"Belajar yang rajin ya, Sayang," ucap pria paruh baya kepada seorang gadis cantik.
"Siap, Papa," jawabnya setelah mencium punggung tangan Papanya. Dia membalas senyum manis Papanya lalu bergegas keluar dari mobil, karena bel masuk akan segera berbunyi.
Melihat mobil yang mengantarnya sudah melesat pergi. Barulah dia menatap sekolah barunya dengan senyum mengembang. Rasanya begitu senang karena bisa kembali sekolah di kota kelahirannya.
Gadis itu Adiva Dania Khanza dan yang mengantarkan tadi adalah Afnan - papanya.
Setelah puas melihat sekolah barunya, Diva mulai berjalan untuk mencari ruang kepala sekolah.
Wajah yang sangat cantik mulus, kulit putih dan body goals membuat Diva menjadi pusat perhatian. Bahkan kaum adam pun tidak segan untuk mengeluarkan gombalan serta siulan menggoda. Meskipun di sekolah mereka banyak perempuan cantik, tetapi pesona Diva jauh lebih kuat, sampai membuat beberapa kaum hawa berdecak sinis karena iri.
Sedangkan yang menjadi sorotan hanya melempar senyum manisnya. Baginya, sudah tidak asing lagi menjadi pusat perhatian seperti ini.
Saking asiknya melihat sekeliling, Diva sampai tidak memperhatikan jalan di depannya.
Bruk!
"Awss," rintih Diva kala bokongnya menghantam lantai.
Merasa kesal karena tidak ada yang membantunya, dengan cepat Diva bangkit dan mengabaikan bokongnya yang terasa begitu sakit. Dia ingin memarahi pelaku yang sudah menabraknya.
"Lo kalo jalan liat-liat dong!" seru Diva kepada cowok di hadapannya.
Dahinya mengernyit, kekesalannya semakin memuncak saat tidak mendapat respon dari keempat laki-laki di depannya.
"Dasar bisu!" umpat Diva lalu berjalan meninggalkan ke empat laki-laki itu yang masih terbengong dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Hari pertamanya sangat sial, jatuh hingga membuat bokongnya sakit dan bertemu segerombolan orang bisu.
"Eh anjir itu cewek apa bidadari," celetuk salah satu di antara keempatnya.
Mereka yang mendengar ucapan sahabatnya lantas tersadar.
"Woah, Vin, mau gue pepet ah," sahut salah satunya dengan mata berbinar senang. Target baru.
"Bar, dia terlalu cantik buat lo," ujar laki-laki yang dipanggil Vin tadi dengan senyum mengejeknya.
"Bos, baru kali ini ada cewek yang berani sama lo," ujar laki-laki yang dipanggil Bar tanpa mempedulikan ucapan sahabatnya.
Mereka adalah anggota inti geng danger. Sebuah geng motor yang terkenal di Jakarta, berisi ratusan anggota dengan ilmu bela diri yang begitu hebat.
Yang menabrak Diva tadi adalah Adit - ketua danger, sedangkan yang berdebat Bara dan Revan, serta Daniel yang hanya menjadi penyimak.
"Ya," jawab Adit singkat dan langsung melenggang pergi menuju ke kelasnya. Sebenarnya dia cukup kaget karena baru pertama kali ini ada yang berani kepadanya. Apalagi seorang perempuan, di mana biasanya mereka centil dan berusaha menarik perhatiannya, tetapi berbeda dengan gadis tadi. Terlihat begitu berani dan tanpa sadar sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman tipis saat mengingat wajah menggemaskan dari gadis tadi.
"Yaelah kita ditinggal terus. Enggak bisa apa sehari aja gitu jalan barengan," gerutu Bara.
"Kita? lo aja kali gue enggak," ucap Danil dan Revan serempak lalu keduanya menyusul Adit, meninggalkan Bara yang mengelus dadanya sabar.
"Gini amat nasib gue," gumamnya dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.
**
Tok! Tok!
"Masuk!"
Mendengar perintah dari dalam, Diva langsung melangkahkan kakinya memasuki ruang kepala sekolah.
"Permisi, Pak, saya murid baru," ucap Diva sopan.
Senyum Kepala Sekolah langsung merekah saat melihat Diva. Dia sudah tahu semua prestasi dan bakat yang dimiliki gadis cantik di depannya ini.
"Nak Diva, kamu di kelas ipa 1," jawab kepala sekolah yang diketahui bernama Pak Satya.
"Baik, Pak, terima kasih." Diva mencium punggung tangan Pak Satya sopan.
Setelah keluar dari ruang Kepala Sekolah, Diva mulai melangkahkan kakinya menelusuri koridor. Tujuannya untuk mencari letak kelasnya, yaitu Ipa 1.
Tok tok tok "Permisi, Bu, saya murid baru," ucap Diva yang berada di ambang pintu. Kelas yang tadinya hening seketika menjadi heboh karena kedatangan Diva. "Sudah cukup dan kamu sini masuk!" perintah guru yang bernama Bu Ita. "Ayo perkenalkan dirimu!" lanjut Bu Ita "Hai guys kenalin nama gue Adiva Daania Khanza, biasa dipanggil Diva. Semoga bisa berteman dengan baik," ucap Diva kala kelas sudah hening. "Apa ada pertanyaan, Anak-anak?" tanya Bu Ita. "Udah punya pacar belum?" "Nomer W******p dong!" "Skincarenya apa?" "Sini sama aa' aja," ucap mereka serempak yang membuat kelas menjadi gaduh. "Sudah-sudah pertanyaan kalian tidak penting. Nak, kamu duduk dengan Annisa ya," ucap Bu Ita kepada Diva. "Iya, Bu." Setelah samp
Sepanjang perjalanan menuju kantin, mereka menjadi pusat perhatian. Adit berjalan paling depan dengan gaya coolnya seperti biasa. Di samping kanannya ada Daniel yang tersenyum membalas sapaan siswi-siswi.Sedangkan Revan merecoki Bara yang sedang menggoda adik kelas. "Woy, Bar, udah napa jangan godain terus," celetuk Daniel saat melihat Bara yang terus mengedipkan sebelah matanya pada siswi yang dilewatinya. "Tau tuh tobat Bar tobat," timpal Revan yang sudah terlanjut kesal dengan tingkah sahabatnya itu. "Wajah gue ganteng jadi gue manfaatin dong," jawab Bara seraya menyisir rambutnya ke belakang, membuat beberapa siswi memekik tertahan. "Hai, Adik cantik." Bara semakin menjadi hingga membuat adik kelas tersebut tersipu malu. "Cantik," lanjut Bara berkedip genit. "Diem, Bar!" geram Adit dengan nada kelewat datar. Dirinya cukup terganggu denga
Jalannya hidup tidak ada yang tau bukan?Sama seperti yang di rasakan Diva saat ini.Jika tadi pagi masih single, beda dengan sekarang yang menyandang gelar pacar ketua geng Dragon.Berita di kantin langsung menyebar luas.Saat ini Diva dan para sahabatnya sedang membereskan alat tulis, karna jam pelajaran telah usai.Memang setelah dari taman belakang mereka memutuskan untuk kembali ke kelas sebelum ketahuan telah menguping."Lo pulang bareng siapa, Va?" tanya Nisa setelah membereskan alat tulisnya."Enggak tau, mungkin naik taxi," jawab Diva tanpa menatap lawan bicaranya."Yaudah yuk kita kedepan aja," sambung Mira yang sedari tadi memperhatikan obrolan kedua sahabatnya."Gue masih gak nyangka tau Va, kalau lo jadi pacarnya Adit," celetuk Tika heboh.Mira yang mendengar celetukan Tika hanya memutar bola matanya malas. Pasalnya sedari tadi
Awali pagimu dengan sarapan.Karna harapan juga butuh energi.Seperti halnya Diva yang saat ini tengah melakukan sarapan bersama orang tuanya.Abang Diva sedang berada di negara Paman Sam untuk melanjutkan studinya."Ma, Pa, Diva berangkat dulu ya," pamit Diva setelah menyelesaikan sarapannya."Kamu di antar supir?" tanya Afnan sambil menatap wajah putri satu-satunya."Iya, Pa," jawab Diva."Yaudah Diva berangkat Ma, Pa," ucap Diva dengan mencium tangan kedua orang tuanya."Hati-hati ya, Sayang," pesan Githa."IYA, MA."**Sesampainya di sekolah Diva menjadi pusat perhatian.Banyak yang terang-terangan menatap dirinya.Apalagi semenjak kejadian di kantin."DIVAAA!"Mendengar ada yang memanggil dirinya Diva mencari sumber suara.Ternyata disana ketiga sahabatnya ber
Suasana kantin saat ini di penuhi dengan tawa."Gue itu pacarnya Adit," ucap Angel percaya diri.Mendengar ucapan Angel tawa yang tadinya mereka kini semakin keras.Angel bingung kenapa mereka ketawa?"Lo pacarnya Adit?" tanya Nisa mendengus geli."Iya dong," jawab Angel mengibaskan rambutnya."Heh, yang pacarnya Adit itu Diva," celetuk Mira ketus."Jelas disini yang pacarnya Adit itu gue!" teriak Angel tak terima."Coba lo tanya sama semua yang ada di sini," tantang Tika tersenyum meremehkan.Merasa tak terima Angel dengan percaya dirinya bertanya kepada semua yang ada di kantin."GUYS DISINI YANG PACARNYA ADIT GUE APA DIVA?" tanya Angel lantang."DIVA," Seru semuanya serempak.Wajah Angel berubah menjadi merah padam, antara malu dan marah."Urusan kita belum selesai
Semua mata terpaku pada 1 titik. Disana, Diva berdiri dengan anggunnya.Semua mata terpesona membuat Adit geram, ingin sekali dia mencongkel mata pria yang melihat kekasihnya dengan tatapan kagum.Diva menggunakan celana hottpans selutut dengan atasan baju crop dibalut rompi selutut tanpa lengan, yang memperlihatkan perut rata serta mulusnya."Woah gila cantik banget." "Mulus banget ya ampun.""Perutnya rata coy.""Aaa insecure."Lapangan indoor mulai gaduh setelah beberapa saat mereka tercengang dengan penampilan Diva yang memukau."SAAT INI KITA AKAN SELEKSI, SIAPA YANG LEBIH UNGGUL AKAN TERPILIH MENJADI KETUA DANCE," ucap Bu Rere lantang."Silahkan Angel," ucap Bu Rere mempersilahkan Angel memasuki lapangan indoor.Bisik-bisik mulai terdengar. Mereka tidak meny
Jika menghadapi lawan kita tidak perlu tergesa-gesa. Cukup tenang dan buat lawan mu bungkam dengan keberhasilan mu.Seperti yang dilakukan Diva sekarang. Jika orang lain mungkin sudah gugup, namun Diva tetap tenang dengan senyum manisnya."INI DIA DIVA," ucap Bu Rere keras."Woooo." Sorakan mereka terdengar bersahutan.Gerakan Diva mencepol rambutnya asal membuat semuanya terpekik takjub, dimana ia memperlihatkan leher jenjang putih mulusnya.Semua kaum Adam menelan salivanya susah payah, bahkan pak satpam sampai terjungkal karena terlalu fokus melihat Diva.Disaat semua orang takjub, berbeda dengan Adit yang justru menggeram marah. Dirinya tidak suka berbagi, Diva miliknya untuk sekarang dan selamanya.Gigi Adit bergemelutuk menahan emosi, mereka yang merasakan aura negatif dari Adit langsung mengalihkan pandangan, tidak mau berurusan dengan ketua danger yang terkenal brin
"Sayang, bangun," ujar wanita paruh baya yang merupakan Mama Diva. "Sebentar lagi ma," balasnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Bangun Diva, enggak baik anak gadis bangun siang," tegas Mama Githa berkacak pinggang. "Iya, Mama," jawabnya malas. Dengan terpaksa Diva berjalan menuju kamar mandi, dalam keadaan mata belum terbuka dan berjalan sempoyongan. Semalam dia menonton drakor sampai tengah malam alhasil sekarang dirinya sangat mengantuk. Mama Githa yang melihat kelakuan putri bungsunya mendengkus geli. "Jangan merem, Sayang," ucap Mama Githa terkekeh dan keluar dari kamar putrinya. Weekend adalah hari yang selalu di nantikan oleh semua orang, terutama pelajar. Begitupun Diva yang juga bahagia karena dapat melakukan kegiatan selain belajar. Seperti menonton drakor, jalan-jalan, atau tidur seharian. Karena pada dasarnya Diva anak yang raj