh suami yang bisa membimbingmu dan anak-anakmu ke surga."

"Oh, tentu saja, Pa. Yolan akan selalu ingat pesan Papa ini. Tapi ... maaf kalau Yolan ada  pertanyaan yang mungkin sedikit lancang," balas Yolan.

"Tanya saja," sahut Wistara.

"Dulu ... saat Mama dan Papa pacaran, apa Mama pernah s3lingkuh?"

"Waktu sebelum nikah maksudnya?"

Yolan mengangguk.

"Seingat Papa tidak!"

"Oh, syukurlah. Soalnya yang pernah Yolan dengar. Penyakit selingkvh tidak bisa disembuhkan. Makanya aku males punya cowok. Takut dis3lingkuhi."

Yolan tidak yakin Papanya jujur. Mungkin papa hanya menutupi sedikit keburukan masa lalu mama di depan Yolan.

"Pilihlah cowok yang jujur dan cerdas. Dua ini, kalo bisa sepaket. Soalnya kalo jujur tapi nggak cerdas biasanya susah majunya, dan kalo cerdas tapi tidak jujur biasanya juga nggak berkah kemajuannya. Yang bagus agamanya dan takut Allah, Insyaallah cowok seperti itu jauh dari godaan untuk bers3lingkuh," tutur Wistara dengan wejangannya untuk Yolan.

"Yolan mau yang ganteng, Pa. Seperti Papa, ganteng dan soleh."

"Kalo terlalu ganteng nanti banyak godaannya. Banyak cewek yang ngejer. Kamu harus tidak boleh cemburuan."

"Mending ganteng Pa, dari pada jelek. Kan nggak betah lihatnya kalau punya pasangan yang jelek?" Yolan tertawa sendiri dengan ucapannya.

Tidak dipungkiri, Yolan yang tadinya tidak begitu dekat dengan Wistara, kini menjadi sebaliknya.

Pasca peristiwa membaca messenger sang Mama dengan selingkvhannya, Yolan ingin lebih dekat lagi dengan Papanya.

"Papa juga mau Yolan mendapatkan pendamping hidup sesempurna mungkin. Ya setidaknya mendekatilah," harap Wistara.

"Namanya juga usaha, ya, 'kan. Pa? Tapi aku harus nunggu Yoka dan Yoni menikah dan aku bekerja dulu, baru memikirkan jodoh. Sekarang aku tidak berh4srat dengan pacaran."

"Papa juga tahu, sebenarnya kamu nggak suka, 'kan kalau Mama banding-bandingin kamu sama Yoni?"

"Biarlah, Pa. Terserah Mama saja. Asal Mama senang."

"Yang penting sekarang buat Yolan menghentikan pers3lingkuhan Mama dan Jaya sebelum Papa tahu ...."

Yolan tahu, melakukan misi dengan topik ngeri-ngeri sedap bisa berujung pada dua keadaan. Memperburuk atau memperbaiki.

Mungkin Yolan tidak bisa sepenuhnya memperbaiki, tapi setidaknya keadaan tidak semakin buruk.

Pura-pura tidak tahu dan sering memperhatikan interaksi Mama dan Papanya itu lebih baik saat ini. Dari pada mengaku tahu affair p4nas Mamanya dan langsung bertanya, "Kenapa Mama s3lingkuh?"

"Kamu tidur, Lan, sudah malam," ujar Wistara memutar tubuh menuju kamarnya. Kamar yang terpisah dengan Mamanya.

"Eh iya, Pa ini mau tidur," balas Yolan lalu membereskan buku-buknya.

Sebagai seorang anak, Yolan kasihan melihat Papanya. Bingung dan resah, mengapa Mamanya yang katanya sudah dewasa, dengan penuh kesadaran bisa kepikiran bers3lingkuh tanpa mempertimbangkan apa yang akan terjadi nanti.

Rumah makin sepi, Yoni masih di luar negeri dengan Rose 'sahabat terbaiknya.'

Yoka sudah bekerja di luar kota yang akan pulang tiga bulan atau sebulan sekali.

***

Tibalah liburan semester genap. Di mana Yolan akan lebih banyak menghabiskan  waktu di rumah. Saat itulah Papa mengizinkan Mama melakukan lagi kegiatannya, dengan catatan ditemani Yolan.

Mulai dari bangun tidur, pertemuan PKK, ke pasar, senam, semuanya, Yolan ikut dan menemani Hananti.

Tapi Yolan merasa Mamanya seperti menjaga jarak dan menjaga komunikasi dengannya.

Yolan berpikir, Mamanya mungkin sudah tahu--kalau dia tahu pers3lingkuhannya dengan Jaya.

Tidak ada acara Mama pergi menghilang sendirian tanpa ditemani Yolan. Namun, Mama sering kali menerima telepon dari seorang pria yang di kontaknya bernama Joni tukang PLN.

Yolan menduga, kalau Joni itu Jaya yang namanya disamarkan oleh Mamanya.

Saat Joni menelepon, Mama pasti menjauhi Yolan. Aneh bukan?

Tidak tahan dengan rasa kepo, Yolan kepikiran ingin menghubungi Sabda anak s3lingkuhan Mamanya. 

Menanyakan apakah Jaya, Papanya punya nomor kontak lain?

"Mama punya nomornya Sabda anak Om Jaya?" tanya Yolan.

"Punya, kenapa?"

"Kirim dong, Ma, ada perlu sedikit."

"Perlu apa?"

"Yang jelas bukan tentang perjodohan."

Hananti memandang Yolan curiga.

"Nanti kamu bikin ulah lagi seperti waktu di kafe. Mama malu lagi," cetusnya.

"Udah kirim aja, Ma. Aku mau ngajak dia bisnis online."

"Hm ... gayamu. Jangan-jangan kamu berubah pikiran, ya? Mau mendekati Sabda karena sadar masa depannya cerah?"

"Iya, deh terserah, apa kata Mama. Yang penting aku minta nomornya. Dari pada aku datang ke rumah Om Jaya untuk menemui Sabda."

"Oh, jangan-jangan. Nih, sekarang Mama kirim nomornya Sabda."

"Yes. Berhasil. Mama masih trauma rupanya kalau mendengar aku menyebut nama selingkvhannya."

"Sabda juga minta nomormu ke mama waktu itu. Kalian ini jangan-jangan ada main di belakang mama, ya?"

"Hem. Main apa Ma? Main petak umpat?" balas Yolan.

"Bukannya mama sama Jaya, Papanya Sabda yang ada main ....?" lanjut Yolan dalam hati dengan berteriak.

Andai saja Mama bisa mendengar suara hati Yolan saat itu.

***

Yolan lalu menelepon Sabda yang langsung diangkat pada sambungan pertama.

"Hay ... Yolan, apa kabar, Sayang? Kangen, ya, nelepon aku?" sapa Sabda menjawab telepon Yolan.

"Hem anak s3lingkuhan Mama yang sok innocent sekali. Dia tidak tahu apa yang terjadi antara Papanya dan Mamaku. Sempat-sempatnya nggombalin aku. Dasar b0doh!"

"Kangen? Emang___"

 ***

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status