Home / Romansa / ADDIVA / 5. Angel

Share

5. Angel

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-06-05 10:03:52

Suasana kantin saat ini di penuhi dengan tawa.

"Gue itu pacarnya Adit," ucap Angel percaya diri.

Mendengar ucapan Angel tawa yang tadinya mereka kini semakin keras.

Angel bingung kenapa mereka ketawa?

"Lo pacarnya Adit?" tanya Nisa mendengus geli.

"Iya dong," jawab Angel mengibaskan rambutnya.

"Heh, yang pacarnya Adit itu Diva," celetuk Mira ketus.

"Jelas disini yang pacarnya Adit itu gue!" teriak Angel tak terima.

"Coba lo tanya sama semua yang ada di sini," tantang Tika tersenyum meremehkan.

Merasa tak terima Angel dengan percaya dirinya bertanya kepada semua yang ada di kantin.

"GUYS DISINI YANG PACARNYA ADIT GUE APA DIVA?" tanya Angel lantang.

"DIVA," Seru semuanya serempak.

Wajah Angel berubah menjadi merah padam, antara malu dan marah.

"Urusan kita belum selesai," ucap Angel ketus, lalu pergi meninggalkan kantin di ikuti ketiga temannya yang sedari tadi diam.

"HAHAHAHA."

Tawa semuanya pecah.

"Pengumuman kepada siswi yang bernama Adiva Daania Khanza harap menemui Bu Rere, sekian terima kasih."

Pengumuman tersebut menghentikan tawa mereka seketika.

Semua menoleh ke arah Diva yang tampak kebingungan.

Mereka mengira ini ada kaitannya dengan Angel.

"Lo kenapa?" tanya Adit yang di tujukan kepada diva.

"Gue juga enggak tau," jawab Diva bingung.

"Mending kesana aja dulu va," celetuk Nisa yang mendengar obrolannya bersama Adit.

"Yaudah gue duluan ya," pamit diva yang kemudian melenggang pergi.

"Kira-kira kenapa ya?" tanya Bara kepo.

"Ya mana gue tau," jawab Tika ketus.

"Gue enggak tanya sama lo," ucao Bara kesal.

"Terus Lo ngomong sama siapa?" tanya Tika sewot.

"Ya sama siapa aja, asal bukan lo," jawab Bara tak kalah sewotnya.

"Dasar buaya," gerutu Tika dengan nada lirih.

"Apa lo bilang?" teriak Bara.

"Buaya," jawab Tika polos.

"Lo bebek."

"Lo buaya."

"Bebek."

"Buaya."

"Be-

Ucapan Bara terpotong dengan suara datar.

"Ribut, kepala kalian gue penggal," ucap Adit dengan nada rendah, yang justru membuat mereka semakin merinding.

Bara dan Tika yang mendengar ancaman Adit langsung kicep.

Mereka tidak mau mati muda.

"Mampus." Gerakan mulut Revan dan Mira membuat Bara melotot geram.

Dasar tidak berprikesahabatan.

**

"Assalamualaikum, Bu," salam Diva ketika sudah berada di hadapan Bu Rere.

"Waalaikum salam, silahkan duduk," jawab Bu Rere tersenyum ramah.

"Ada apa, Bu?" tanya Diva penasaran.

Pasalnya baru dua hari Diva bersekolah di sini dan dirinya tidak merasa melakukan kesalahan apa pun.

"Ibu ingin mengajak kamu gabung di ekstrakulikuler dance," ucap Bu Rere to the point.

"Ibu juga sudah membaca semua prestasi kamu, Nak," lanjut Bu Rere.

"Apa kamu mau?" tanya Bu Rere menatap Diva penuh harap.

Bu Rere merupakan pembimbing ekskul dance dan dia sangat menginginkan Diva bergabung.

Melihat prestasi Diva di bidang dance semakin membuat semangatnya berkobar.

Dirinya tidak sabar melihat bagaimana penampilan Diva dalam berdance.

Diva diam, melihat pancaran penuh harap dari Bu Rere membuatnya tidak tega jika menolak.

"Diva mau, Bu," jawab Diva mantap.

"Kamu serius?" tanya Bu Rere antusias yang dibalas senyuman serta anggukan mantap dari Diva. Toh dance merupakan bakat dan hobinya.

"Yasudah ayo kita tes sekarang." Antusias Bu Rere dengan menarik tangan Diva menuju ruang ganti.

Diva yang melihat tingkah Bu Rere hanya mengulas senyum.

Ia senang jika bisa membuat orang lain bahagia.

**

Di kantin lebih tepatnya meja Adit dkk dan Nisa dkk mereka dibuat kebingungan melihat siswa-siswi yang berlarian dengan senyum antusias.

"Mereka kenapa?" tanya Bara bergidik ngeri, menurutnya mereka seperti orang gila.

"Kalian kenapa?" tanya Nisa menghadang salah satu siswi cupu.

Melihat siswi tersebut gugup kompak mereka memutar bola mata malas.

"Jawab!" perintah Adit tegas.

Mendengar Adit berbicara dengan tegasnya membuat ia meneguk saliva susah payah.

"Ka - k Diva mau tes dance kak," jawabnya gugup dengan tangan saling memilin.

Mendengar nama Diva disebut Adit langsung bergegas menuju dimana tes dance dilakukan.

Para sahabatnya cengo melihat Adit meninggalkan mereka tanpa berbicara apa pun.

"Yaudah makasih ya," ucap Nisa tersenyum ramah.

Siswi tadi hanya mampu menganggukkan kepalanya dan bergegas pergi.

"Kita lihat yuk," ajak Tika antusias.

**

Suasana lapangan indoor saat ini ramai sekali. Seluruh murid berkumpul di tribun begitupun dengan guru-guru.

Mereka cukup penasaran dengan dance Diva.

"Woah rame banget," ucap Tika takjub, tidak biasanya mereka seantusias ini. Pesona Diva benar-benar membuat mereka penasaran.

"Ini gimana masuknya?" tanya Revan bingung.

Bara dan Tika saling berpandang, tak lama kemudian mereka menganggukkan kepalanya pelan.

Mereka yang melihat interaksi Bara dan Tika semakin bingung.

"Ini mereka bicara lewat batin kah?" Batin mereka bersamaan.

"Kalian pegang tangan kita!" perintah Tika serius.

Meskipun bingung mereka tetap melakukannya.

"PERMISI, AIR PANAS AIR PANAS WOY AIR PANAS!" teriak Bara Tika kompak seraya berjalan membelah kerumunan.

Para murid yang mendengar segera menyingkir dengan sendirinya.

Ternyata di tribun paling depan sudah ada Adit yang duduk dengan pandangan lurus tanpa menghiraukan tatapan memuja yang di tunjukkan kepada dirinya.

Tika Bara di buat heran karena tidak mendengar suara sahabatnya.

Saat menoleh kompak keduanya tertawa.

"Hahahaha."

"Hahaha muka kalian haha."

Nisa, Mira, Revan, dan Daniel lantas tersadar saat mendengar tawa dari dua makhluk astral, siapa lagi kalau bukan Bara Tika.

"Kalian kenapa?" tanya Nisa bingung.

"Muka kalian tadi kenapa cengo gitu," celetuk Tika dengan tawa tertahan begitupun Bara.

"Itu karena kalian," jawab Mira ketus di setujui yang lain.

"Berisik, diem!" tegas Adit.

Mereka mendengkus tapi tak ayal menuruti perintah Adit. Daripada nanti mereka di tendang dari sekolah, 'kan enggak lucu.

"Tes satu dua tiga." Sekarang perhatian semuanya berpusat ke Bu Rere.

"APA KALIAN SIAP UNTUK MELIHAT PENAMPILAN DIVA?" tanya Bu Rere antusias menggunakan microfon.

"SIAP BU," jawab semuanya tak kalah antusias, hingga suaranya menggema.

"MAU SEKARANG APA NANTI?" tanya Bu Rere lagi.

"SEKARANG." Lagi, suara mereka memenuhi lapangan indoor.

"EMANG KALIAN SIAP?" tanya Bu Rere jail.

"SIAP BANGET BU," Jawab semuanya semakin nyaring.

"Nanti saja ah," ucap Bu Rere tersenyum jail.

Mereka dibuat kesal oleh tingkah gurunya itu. Untung cantik pikir mereka.

"Bu, jangan main-main," teriak salah satu murid kesal.

"Ibu enggak lagi main kok," balas Bu Rere tenang.

"Bu, mana Diva nya?" tanya murid di bagian kiri tribun, mereka merupakan murid kelas 12.

"Ibu enggak tau," jawab Bu Rere dengan ekspresi polosnya.

Adit dkk dan Nisa dkk pun dibuat kesal.

"Pengen gue cekik itu guru," celetuk Bara kesal.

"Untung dia guru," sahut Revan.

"Banyak omong banget si," jawab Daniel menghela nafas pelan.

"Ini kita di bohongi kah?" tanya Nisa pada dirinya sendiri.

"Kok gue greget ya," sahut Mira gusar.

"Pengen gue pecat," celetuk Adit geram.

Para sahabatnya yang mendengar celetukan Adit dibuat melotot tak percaya.

Gila saja, hanya masalah seperti ini sudah ingin dipecat oleh Adit.

"Lo bercanda kan dit?" tanya mereka kompak kecuali Daniel yang sudah sangat tau watak dari bosnya itu.

"Kalau 10 menit Diva belum keluar, gue pecat itu guru," jawab Adit penuh penekanan.

"SUDAH CUKUP BASA-BASINYA," ucap Bu Rere lantang yang tak membuat mereka seantusias tadi, mereka terlanjur kesal.

"MARI KITA SAKSIKAN PENAMPILAN DIVA." Ucapan Bu Rere selanjutnya membuat mereka langsung duduk tegap. Sedangkan para sahabat Adit menghela nafas lega.

"Alhamdulillah Bu Rere enggak jadi di pecat." Batin mereka dengan tangan seperti berdo'a.

Daniel dibuat geleng kepala akan perilaku para sahabatnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
lucu liht nisa dkk dan adit dkk tuh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ADDIVA   6. Terpesona

    Semua mata terpaku pada 1 titik. Disana, Diva berdiri dengan anggunnya.Semua mata terpesona membuat Adit geram, ingin sekali dia mencongkel mata pria yang melihat kekasihnya dengan tatapan kagum.Diva menggunakan celana hottpans selutut dengan atasan baju crop dibalut rompi selutut tanpa lengan, yang memperlihatkan perut rata serta mulusnya."Woah gila cantik banget." "Mulus banget ya ampun.""Perutnya rata coy.""Aaa insecure."Lapangan indoor mulai gaduh setelah beberapa saat mereka tercengang dengan penampilan Diva yang memukau."SAAT INI KITA AKAN SELEKSI, SIAPA YANG LEBIH UNGGUL AKAN TERPILIH MENJADI KETUA DANCE," ucap Bu Rere lantang."Silahkan Angel," ucap Bu Rere mempersilahkan Angel memasuki lapangan indoor.Bisik-bisik mulai terdengar. Mereka tidak meny

    Last Updated : 2021-06-07
  • ADDIVA   7. Pemilihan Ketua

    Jika menghadapi lawan kita tidak perlu tergesa-gesa. Cukup tenang dan buat lawan mu bungkam dengan keberhasilan mu.Seperti yang dilakukan Diva sekarang. Jika orang lain mungkin sudah gugup, namun Diva tetap tenang dengan senyum manisnya."INI DIA DIVA," ucap Bu Rere keras."Woooo." Sorakan mereka terdengar bersahutan.Gerakan Diva mencepol rambutnya asal membuat semuanya terpekik takjub, dimana ia memperlihatkan leher jenjang putih mulusnya.Semua kaum Adam menelan salivanya susah payah, bahkan pak satpam sampai terjungkal karena terlalu fokus melihat Diva.Disaat semua orang takjub, berbeda dengan Adit yang justru menggeram marah. Dirinya tidak suka berbagi, Diva miliknya untuk sekarang dan selamanya.Gigi Adit bergemelutuk menahan emosi, mereka yang merasakan aura negatif dari Adit langsung mengalihkan pandangan, tidak mau berurusan dengan ketua danger yang terkenal brin

    Last Updated : 2021-06-08
  • ADDIVA   8. Full Time

    "Sayang, bangun," ujar wanita paruh baya yang merupakan Mama Diva. "Sebentar lagi ma," balasnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Bangun Diva, enggak baik anak gadis bangun siang," tegas Mama Githa berkacak pinggang. "Iya, Mama," jawabnya malas. Dengan terpaksa Diva berjalan menuju kamar mandi, dalam keadaan mata belum terbuka dan berjalan sempoyongan. Semalam dia menonton drakor sampai tengah malam alhasil sekarang dirinya sangat mengantuk. Mama Githa yang melihat kelakuan putri bungsunya mendengkus geli. "Jangan merem, Sayang," ucap Mama Githa terkekeh dan keluar dari kamar putrinya. Weekend adalah hari yang selalu di nantikan oleh semua orang, terutama pelajar. Begitupun Diva yang juga bahagia karena dapat melakukan kegiatan selain belajar. Seperti menonton drakor, jalan-jalan, atau tidur seharian. Karena pada dasarnya Diva anak yang raj

    Last Updated : 2021-06-10
  • ADDIVA   9. Geng Heroz

    Saat ini kedua sejoli yang sedang di mabuk cinta itu dalam perjalanan menuju rumah Adit.Pagi hari tadi orang tuanya berpesan untuk mengajak sang kekasih berkunjung."Adit, gue takut," ucap Diva setelah sampai di pekarangan rumah Adit."Ngapain takut?" tanya Adit datar seraya menaruh helm di spion motor.Diva tidak menjawab.Melihat sang kekasih di rundung kegugupan Adit berinisiatif menenangkan."Enggak papa, ayo," ajak Adit menggenggam tangan mungil Diva."Pulang aja yuk!" ajaknya memelas."Ortu gue enggak makan manusia kok," sahut Adit enteng dengan tetap berjalan mendekati pintu utama keluarga Bagaskara."Bisa serius gak sih!" sungutnya menabok pelan lengan Adit."Seriusnya nanti aja setelah lulus," jawab Adit tenang menatap dalam mata Diva.Diva yang diperlakukan seperti itu men

    Last Updated : 2021-06-16
  • ADDIVA   10. Penyerangan

    "Bang gawat bang," teriak salah satu anggota kelas 10 dengan panik.Inti danger saat ini berada di warung belakang sekolah. Warung ini merupakan markas ke dua geng Danger."Kenapa, Sa?" tanya Daniel heran."Geng heroz nyerang sekolah, Bang," jawabnya yang bernama Aksa.Adit geram, giginya bergemelutuk, dan tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih."Kumpulin semua yang ada di sini," ucap Adit tegas.Tidak ada yang bersuara. Karena mereka tahu bahwa Adit saat ini sedang emosi. Mereka tidak mau menerima resiko babak belur di tangan Adit."KUMPUL!" seru Adit dengan tegas.Semuanya langsung lari terbirit-birit mendekati Adit. Bahkan sampai ada yang terjungkal karena tidak memperhatikan jalan saking terburu-burunya."SIAP," ucap semuanya lantang."Kita menggunakan formasi seperti biasa. Jangan kepanc

    Last Updated : 2021-06-17
  • ADDIVA   11. Dunia Milik Berdua

    "ADIT."Teriakan memanggil Adit terdengar sangat nyaring, sedangkan pemilik suara tidak menunjukkan batang hidungnya."Adit," panggil Bara di ambang pintu aula.Ya, ternyata Bara lah pemilik suara nyaring tadi.Mereka mendengkus kesal. Lagi asik melihat keromantisan ketua danger dan Bara datang sebagai pengganggu.Dengan santainya Bara mendekat ke arah sepasang kekasih yang masih berpelukan."APA INI MISKAH," teriak Bara tidak percaya.Serius? Ini Adit? Teman kulkasnya? Dan memeluk perempuan?Saking tidak percayanya Bara sampai melongo."Ad-"Lo kok ninggalin kita sih, Bar," potong Revan kesal yang baru saja sampai bersama Daniel."Bar, lo dengerin gue enggak sih," ucap Revan protes.Daniel heran melihat ekspresi Bara yang melongo dengan mata melotot.Mengikuti arah pandang Bara, Daniel ikut terdiam terkejut.Itu sahabat batunya?Revan semakin kesal melihat Daniel yang ikut terdi

    Last Updated : 2021-06-17
  • ADDIVA   12. Rencana Mentraktir

    "Kalian ngapain disini?" tanya Diva kebingungan melihat sahabatnya berdiri kaku di dekat pintu. "Hehe kita nyariin lo," jawab Nisa tersenyum kikuk. "Maafin gue ya," pinta Diva tulus. Dirinya berasa bersalah karena membuat sahabatnya kebingungan. Sedangkan dia malah tidur di sini. "Kenapa kamu yang minta maaf?" tanya Adit menyelipkan anak rambut yang menutupi muka Diva. "Aku merasa bersalah aja," balasnya. Revan melongo takjub begitupun yang lain ketika mendengar Adit berbicara menggunakan aku - kamu. Apalagi nada bicaranya kepada Diva sangat lembut, lah sedangkan dengan mereka? Sudah seperti ingin menerkam hidup-hidup. Daniel menggelengkan kepalanya tak percaya. Apakah cinta memang bisa mengubah seseorang? Dirinya jadi ingin mempunyai pacar juga. "Diva, lo enggak mau turun?," tanya Mira jengah. Disini mereka capek berdiri sedangkan Diva dengan nyaman duduk di pangkuan Adit. Diva kebingungan dengan ma

    Last Updated : 2021-06-18
  • ADDIVA   13. Kafe dan Heroz

    "Ma," panggil Diva menuruni tangga.Mama Githa yang sedang menonton televisi pun menoleh."Ada apa, Sayang?" tanyanya lembut."Diva mau ke kafe," ucap Diva memberi tahu."Jangan pulang terlalu malam ya, Sayang," ucap Githa memperingati."Siap, Nyonya," jawab Diva dengan gerakan hormat.Githa terkekeh melihat tingkah putrinya.Tin"Ma, Adit sudah jemput. Diva berangkat ya," pamit Diva mencium tangan serta pipi Mama Githa."Iya, hati-hati, Nak," pesan Githa yang di jawab dengan acungan jempol.**"Berangkat sekarang?" tanya Diva saat sudah berada di dekat Adit.Adit memperhatikan pakaian yang di kenakan Diva.Sweater berwarna biru dipadukan dengan jeans putih dan sepatu putihnya. Sederhana memang namun sangat pas jika dipakai Diva. Cantik.

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • ADDIVA   83. Hamil?

    Adit mengalihkan pandangannya seraya menghela napas pelan. Kemudian kembali menatap kedua sahabatnya dengan raut serius. Meskipun ragu, dia akan mengatakannya karena mereka harus tahu kebenarannya."Karin hamil." Adit berkata dengan suara yang begitu pelan. Namun meskipun begitu, Bara dan Revan masih dapat mendengar dengan jelas.Tubuh keduanya mendadak kaku dengan mulut setengah terbuka. Mereka tidak salah dengar 'kan?"Ha ha pasti itu cuma alasan lo biar enggak dimarahi kami 'kan?" tanya Revan tertawa garing.Tawa Bara menguar, seolah apa yang diucapkan Adit adalah hal paling lucu. "Lo emang enggak pantes ngelawak, Dit. Nanti berguru sama gue. Jangan bawa-bawa kehamilan anjir, ngeri gue."Tangan Adit terangkat menepuk bahu kedua sahabatnya diikuti dengan gelengan kepala."Gue enggak lagi ngelawak. Ini beneran, Karin hamil anak gue," ucap Adit berhasil menghentikan tawa Bara.Raut wajah laki-laki yang suka bercanda itu berubah menjad

  • ADDIVA   82. Undangan Pertunangan

    Kini giliran mereka yang terdiam. Benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Diva yang sedikit menyentil hati mereka. Hati dan perasaan seseorang memang tidak bisa ditebak. Kemarin suka dan sekarang benci. Revan mengkode Bara melalui lirikan mata. Diam-diam dia meringis tidak enak. Berada di situasi seperti ini sangat tidak nyaman. "Va, sorry, gue engg-" "Enggak papa kok," sela Diva memotong ucapan Bara dengan wajah datarnya yang semakin membuat laki-laki itu merasa bersalah. "Gue minta maaf. Gue sama sekali enggak maksud ngomong gitu," cicit Bara. Daniel maju selangkah lalu mengusap rambut Diva lembut. "Pikirin baik-baik sebelum membuat keputusan." Diva hanya mengangguk pelan. Melihat pemandangan di depannya membuat Nisa mengalihkan pandangannya. Hatinya berdenyut sakit. "Ngelihat lo kayak gini malah bikin gue sa

  • ADDIVA   81. Terima Kasih, Adit

    Dengan posisi yang masih membelakangi Adit, Diva mengukir senyum tipis penuh luka. Di posisinya ini, dia juga melihat kedua sahabatnya yang berdiri kaku beberapa langkah di depannya. Perlahan Diva membalikkan badannya, menatap laki-laki yang sudah memberikan banyak rasa kepadanya. "Kenapa harus marah? Gue enggak marah sama sekali. Lagi pula lo enggak punya kesalahan yang harus gue marahin, Adit." "Terus, kenapa lo beda?" tanya Adit menatap Diva sayu. Diva menoleh ke samping lalu menarik napas pelan dan kembali menatap Adit. Namun kali ini tatapannya tidak lagi lembut, melainkan datar. "Apanya yang beda? Gue emang kayak gini. Lo 'kan enggak kenal sama gue, jadi wajar kalau ngerasa gue beda," jawab Diva tenang. Langkah kaki Adit perlahan membawanya mendekat ke arah Diva. "Gue minta maaf kalau ada salah. Gue ... gue ngerasa enggak suka sama sikap lo yang kayak gini, Diva," ucapnya bersungguh-sungguh. "Semua kesalahan lo udah gue maafin ko

  • ADDIVA   80. Aku Pergi Kamu Mendekat

    Baru saja Nisa akan menjawab, suara dentingan sendok mengalihkan perhatian semuanya. Pelakunya adalah Diva. Dia sengaja sedikit membanting sendok karena terlalu risih dengan tatapan dua laki-laki yang tak lain adalah Adit dan Daniel. "Loh, Va, lo mau ke mana?" tanya Mira heran saat melihat Diva bangkit dari duduknya, padahal mereka belum selesai bahkan baru saja mulai. "Kelas," jawab Diva singkat dan langsung melenggang pergi. Meninggalkan tanda tanya besar untuk sahabatnya. "Makanannya belum habis loh," tunjuk Tika ke arah makanan Diva yang baru termakan sedikit. Mereka saling pandang lalu menggeleng dengan kompak. Mereka bingung kenapa Diva menjadi seperti ini. Disuruh bercerita menolak, mau menebak pun mereka juga tidak bisa. Karena ekspresi Diva terlihat biasa saja, tidak ada emosi. "Diva sebenarnya kenapa sih?" tanya Bara bertopang dagu menatap ke arah perginya Diva.

  • ADDIVA   79. Menjadi Pendiam

    "Pagi, Cantik," sapa Bara kepada Diva yang lewat di depannya dengan senyum lebar.Diva menoleh dan tersenyum tipis. "Pagi, Bar," balasnya kemudian langsung melenggang pergi, tanpa menatap inti dan anggota danger lainnya.Bukan hanya Bara yang merasa heran, tetapi semua yang ada di parkiran juga merasa kalau Diva sedikit berbeda. Biasanya gadis itu akan menyapa dengan riang, bahkan ikut bergabung. Apalagi jika ada Adit.Namun sekarang, gadis cantik itu hanya membalas dengan singkat tanpa melihat ke yang lain. Bahkan ke Adit pun tidak."Diva kenapa cuek gitu ya?" tanya Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa kalimat sapaannya salah, sampai Diva marah karena dipanggil cantik?"Dia juga enggak nyapa kita. Tumben banget dia enggak semangat gitu, padahal di sini ada Adit," sahut Revan menatap punggung Diva yang semakin menjauh."Mungkin udah enggak mau lagi sama Adit," celetuk Bara asal.Mendengar celetukan sahabatnya, Adit langsung

  • ADDIVA   78. Hati Gue Kenapa?

    Diva tersenyum tipis, dengan pelan dia melepas pelukan Tika yang begitu erat. Bukannya tidak senang, tetapi di sebelahnya ada Mira yang sudah tertidur pulas. Dia tidak mau mengganggu sahabatnya itu hanya karena terjepit oleh Tika. "Gue enggak papa kok. Maaf udah buat lo khawatir," jawab Diva merasa bersalah. "Terus lo ke mana? Kenapa enggak balik ke kelas? Kenapa di toilet juga enggak ada?" tanya Tika beruntun. Nisa menghela napas pelan mendengar pertanyaan Tika. Sudah dia duga, gadis itu pasti bertanya secara bertubi-tubi. "Lo enggak bisa tanya satu-satu ya, Tik? Gue pusing dengarnya." "Gue enggak tanya sama lo, jadi lebih baik lo diam aja. Mimpi apa gue bisa punya sahabat kayak lo sama Mira. Gampang emosi dan suka komentar sama apa yang gue lakuin," gerutu Tika memberenggut kesal. Diva menggelengkan kepalanya pelan menyaksikan perdebatan para sahabatnya. Sudah tidak asing lagi jika

  • ADDIVA   77. Digendong

    "Bu Sukma masih ngejar kita, gimana nih?" tanya Tika di sela larinya. " Gue udah capek anjir." Meskipun napasnya terasa menipis, tetapi Tika juga tidak mau berhenti. Karena kalau berhenti, yang ada dia ketangkap oleh Bu Sukma lalu diberi hukuman. Oh no! Dirinya tidak mau berurusan dengan matahari apalagi toilet. "Gimana kalau ke kelas aja? Gue juga capek, berasa di kejar orang gila, deg-degan parah," sahut Bara setelah melihat ke belakang dan ternyata benar apa yang dikatakan Tika, Bu Sukma masih mengejar mereka berdua dengan penggaris kayu yang diacungkan. Tika mengangguk menyetujui. "Oke, daripada dihukum bersihin toilet yang baunya bikin mual, lebih baik gue berperang sama pelajaran. Dadah, Bara Jelek," pamitnya seraya melambaikan tangan lalu berlari menuju kelasnya. "Sialan lo bocah! Awas aja ya, gue bikin jatuh cinta klepek-klepek lo. Nanti bilangnya 'aku enggak mau pisah sama kamu' atau enggak 'a

  • ADDIVA   76. Tatapan Tulus Revan

    "Lo harus bisa atur emosi, Mir," celetuk Revan memecah kesunyian di antara keduanya. Sejak kepergian Daniel dan Nisa, dia sengaja mengajak Mira ke taman belakang. Karena menurutnya, hanya tempat itu yang cocok untuk menenangkan diri. Selain sejuk, tempatnya pun tidak ramai dan hanya segelintir siswa yang berlalu lalang. "Apa pun yang menyangkut sahabat gue, gue enggak bisa tinggal diam, Van. Apalagi ini Diva, sahabat yang paling gue sayang," sahut Mira menatap lurus ke depan. Dia berusaha menahan emosinya supaya tidak meledak. Bagaimana pun juga, di sini ada Revan dan dia tidak mau laki-laki itu menjadi korbannya. Karena yang bermasalah itu Adit, bukan sahabatnya. Huh, rasanya dia ingin menghajar wajah tampannya sampai babak belur, atau kalau perlu menonjok giginya sampai rontok. Supaya menjadi jelek dan otomatis tidak akan ada lagi perempuan yang menyukainya. "Gue tau apa yang lo rasain, tetapi percum

  • ADDIVA   75. Marahnya Mira

    "Kenapa? Lo ingat sesuatu?" tanya Mira melirik Adit dengan tangan yang bersedekap."Enggak, gue cuma ngerasa pernah ada di posisi kayak gini," jawab Adit menatap meja dengan pandangan kosongnya.Jujur, sampai sekarang dia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Entah apa yang terjadi sebelumnya, tetapi di beberapa situasi dia merasa familiar. Seolah pernah mengalaminya. Namun dia juga tidak ingat kapan situasi itu terjadi.Kekehan kecil keluar dari mulut Mira. "Lo emang pernah ada di posisi ini, kejadian yang sama tetapi beda tempat. Sayangnya sekarang lo lagi amnesia, jadi enggak inget kejadian menegangkan waktu itu," ujarnya santai."Mir," tegur Nisa menyenggol lengan Mira pelan, memperingati gadis itu agar tidak berbicara macam-macam yang dapat membuat Adit memaksa ingatannya.Ketiga inti danger hanya diam membisu, tidak menegur Mira atau pun menenangkan Adit yang mulai meremas rambutnya."Apa benar yang dibilang dia?" tanya Adit menatap s

DMCA.com Protection Status