Beranda / Fantasi / AJISEKA / 101. Ajal Sumokolo

Share

101. Ajal Sumokolo

Penulis: Arya. P
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Shat!

Blam!

Seberkas sinar putih melesat cepat menghantam tubuh Sumokolo yang sedang tertawa pongah. Mulutnya terbungkam manakala dirinya tenggelam dalam cekungan tanah kering. Ya! Sumokolo tidak menyangka jika pemuda yang dianggap lemah itu melontarkan energi besar ke arahnya, akibatnya ia terlempar jauh dan terhempas begitu keras.

“Hoek!” darah menyembur deras dari mulut Sumokolo.

Sekian lama dirinya membungkam dan menahan rasa asin di mulut, pada akhirnya ia tidak mampu menahannya. Namun, daya tahan tubuhnya tidaklah lemah. Bahkan, setelah darah tercurah Sumokolo masih mampu menyeringai.

“Uuhk! Rupanya kau menekan energimu, aku tak menyangka kekuatanmu cukup mengerikan, wahai anak muda. Mari selesaikan,” ujar Sumokolo.

“Setiap manusia yang memakai simbol bunga kenanga wajib ku basmi, sekalipun dia pimpinannya, Suuuah...”

Ajiseka melesat ke arah Sumokolo, tidak ada keraguan diri. Bahkan, semakin cepat menghabisi lawan maka permasalahan di wilayah selatan akan cepat berakhir. Pertaru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AJISEKA    102. Leburnya padepokan

    Bayangan hitam menyelinap masuk melewati pigura berlambang bunga kenanga, sosok itu tidak lain adalah Raja dedemit. Ia mendatangi makhluk bergaun merah di dalam ruangan khusus sekte Kembang Kenongo. Sosok itu tidak lain adalah Sariti, ia menatap heran raut gusar Raja dedemit, terlebih tidak biasanya makhluk itu meninggalkan raga Sumokolo.“Ada apa? Kenapa kau meninggalkan pimpinan sekte, adakah sesuatu yang terjadi?” tanya Sariti.“Ada hal yang perlu dibicarakan, dan kemungkinan besar hari ini Sumokolo tewas ditangan pemuda itu.” ucap Raja dedemit kepada Sariti.“Pemuda siapa yang kau maksud,”“Pemilik roh Nogoweling, buronan sekte Kembang Kenongo. Aku heran, dirimu tidak turun tangan mengenai hal ini,” Raja dedemit menatap tajam wanita ayu di depannya.“Pemuda itu lagi?”Raja dedemit hanya mengangguk mendengar keheranan Sariti. Sesungguhnya ia memahami mengapa wanita itu tidak cepat bertindak. Hal itu tidak lain karena pemuda yang menjadi buronan mereka selalu menyembunyikan kekuatan

  • AJISEKA    103. Sumokolo asli

    Tatapan yang tidak biasa, dan jika lengah seseorang akan mengikuti apa-pun keinginannya. Sayang wanita ayu itu adalah murid dari pedepokan lelembut, jelas upaya lelaki itu sia-sia. Alih-alih terpengaruh, Galuh malah menghajar kedua tetua muda dari padepokan Lowo Ireng dengan pusaka selendang pelangi miliknya.Tak ayal dua lelaki itu meregang nyawa tanpa perlawanan. Bahkan, untuk menutup matanya saja keduanya tidak sempat. Sebab hempasan selendang Galuh begitu cepat membentur dada dan langsung menghancurkan organ dalam mereka.Dua tetua kebatinan tewas dan dua orang tetua muda di jalur kanuragan juga mengalami hal yang sama, tersisa lima tetua yang berdiri dan mulai di hantui keraguan. Pasalnya empat rekannya berakhir mengenaskan di tangan dua orang muda saja. Sedangkan mereka tau di luar sana banyak orang yang berniat sama, ingin menghancurkan padepokan Lowo Ireng.Setelah mendapat isyarat dari Ajiseka, Haryo Wicaksono gegas menginstruksikan anak didiknya. Mereka maju serempak menyisi

  • AJISEKA    104. Warga sekte Kembang Kenongo

    Adhinata, walaupun ia seorang pimpinan padepokan besar tetapi ia tidak terlalu memahami keberadaan siluman. Dirinya mendengarkan peringatan yang di sampaikan, tetapi tidak mempercayai pengakuan Gaharu jika dirinya siluman elang. Tetapi, setelah gaharu pergi dengan wujud aslinya, Adhinata baru menyadari jika ucapan pemuda itu benar adanya.“Baiklah, baiknya kita tunggu kedatangan Ajiseka. Jika siluman sudah bertindak dan mengabarkan, artinya lawan kita bukan hanya manusia. Kemungkinan makhluk serupa ada di tempat itu,” ujar Adhinata kepada rombongannya.“Baik, Ki.” jawab serentak anggota Adhinata.Mereka mencari tempat tidak jauh dari pertemuannya dengan Gaharu, dan sesuai dengan permintaan siluman elang perak yang meminta menunggu kedatangan Ajiseka. Tetapi, sesuatu tidak terduga terjadi. Puluhan orang dengan ekspresi dingin tiba-tiba muncul berbarengan dengan Ajiseka, bersamaan dengan itu lengkingan burung elang terdengar di angkasa.“Mari, Ki. Tetap waspada, sebab di depan sana banya

  • AJISEKA    105. Kuasa Nogoweling

    Rupanya aksi saling intai terjadi, Gaharu di perhatikan oleh sepasang mata. Tetapi sepasang mata itu juga mendapat perhatian khusus dari Paksi Maruta. Bahkan, sedikit saja pemilik sepasang mata itu bergerak, maka Paksi Maruta akan melakukan tindakan.Sementara itu adu kekuatan baru saja terjadi, Calingkolo mengambil peran penyerangan utama. Pasalnya diantara yang lain, dia yang paling mumpuni dan paling kuat. Sedangkan Rimpang dan Condro Kumolo hanya sesekali saja Ikut menyerang, mereka cenderung lebih waspada daripada Kakak seperguruannya.Rimpang memiliki kecerdikan seperti halnya kera. Sedangkan Condro Kumolo sedikit pendiam, tetapi memiliki serangan yang membuat lawannya harus menambah kewaspadaannya. Pasalnya, sekali ia bergerak ada saja bagian tubuh lawan akan terkoyak oleh cakarnya.Tetapi, tingkat kekuatan yang berbeda jauh membuat ketiganya begitu sulit melukai. Berulang-kali lawannya jatuh dan terluka. Namun, setiap kali berdiri ia kembali pulih, seolah tidak terjadi apa-apa

  • AJISEKA    106. Adhinata terluka

    “Aaargh...”Erangan siluman menggema di seantero lingkungan sekte Kembang Kenongo, Asap mengepul dari tubuh lelaki yang tengah bersimpuh lemah di hadapan Ajiseka. Rupanya roh Nogoweling tidak memberi ampun dan melebur sosok siluman yang melawannya. Tetapi rupanya lelaki lemah yang tidak lagi memiliki energi siluman itu kembali berdiri tegap dan menunjukkan seringai bengis.Begitu juga dengan Ajiseka, roh Nogoweling sudah kembali ke tubuhnya. Kini, dua sosok lelaki itu saling berhadapan dan siap mengadu digdaya murninya. Jelas kesempatan Ajiseka untuk memperagakan jurus serta kekuatan fisik yang ia pelajari dari Janudoro dan Ki Balung Wojo, dua guru beladiri dari alam yang berbeda.Jual beri serangan terjadi, dan sesekali Ajiseka menirukan jurus milik lawannya. Ya! Satu kelebihan yang membuat musuh meradang marah. Seperti halnya lawan Ajiseka saat ini, amarahnya memuncak dan gerakannya semakin tidak beraturan.“Bedeb*h!” teriak lelaki itu penuh kekesalan.Terlebih saat semua seranganny

  • AJISEKA    107. Pancabala tertipu

    Kunci Raga, ilmu warisan leluhur Ajiseka itu memang benar-benar membuat lawan tidak berkutik sama sekali. Tidak hanya mengunci raga manusia, tetapi juga berlaku untuk makhluk astral. Dan karena ilmu itu, nasib Pancabala berada di ujung tanduk.Mulanya Pancabala mencoba memberontak, tetapi saat melihat yang berbicara adalah pemuda yang selangkah lagi terbunuh olehnya masih berdiri gagah dan tanpa luka, ia pun mencoba menenangkan diri. Otaknya mulai memikirkan cara untuk meloloskan diri dari kematian. Jelas ia merasa kalah jika nekat melakukan perlawanan, pasalnya aura alam yang ia gunakan sama-sekali tidak mampu melukai lawannya.Walaupun pemuda itu sempat terdesak, tetapi nyatanya ia tidak mengalami luka sedikit-pun. Dan itu artinya kekuatannya berada jauh di atasnya. Tentu Pancabala sudah memikirkan untung ruginya sebelum bertindak.“Baiklah, aku rasa seluruh kekuatanku tidak mampu melawan dirimu. Lakukan yang harus kau lakukan anak muda, aku tidak menyesal jika kau membunuhku. Setid

  • AJISEKA    108. Kematian yang mudah

    Di ruangan khususnya Pancabala berjalan mondar-mandir memikirkan langkah selanjutnya. Tidak dipungkiri jika kekalahannya menciptakan kegelisahan luar biasa. Ia tidak habis pikir, selama ini sepak terjangnya selalu menjadi sorotan, baik pihak lawan atau sebaliknya. Nyatanya hari ini ia harus menelan pil pahit kekalahan hanya dengan melawan seorang pemuda. Ia bingung apakah dirinya yang terlalu lemah atau musuhnya yang tidak tertandingi, pasalnya dirinya dinobatkan oleh sekte sebagai tetua yang paling mumpuni. Seiring waktu berjalan dan lelahnya langkah kaki yang tidak jelas, pikiran Pancabala kian didera gelisah, tetapi lagi-lagi ia tidak tau harus bagaimana.Bahkan, kebiasaan memanggil sang junjungan di ruangan khususnya benar-benar hilang dari ingatan. Pancabala mencoba bermeditasi, mencari ketenangan dan berniat membangkitkan lagi energi tenaga dalamnya. Mengingat ucapan Ajiseka yang menyebut jika tenaga dalam miliknya terkuras habis sewaktu proses pelepasan dirinya dari jerat ilmu

  • AJISEKA    109. Kehadiran Danuseka dan Dirgodono

    Cairan merah kental mengucur deras, menggenangi lantai aula sekte yang terbuat dari batu-batu pilihan dan terjejer rapi. Berakhirnya hidup seorang wakil pimpinan aliran hitam di tangan pimpinannya sendiri. Bukti jika pengabdian dan jasanya tidak berguna manakala tubuhnya tidak lagi mampu memberikan kontribusi kekuatan terhadap sekte.Bahkan, saat terakhirnya masih tersiksa. Menjadi tumbal peningkatan kekuatan oleh siluman manusia berkepala anjing yang bersarang di raga Sumokolo. Tragis, tetapi itulah nasib yang menimpa Pancabala di akhir alam kecil, dan terombang-ambing di alam besar yaitu Nirwana.Sedangkan pimpinan sekte dan pimpinan padepokan Lowo Ireng sendiri melenggang tanpa beban setelah membunuh dan menyerap energi kehidupan wakil pimpinannya. Memasuki bilik pribadi dan kembali merajut lagi ritual asmara gila yang mereka jalani demi sebuah kekuatan yang digadang mampu meleburkan kekuatan besar yang mengancam keamanan sekte aliran hitam.Disisi lain, Sewunyowo tengah menggila.

Bab terbaru

  • AJISEKA    141. Akhir perjalanan manusia.

    Tidak sedikit warga yang langsung jatuh pingsan manakala sosok hitam besar memorak-porandakan tempat berlangsungnya Ritual doa-doa. Melihat hal itu Ajiseka tidak dapat menahan dirinya, pasalnya malam ini adalah malam sakral pemakaman jasad kuno leluhurnya. Ia langsung menghempaskan kekuatan besarnya ke arah sosok hitam besar itu, lebur dan tanpa ada perlawanan yang berarti.“Lanjutkan ritual doanya, Romo? Biarkan aji yang membersihkan area ini dari gangguan-gangguan itu,” ujar tegas Ajiseka.“Baiklah, saudaraku sekalian, mari lanjutan lantunan doa, agar esok hari dan seterusnya kita terbebas dari ketakutan. Yakinkan yang meragu dan gelisah agar kembali khusyuk, biarkan Ajiseka yang membereskan kekacauan ini.” ajak Danuseka.Disisi lain, tidak ada lagi makhluk yang membayangi arwah Sekar Sari. Ia mengambang di atas cungkup Punden, menyaksikan seluruh warga mendoakan dirinya agar tenang. Namun, ia terganggu dengan kehadiran Ajiseka yang juga mengambang.“Nyai, sesungguhnya apa yang meny

  • AJISEKA    140. Jasad leluhur

    Dhar!Dhar!Ajeng Ratri mengamuk manakala menyadari raga Sekar Sari telah di Hujam dengan senjata, akibatnya pertarungan terjadi di dalam ruangan itu. Bahkan, ruangan yang semula tertata rapi dengan wewangian yang semerbak, kini hancur lebur. Rumah gaib alam mimpi yang ia bangun sedemikian rupa senyatanya hancur dalam beberapa saat saja.“Bedebah! Tidak seharusnya aku percaya begitu saja dengan kalian!” Teriak Ajeng Ratri.Kemarahannya memuncak dan menyebabkan hawa panas tak terkira di dalam ruangan itu. Beruntung Sekar Pinesti lebih dulu menyusup dan keluar dari ruangan tanpa sepengetahuan wanita tua yang sedang di amuk amarah. Sedangkan Ajiseka sendiri masih bergeming, kemarahan wanita tua itu sama sekali tidak menjadi masalah untuk dirinya.“Hancurkan sepuasmu, Nyai ...” ujar Ajiseka.“Kau harus bertanggungjawab!” teriak Ajeng Ratri.Tubuh ringkihnya tiba-tiba membesar gagah dan hitam. Bahkan, ukurannya terus meningkat mengikuti amarahnya. Namun, lagi-lagi Ajiseka tetap bergeming.

  • AJISEKA    139. Raga mati Sariti

    Senja jingga terlewati, temaram pun mengantar sang malam mencapai puncak kelam. Di sebuah bangunan kuno di atas Puncak Punden, beberapa orang tengah khusyuk memanjatkan doa untuk leluhur yang disemayamkan di lokasi itu. Punden Kepaten, nama yang terlontar dari mulut Danuseka akibat beberapa kali menjadi tempat terjadinya kebengisan manusia yang bersekutu dengan siluman, juga arwah penasaran.Orang-orang itu tidak lain, Ajiseka berikut kedua orang tuanya, Projo dan beberapa orang yang memiliki pengaruh di wilayah Punden. Kecuali Dadungkolo, lurah Wono wingit yang membelot dan memilih bersekutu dengan siluman ular yang bernama Dewi Sengkolo.Obor-obor di tancapkan untuk sarana penerangan, lalu setelah selesai memanjatkan doa rombongan mereka bertolak ke wilayah selatan. Melewati desa Wono Kahuripan yang di pimpin oleh lurah Janudoro, penghujung desa terlewati. Namun, perjalanan belumlah selesai.Ajiseka dan rombongan berjalan menuju hamparan hutan sisi Selatan Punden, tempat dimana poho

  • AJISEKA    138. Laut Utara

    Seluruh warga Wono Wingit menghentikan aktivitas manakala terjadi gemuruh di angkasa, hal itu di sebabkan oleh pertarungan Ajiseka yang melintasi wilayah tepi Utara. Tidak hanya suara gemuruh yang menyebabkan kekhawatiran, pasalnya sesekali Ajiseka turun saat pemuda titisan iblis mendaratkan tubuhnya di pepohonan. Akibatnya kerusakan terjadi di area itu.Letak wilayah desa yang kebetulan berada di Utara punden, jelas terkena imbasnya. Beruntung pertarungan itu hanya melintas di pinggiran desa dan menghancurkan pepohonan yang ada. Melihat kekacauan yang terjadi, warga yang kebetulan hendak meladang memilih kembali ke desa.Sementara itu, Ajiseka terus menggempur pemuda titisan iblis hingga ke lautan. Beruntung pelarian musuhnya melewati jalur udara dan tidak lagi mendaratkan diri di wilayah perkampungan. Pada akhirnya laut Utara menjadi titik akhir pelarian, pertarungan sengit kembali terjadiLaut yang semula tenang kini dihiasi dengan deburan silih berganti, kebetulan keduanya memilik

  • AJISEKA    137. Danau yang hilang

    Alam yang temaram memanas. Senyatanya Danuseka tidak selemah seperti dugaan Ajeng Ratri, setiap digdaya yang dikeluarkan mampu di halau begitu mudah oleh Danuseka. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat alam ilusi buatan Ajeng Ratri itu hancur lebur, sayangnya setelah kehancuran itu terjadi Ajeng Ratri juga turut menghilang.Dan ketika Danuseka kembali ke alam nyata ia baru tersadar jika dirinya tengah di pecundangi oleh Sariti. Dirinya sengaja di giring ke alam ilusi agar wanita jelmaan itu terbebas dari incarannya. Danuseka yakin Sariti sudah pergi jauh meninggalkan wilayah Punden, lelaki itu lantas kembali berbaur dengan tiga rekannya.“Bagaimana, kang?” tanya Danuseka kepada Janudoro.“Sementara kekuatan mayat hidup itu berkurang banyak, Ki? Namun, kita harus mewaspadai jika nantinya mereka bangkit lagi,” jawab Janudoro.“Dimana Ki Sawung dan Ki Dirgodono, saya tidak melihat keberadaan mereka, Kang?”“Tenaga mereka terkuras habis dan sedang melakukan pemulihan, beruntung ada ba

  • AJISEKA    136. Memasuki alam mimpi

    Pertarungan terjadi di tiga tempat, Ajiseka masih dengan pemuda siluman titisan iblis. Janudoro, Ki Sawung dan Dirgodono meneruskan pertarungannya dengan mayat hidup. Di bantu oleh para siluman termasuk pimpinannya yang menyusupi raga mayat hidup, akibatnya sebagian makhluk itu saling serang dengan rekannya.Sedangkan Danuseka baru saja mengejar Sariti yang terbang kesana-kemari, ya! Pertarungan mereka lebih banyak terjadi di udara. Di pohon-pohon dan sesekali turun ke daratan. Tidak masuk akal memang, bahkan jika yang melawan Sariti bukanlah praktisi supranatural niscaya hanya akan menjadi mainan wanita jelmaan itu.Seperti halnya saat ini, Danuseka mengeluarkan digdayanya secara bersamaan. Pasalnya, pergerakan yang dilakukan Sariti sungguh gesit. Bahkan, cenderung menggunakan tipu muslihat yang sangat mengganggu konsentrasi Danuseka.“Danuseka... Sepertinya aku tidak perlu sungkan lagi terhadap leluhurmu, baiklah... Jika itu yang ada pikiranmu, maka kau tidak salah sedikit pun... Ak

  • AJISEKA    135. Seteru Danuseka dan Sariti

    Sorot penuh amarah terlihat jelas di tatapan mata Danuseka, sebab sosok arwah yang ada di depannya tidak lain adalah Sekar Sari atau Sariti. Dahulu semasa hidup dan di jaman terbentuknya keraton Setyaloka, Sekar Sari merupakan salah satu anak pemilik keraton dari istri kedua yang bernama Ajeng Ratri. Wanita yang memiliki ilmu hitam dan menguasai kekuatan ilusi, atau lebih dikenal dengan penguasa alam mimpi.Artinya, Sekar Sari atau Sariti juga salah satu leluhur Danuseka. Namun, karena sifat serakah dari Ajeng Ratri yang ingin menguasai keraton Setyaloka membuat ia harus terusir. Ia ditempatkan di sisi selatan bagian luar Setyaloka yang sekarang menjadi Punden.Bahkan, keberadaan arwah yang kini diselimuti oleh aura buruk dari alam kegelapan tidak luput dari sumpah serapah Sekar Sari sendiri yang juga di Amini oleh ibunya, Ajeng Ratri. Tidak heran, sebab kematiannya pun diwarnai dengan kekejian. Dan tidak disangka, sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Sariti itu masih ingin menguas

  • AJISEKA    134. Sekar Sari alias Sariti

    Hampir tengah malam Danuseka dan dua rekannya masih berjibaku melawan hampir seratus mayat hidup yang di bangkitkan oleh pemuda titisan iblis. Bukan perkara mudah mengalahkan makhluk-makhluk itu, pasalnya mereka benar-benar kembali hidup, tetapi berbeda dengan layaknya manusia. Sebab perangai orang-orang itu lebih menyerupai makhluk kegelapan, datar dan hanya fokus menyerang saja.Keberadaan mayat hidup yang berwujud Roro Palupi, Danuseka langsung memikirkan sesuatu. Pasalnya, pimpinan padepokan itu tidak mungkin secara kebetulan menjadi korban untuk siluman danau tepi barat. Dan pada akhirnya pemikiran Danuseka berhenti pada satu sosok yang di anggap cukup memungkinkan menjadi tersangka.Sariti, wanita jelmaan itu menjadi satu-satunya orang yang memungkinkan menjadi pelaku. Pemikiran Danuseka tidak hanya berhenti di situ saja, ia menggabungkan rentetan peristiwa yang di ceritakan rekannya di wilayah selatan. Lelaki itu menggeleng pelan manakala semua rentetan kejadian itu masuk akal,

  • AJISEKA    133. Tulang yang kembali hidup

    Raja Tirta Dunya membisiki Ajiseka agar keluar dari pusaran air Danau, hal itu di lakukan karena tidak adanya pengawasan dari pihak lain. Sedangkan pemuda siluman ikan titisan iblis itu bukanlah lawan yang tepat untuk Ajiseka. Tentu raja Tirta Dunya sudah mempertimbangkan dan menelisik seberapa kuat kekuatan iblis yang berada ditubuh pemuda siluman itu.Sesaat setelah mendapat bisikan, Ajiseka langsung melesat ke daratan. Seketika pusaran air itu pudar dan beradu, akibatnya gelombang air yang cukup tinggi menyembur hampir setinggi tebing. Tidak lama setelah aktivitas air mereda pemuda siluman pun turut melesat ke atas menusuk Ajiseka.“Banyu Panguripan, ijinkan ibu melengkapi kekuatan yang ada di tubuhmu,” ujar Dewi Panguripan kepada Ajiseka.“Maksud Kanjeng Ibu?” jawab Ajiseka. Dirinya merasa kebingungan dengan maksud melengkapi yang di lontarkan oleh Ibu angkatnya.“Ibu harus merasuk dan melengkapi kekuatan yang kamu miliki. Sebentar lagi gelap dan Ibu yakin iblis itu akan mengumpul

DMCA.com Protection Status