Saat sedang asik menikmati makannya, Yoni berbisik ke Yolan, "Semalam mama ke kamarku. Dan tanya, kapan aku mau nikah.""Terus kamu jawab apa? Pacarmu yang katanya sekampus waktu itu gimana?""Putus, Lan."Yolan tidak ingin bertanya apa penyebab Yoni putus dengan pacarnya. Sebab dia sedang lapar.Tidak juga mengatakan kepada Yoni kalau dia pernah dijodohkann dengan Sabda anak selingkuhan Mamanya.*"Aw ... uhhh ... Aduh!" teriak Yolan sambil berdiri dari duduknya."Aduh maaf_maaf ... tidak sengaja ... maaf ya?" Terdengar suara bariton Pria mendekati Yolan dengan wajah memelas dan panik.Rupanya pria itu menumpahkan minumannya ke baju Yolan saat melintas di kursi tempat mereka duduk.Yolan hampir meledakkan amarahnya melihat pria bertopi itu ternyata calon polisi anak selingkuhan mama. Sabda!"Ehm ... kok bisa kamu menumpahkan air ke baju saya," bentak Yolan dengan garang sambil berdiri dan berkacak pinggang."Iya mohon maaf sekali saya tidak sengaja. Tadi pas lewat sini kok lantainya
Yolan mengajak Yoni menghampiri."Ngapain, Mas?" tanya sekuriti sangar itu dengan tatapan tajam pada Sabda."Ma_ma_mau ambil motor, Pak," jawab Sabda yang masih mengotak-atik berusaha membuka penutup kunci motor yang termasuk keren itu.Motor yang kalau di kunci stangnya, lubang kuncinya akan otomatis tertutup itu memang harus dibuka pakai tangkai kunci motor.Seperti yang dilihat Yoni, Sabda kesulitan membukanya."Kenapa susah dibuka? Kuncinya sudah aus, atau karena ini motor pinjaman?" keluh Sabda panik."Ikut saya Mas!" kata sekuriti dengan menggenggam lengan Sabda erat dan mantab."Yoni, kita harus ikutin satpam itu. Ngapain coba, Sabda dibawa?" kata Yolan."Biarin aja, Lan. Ngapain ikut-ikut urusan orang," tolak Yoni."Lihat KTP dan STNK motornya Mas?" kata sekuriti di pos satpam.Sabda yang sadar sedang diintrogari pun menunjukkan apa yang diminta Sekuriti."Ini stnk siapa?" tanya sekuriti."Ini punya Abang saya, Pak. Maksud saya saya pinjam motor Abang saya.""Bener nama Abangm
"Eh .. terus kamu pacaran sama siapa sekarang?" tanya Yoni."Sekarang? Emang dulu kamu pernah lihat aku punya pacar?" balas Yolan."Lah, itu yang ....""Yang gonta-ganti itu?" potong Yolan."Mereka cuma penggemar, nggak ada yang aku ladenin. Yakali main ke rumah aku usir.""Oh!" decak Yoni takjub menatap Yoni."Aneh, ya, aku yang sering diapelin cowok tapi nggak pacaran. Kamu yang punya pacar malah nggak pernah diajak ke rumah," kata Yolan."Wikan pernah sekali ke rumah. Yah, kamu pasti tahu alasannya kenapa aku tidak sering mengajak Wikan ke rumah," balas Yoni."Pasti Rose?" tebak Yolan.Yoni mengangguk, "Aku menjaga perasaannya dan memang Rose marah kalau Wikan datang ke rumah.""Dasar toxic!" umpat Yolan untuk Rose."Sekarang antara aku, Rose dan Wikan sudah tidak ada kepentingan buat mikirin atau mengurus satu sama lain. Im free," ucap Yoni."Of course, Anda buang umur percuma kalau masih mikirin dua orang itu," balas Yolan. Gunakan sisa hidup Anda untuk fokus mengurus diri sendi
"Oh, iya Lan ...." ucap Hananti. "Kok Mama lupa. Ada titipan buat kamu.""Titipan apa, Ma?""Nggak tahu. Di dus besar, kayaknya yang ngantar ekspedisi sekitar tiga puluh menit sebelum kamu datang.""Oh, ya? Yuk, Ma ... kita lihat."Yolan mengikuti Hananti dan Yoni.Sebuah dus ukuran besar di meja makan tergeletak. Yolan dan Yoni saling pandang."Kalau gitu aku bawa masuk, ya, Ma?" kata Yolan membawa dus ke kamar diikuti Hananti dan Yoni."Tapi aku mau mandi dulu," ucap Yolan saat Mama dan Adiknya ikut masuk ke kamar.Hananti keluar dari kamar anak keduanya itu. Yoni menghempaskan diri di spring bed bersprei kuning dalam kamar Kakaknya."Apa isinya, Yon?" tanya Yolan."Mama sudah keluar, 'kan?" tanya Yoni."Sudah," jawab Yolan lalu Yoni mengunci kamarnya."Aku akan membukanya. Kamu bisa menebak apa isinya?" kata Yoni melihat nama pengirim, Rose di atas kardus."Bisa, sih," sahut Yolan yang juga tahu Rose-lah si pengirim dus besar itu."Apa coba?""Yah ... kalau menurut tebakanku setela
"Kamu nggak patah hati, 'kan, waktu itu?""Enggak, sih, biasa aja. Kan udah saling sepakat.""Seru juga. Terus kabar cowok itu sekarang gimana?"Yolan tersenyum. "Ini lucu, nih, Yon. Dia, setahun lalu ngehubungin aku. Tanya apa aku udah punya pacar? Aku bilang udah. Padahal belum. Haha ...." Yolan tergelak mengingatnya."Dasar tukang ngibul!" cela Yoni."Aku juga bilang sama dia, tiga tahun lagi mau nikah sama pacarku itu!""Parah, kamu Lan.""Lah, dia makanya dan dia juga bilang, 'Apa nggak mau coba lagi sama aku?' Lalu kita sempet deket lagi. Emang dasarnya aku nggak punya cowok, kan? Tapi obrolan dia makin nggak nyambung. Kalau lagi deketan dia nggak ada setruman. Rasanya B aja. Hambar. Aku bilang aja pacarku mau datang dari luar negeri. Dia pingin ketemu sama pacarku. Aku blokir nomornya. Daripda ketahuan ngibul. Dan sekarang hidupku penuh ketenangan. Tanpa diribetin sama cowok, sama pacar dan lain-lain. Aku nunggu kamu, Yon ...." Yolan mengakhiri ceritanya."Nunggu apaan?" balas
"Ini buat Yoni ... sebagai tanda aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi," kata Sabda.Mata Yolan membesar melihat sesuatu ditangan Sabda yang akan ia berikan untuk Yolan.Yoni berdebar saat Sabda mendekat dan pindah duduk di sampingnya dengan buket bunga di tangan.Bunga yang jadi lambang romantisme itu.Mawar merah!"Makin yahud saja memang acting Sabda. Penuh totalitas," puji Yolan dalam hati."Yoni yang diberi mawar merah kenapa aku yang merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai, ya? Oh Tuhan, ampuni aku," celoteh si Bungsu dalam keluarga itu.Mimik kocak Yolan membuat Yoni dan Sabda tertawa."Semoga harimu baik-baik saja dan menyenangkan, ya, Yoni?" kata Sabda meminta Kakak Yolan itu menerima bunga pemberiannya.Yoni menerimanya seraya melirik Yolan, "Terima kasih. Kukira bunganya buat Yolan," ucapnya."Bukan, itu buat kamu, Yoni. Gadis tengil itu terlalu menyebalkan untuk menerima bunga pemberian dariku.""Eh ... eh ngomong apa barusan, Sab? Coba bisa diulang? Yon, batalkan ked
"Ini buat Yoni ... sebagai tanda aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi," kata Sabda.Mata Yolan membesar melihat sesuatu ditangan Sabda yang akan ia berikan untuk Yoni.Yoni pun berdebar saat Sabda mendekat dan pindah duduk di sampingnya dengan buket bunga di tangan.Bunga yang jadi lambang romantisme itu.Mawar merah!"Makin yahud saja memang acting Sabda. Penuh totalitas," puji Yolan dalam hati."Yoni yang diberi mawar merah kenapa aku yang merasa disayangi, diperhatikan dan dicintai, ya? Oh ... Tuhan, ampuni aku."Mimik kocak Yolan membuat Yoni dan Sabda tertawa."Semoga harimu baik-baik saja dan menyenangkan ya, Yoni?" kata Sabda meminta Kakak Yolan itu menerima bunga pemberiannya.Yoni menerimanya seraya melirik Yolan, "Terima kasih. Kukira bunganya buat Yolan," ucapnya."Bukan, itu buat kamu, Yoni. Gadis tengil itu terlalu menyebalkan untuk menerima bunga pemberian dariku.""Eh ... eh, ngomong apa barusan, Sab? Coba bisa diulang? Yon, batalkan kedatangan kita ke acara syukuran
"Gimana ya, Ma, aku ngejelasinnya? Kalau gitu kita keluar dulu yuk, sekarang. Kasihan Sabda lama nunggu," elak Yoni agar tidak perlu menjawab Hananti.Bersamaan dengan itu terdengar suara di depan pintu kamar Hananti Wistara.Suara apa?"Yolan ... Mama?" suara Yoni dengan ketukan di pintu terdengar "Kan, Yolan nyusul. Ayo, Ma, Pa kita keluar," ajak Yolan.Ketiganya pun keluar dengan berondongan kata dari Yoni, "Lama banget Yoni manggil Mama sama Papa. Sabda udah nungguin dari tadi mau pulang tuh.""Iya ini kita mau nemuin Sabda," sahut Hananti yang berjalan paling depan ke ruang tamu."Malam Tante," sambut Sabda melihat Hananti. "Saya mau pamit pulang Tante," ucap Sabda lalu mengajak Hananti salaman dan mencium tangan wanita yang pernah jadi selingkuhan Papanya itu.Melihat Wistara, Sabda melakukan hal sama."Hati-hati ya, di jalan Sab. Sudah malam," balas Hananti lalu mengantar Sabda sampai halaman rumah.Sampai Sabda naik mobil dan meninggalkan rumah Yolan keempat orang itu masih b