Beranda / Lain / ANAK SELINGKUHAN MAMA / BAB 3. SABDA PERKASA ANAK SELINGKUHAN MAMA

Share

BAB 3. SABDA PERKASA ANAK SELINGKUHAN MAMA

Spontan melirik ke arah Mamanya dan Jaya Kumara di sudut sana.

"Coba Lan, Papa lihat handphone-mu?" ujarnya lalu duduk di antara Yolan dan Sabda Perkasa.

"Mau ngapain, Pa?" balas Yolan panik luar biasa. Dan itu sangat berat untuk Yolan karena mencoba bersikap netral di situasi seperti ini.

Yolan belum menghapus Sekerinsut chattingan Mamanya dengan Jaya Kumara beserta foto-foto jahanam mereka ....

Apakah hari itu akan jadi hari huru-hara dan Papa harus tahu semuanya? Perselingkuhan Istrinya dengan Pria yang sedang duduk di samping Mamanya?

"Tiiidaaak .....!!!"

"Eh, kenapa kamu teriak?" kata Sabda Perkasa hampir berbarengan dengan Papanya Yolan.

Yolan yang tidak sadar sudah berteriak menutup mulutnya dan menggenggam ponselnya dengan seluruh kekuatan jiwa raga.

Mamanya yang mendengar teriakan Yolan mendekat dengan Jaya Kumara.

"Kenapa, sih, Yolan? Ada apa? Kamu kenapa?" bisik Mama sambil mendekati Papa yang duduk di samping Yolan dengan wajah pias.

"Dari pada Papa harus memegang ponselku. Lebih baik sekalian membuat huru-hara," batin Yolan.

"Papa," sebut Mama dengan raut sok manisnya yang penuh sandiwara radio usang. "Kok, mama nggak lihat Papa datang, ya?" lanjutnya dengan mimik modusnya.

Yolan paham itu.

"Yaiyailah nggak lihat. lawong lagi asik melepas rindu setelah sebulan tidak bertemu," batin Yolan sambil mencibir melihat Mamanya.

"Ini, lho, Pa, Sabda Perkasa anak Om Jaya Kumara yang mau mama jodohkan ke Yolan!" cetus Yolan yang berpikir setelah ini akan menuntut Mamanya dengan ucapan terima kasih, karena telah menyelamatkan sang Mama dari aib perselingkuhan.

"Iya, Pa. Dan ini Jaya Kumara, Papanya Sabda. Kenalan Mama," celetuk Mama tidak tahu diri.

"Cuih!" Yolan benar-benar ingin menyinyiri Mamanya dan berhenti menjadi anak berbakti andai tidak melihat wajah lugu Papanya yang kadang membuat mental Yolan tertekan.

Dengan drama babak baru yang dibuat Mamanya, mereka kini duduk berlima di tempat yang sama. Meja bundar lengkap dengan lima kursi.

Entah sudah kompromi atau tidak dengan Mamanya, Jaya Kumara lalu memesan makanan yang jadi andalan kafe itu.

"Yang penting ponselku masih aman dalam genggaman dan selamat dari sentuhan Papa," batin Yolan.

Mama mensponsori acara salam-salaman antara suami--selingkuhan dan anak selingkuhannya.

Membuat Yolan ingin bernyanyi saja rasanya.

Si Udin dan Si Mamat, salaman!

Pak haji dan bu haji, salaman!

Tetangga dan tetangga, salaman!

Berjabat tangan ....

Si miskin dan Si kaya, salaman!

Pak guru dan bu guru, salaman!

Teman-teman sekolah, salaman, di sekolahan!

Suami dan selingkuhan, salaman!

Anak selingkuhan dan suaminya, salaman!

di dalam cafe!

Lagu itu dulu sering didengar Yolan saat nongkrong di toko kaset bajakan milik tetangganya. Kalau tidak salah penyanyinya Enno Lerian, yang menurut Mamanya seumuran dan mirip dengannya pada masanya.

Preeet!

"Nak Yolan, kamu besok nikah sama Mas Sabda saja, ya? Kemarin Mas Sabda baru keterima jadi polisi, sayang kalau sama cewek lain, belum tentu dapet yang baik," ucap Jaya Kumara membuat Yolan melongo.

Melongo karena baru tahu isi otak dan pemikiran selingkuhan Mama yang mindblowing.

Bukan hanya mengejutkan karena norak, tapi juga kacau dengan nalar yang terporak-porandakan.

Bagaimana mungkin mama bisa punya selingkuhan dengan pikiran seperti mbah buyut zaman zeboth? Malah lebih bagus pemikiran Mbah Buyut kayaknya dari pada Jaya Kumara. Yakan?

"Mas Sabda Perkasa sepertinya bukan tipe cowok idamanku, deh! Please-lah Mama jangan jodoh-jodohin gini!"  ceplos Yolan agar Jaya Kumara dan Sabda Perkasa  paham kalau Yolan tidak berminat dengan perjodohan itu. 

Bukannya sadar, si selingkuhan Mama malah makin menjadi. "Atau mau sama Kakaknya Sabda? Calon dokter, cakep juga, tapi sudah punya calon, sih? Cantik calonnya--calon dokter juga," ucapnya songong seperti biasa.

"Emang Mas Sabdanya nggak punya calon? Kok dijodoh-jodohin sama Yolan?" sahut Yolan.

"Mas Sabda sebenarnya juga sudah punya calon, Nak Yolan, tapi dianya nggak suka. Maunya sama Yolan saja biar bisa besanan sama Mama dan Papanya Yolan."

Halah modus. Bilang saja biar perselingkuhan kalian lancar.

"Astaga, Om. Mana bisa gitu! Aku nggak pengen, ya, dijodohin sama Mas Sabda Alam atau sama siapapun. Mau calon dokter, kek. Calon polisi, kek. Masa aku yang cantik gini tiba-tiba nyempil jadi pelakor. Serem!"

"Ralat, Sabda Perkasa, bukan Sabda Alam!" protes si pemilik nama dengan gaya sok militer mentang-mentang calon polisi.

Persis kelakuan Papanya, sih, songongnya.

"Iya, itu. Makasih ralatnya," balas Yolan gedeg.

Jaya Kumara dan Mama Yolan saling pandang. Kali ini mamanya lumayan membungkam karena ada Papa.

Coba kalau tidak ada Papa seperti saat bersama Yoka waktu itu. Mungkin habis sudah Yolan dibantai Mamanya dengan kata-kata semau gue ala Mama.

"Kalau Nak Yolan ingin berbakti dan menyenangkan orangtua, terima saja perjodohan ini," ucap Jaya Kumara makin menyebalkan.

"Sulit Om, karena aku nggak cinta," tukas Yolan.

"Padahal pernikahan yang pake cinta juga banyak yang akhirnya cerai. Perjodohan itu nggak selamanya buruk, kok. Bisa saja rasa tidak suka yang sekarang dirasakan Nak Yolan sama calon jodoh, nanti bisa berubah mendadak jadi rasa cinta," bebernya membuat mual.

"Bukan rasa tidak setuju lagi Om yang kurasakan. Tapi benci," teriak Yolan di hati.

"Aku tetap tidak bersedia. Karena hidupku, aku yang jalani. Jadi, Om sama Mama tidak ada hak untuk menjodohkan atau menuntut Yolan dijodohkan dan menikah dengan pilihan kalian. Emang dulu Mama dan Papa menikah karena dijodohkan? Atau Om Jaya menikah dengan Istri Om karena dijodohkan?!" tanya Yolan tegas.

"Memang siapa, sih, yang punya ide dengan perjodohan ini? Dulu Mama sama Papa tidak dijodohkan. Dengar kata Yolan, Ma, kalau anak kita saja tidak senang dengan perjodohan ini, bagaimana Yolan bisa bahagia? Berarti Mama egois dong, berbahagia di atas ketidak bahagiaan anak sendiri?" timpal Papa yang sedari tadi diam.

"Terima kasih, Pa, sudah mendukung Yolan. Hidup itu harus jujur dan apa adanya, 'kan? Yolan tidak mau hidup dalam kepura-puraan. Jadi, perjodohan tidak dalam kamus hidupku!" sindir Yolan untuk Mama dan selingkuhannya.

"Yolan emang masih single dan belum mikirin jodoh, tapi apa Mama setega itu memaksa kalau Yolan nggak mau. Yolan bisa cari jodoh sendiri, Ma. sekarang Yolan mau tanya. Kenapa Mama mau menjodohkan Yolan sama anak Om jaya, sebenarnya ada apa, Ma?" desak Yolan.

Wajah Mama pucat. Sementara si Jaya sok asik senyum-senyum nggak jelas.

"Apa Karena Om Jaya orang kaya? Karena hutang budi atau ada hal lain?" ucap Yolan dengan kelebatan di kepala, chat mesum Mamanya dengan Jaya di messenger.

Pandai sekali memalsukan wajah busuknya si Jaya dan Mama di depan Papa.

Andai Papa tidak datang ke kafe mungkin mereka masih asik masyuk melepas n*fsu selingkuh yang tersendat karena Papa membatasi Mama keluar dengan kegiatannya.

Lalu kenapa Papa menyusul aku dan Mama kafe, ya? Apa maksud Papa?

***

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status