Tok tok tok
"Permisi, Bu, saya murid baru," ucap Diva yang berada di ambang pintu.
Kelas yang tadinya hening seketika menjadi heboh karena kedatangan Diva.
"Sudah cukup dan kamu sini masuk!" perintah guru yang bernama Bu Ita.
"Ayo perkenalkan dirimu!" lanjut Bu Ita
"Hai guys kenalin nama gue Adiva Daania Khanza, biasa dipanggil Diva. Semoga bisa berteman dengan baik," ucap Diva kala kelas sudah hening.
"Apa ada pertanyaan, Anak-anak?" tanya Bu Ita.
"Udah punya pacar belum?"
"Nomer W******p dong!"
"Skincarenya apa?"
"Sini sama aa' aja,"
ucap mereka serempak yang membuat kelas menjadi gaduh.
"Sudah-sudah pertanyaan kalian tidak penting. Nak, kamu duduk dengan Annisa ya," ucap Bu Ita kepada Diva.
"Iya, Bu."
Setelah sampai di meja yang ditunjuk Bu Ita, Diva dibrondong berbagai pertanyaan oleh Nisa, Mira dan Tika yang merupakan sahabatnya.
"Nanti aja ya guys, sekarang pelajaran," ucap Diva.
Kringg....
"Baik, Anak-anak, sekian pelajaran hari ini. Selamat beristirahat," ucap Bu Ita seraya membereskan bukunya.
"DIVA, LO KAPAN PULANG?" teriak Tika bertanya setelah Bu Ita keluar dari kelas.
"Baru kemarin gue pulang," jawab Diva dengan tenang.
"Kita kangen tahu sama lo," ujar Nisa.
"Aaa sini peluk!"
Dengan semangat ketiga sahabatnya memeluk Diva, sebagai obat rindu. Sebenarnya mereka bersahabat sejak kecil dan terpisah saat kelas 3 smp. Karena Diva sekolah di luar negeri. Jadi, ini pertemuan pertama mereka setelah berpisah 2 tahun.
"Yaudah yuk ke kantin!"
"Yukk."
Di sepanjang koridor menuju kantin mereka bersenda gurau hingga menjadi pusat perhatian.
Terutama Diva yang paling menonjol di antara yang lain.Mereka hanya membalas dengan senyuman yang semakin membuat orang sekitarnya terpana."Kita duduk di mana nih?" tanya Mira seraya melihat sekeliling kantin yang terlihat penuh.
"Gue sama Mira yang pesan, kalian berdua yang cari meja aja biar cepat," ucap Tika memberi ide.
"Oke, yuk, Div," ajak Nisa menarik tangan Diva untuk mencari meja kosong.
Akhirnya mereka menemukan meja kosong di sebelah meja geng Danger.
Sambil menunggu kedua sahabatnya yang pesan makanan mereka fokus dengan kegiatan masing-masing, yaitu bermain handphone."YUHUU MAKANAN DATANG!" teriak Tika dengan tangan yang membawa nampan makanan.
Sedangkan di belakang ada Mira yang membawa minuman."Jangan teriak, Tik," tegur Mira dengan nada kesal.
Bagaimana tidak, karena teriakan Tika tadi mereka ditatap aneh oleh murid lainnya."Lo enggak berubah ya," ucap Diva dengan senyum tipisnya.
"Hehe kebiasaan, Div," jawab Tika.
Lalu mereka makan dengan khidmat.
Saat sedang asik dengan makan, kantin yang awalnya sunyi kini menjadi ramai.
"Huaa calon imam gue."
"Ayang Adit sini dong."
"Daniel manis banget deh."
"Gingsulnya Bara astaga."
"Revan, aku padamu."
Seperti itulah kira-kira kalimat yang diserukan oleh mereka.
Diva yang merasa terganggu pun bertanya pada sahabatnya.
"Itu ada apaan sih?" tanya Diva dengan raut penasaran.
"Itu tuh anggota inti geng Danger," jawab Nisa santai.
"Geng Danger tuh apaan?" tanya Diva bingung.
Melihat raut bingung di muka Diva ketiga sahabatnya tercengang. Bagaimana bisa Diva tidak tau dengan geng Danger.
"Khem, Div, gue jelasin ya," ujar Tika.
Yang di jawab dengan anggukan oleh Diva.
"Geng Danger tuh geng motor yang terkenal di Jakarta. Anggotanya lebih dari 500, mereka geng motor yang berbahaya gak ada satu pun yang berani ngusik mereka.
Anggota intinya ada 4, nah itu tuh lo liat di meja sebelah itu meja khusus mereka. Gak ada yang berani duduk disitu," jelas Tika dengan dagu yang menunjuk meja milik danger."Lanjut nih ya," ucap Tika
"Lo liat 4 orang itu?" tanya Tika menunjuk laki-laki yang berjalan menuju meja mereka dan di jawab anggukan oleh Diva.
Sedangkan Mira dan Nisa hanya jadi pendengar, mereka malas jika Tika sudah mengoceh tentang danger.
"Yang ketawa ada gingsulnya itu namanya Bara dia itu playboy cap badak, terus yang di sebelahnya itu Revan dia 11 12 sama Bara. Bedanya Revan gak playboy, lalu yang kalem itu namanya Daniel dia wakil di gang danger. Nah, yang paling ganteng itu ketua danger dia cuek, datar, dingin banget bahkan nih ya dia gak pernah pacaran walaupun banyak yang naksir," lanjut Tika panjang lebar.
"Oh," jawab diva
Tika yang mendengar jawaban Diva tercengang. Apa-apaan Diva ini, dia sudah menjelaskan panjang lebar dan Diva cuma jawab 'oh'.
Lantaran kesal Tika pun meminum esnya hingga tandas.
Mira dan Nisa yang melihat Tika kesal pun tertawa ngakak.
"Eh anjir, gue ngejelasin panjang lebar dan lo cuma jawab oh?" tanya Tika dengan raut tak percayanya.
Mendapat anggukan dari Diva membuat tawa Nisa dan Mira semakin kencang.
"Hahahaha rasain," ucap Nisa disela tawanya.
"Haha sakit gak tuh hati," sambung Mira. Lalu keduanya tertawa hingga mengeluarkan air mata.
Tika yang melihat mereka menertawakan dirinya hanya memberenggut kesal.
Sebenarnya Diva sedari tadi menahan tawa, karena tidak kuat menahan akhirnya pecah juga.
"Hahahaha."
Tawa indah Diva mengalun indah membuat Mira dan Nisa yang sedang tertawa langsung berhenti, begitu pula Tika.
**
Saat ini di kelas ipa 3 sedang pelajaran matematika.
Disaat yang lain fokus pelajaran beda dengan inti danger yang justru asik dengan dunianya sendiri.
Seperti Adit yang tidur, Daniel mendengarkan lagu, Bara, dan Revan mabar game online.
"ANJING LO!" pekik Bara tanpa sadar.
"Lo ngapain teriak bego," ucap Revan geram seraya menjitak jidat Bara.
Bara yang tersadar pun langsung menoleh ke arah pak Otis guru matematika yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Bapak kenapa melotot gitu?" tanya Bara dengan polos, ralat pura-pura polos lebih tepatnya.
Mendengar pertanyaan Bara, Pak Otis semakin kesal.
"Ngapain kamu teriak, Bara?" tanya pak Otis pelan.
"Tadi ada gajah, Pak," jawab Bara enteng.
"Dimana gajahnya?" tanya pak Otis lagi.
"Di depan saya pak," jawab Bara yang membuat muka pak Otis menjadi merah.
Pasalnya yang ada di depan Bara itu dirinya dan dengan entengnya Bara bilang bahwa dirinya gajah?"Lo bego banget sih bar, lihat tuh mukanya sudah merah," bisik Revan kesal. Yang lain menghindari bahaya, Bara justru dengan entengnya mendatangi bahaya, minta di tampol emang.
"BARAA KELUAR KAMU SEKARA-
Kriingg..
Teriakan pak Otis terpotong dengan suara bel istirahat.
Tawa bara pecah seketika.
"Hahaha istirahat pak," ucap bara disela tawanya.Dengan geram pak Otis meninggalkan kelas. Bisa darah tinggi dia jika terus menerus berhadapan dengan makhluk astral Bara.
Daniel yang melihat kelakuan Bara hanya bisa tersenyum.
"Bar, lo jahil banget sih," ujar Revan
"Kena karma mampus lo," sambung Daniel.
"Gue kan-
"Kantin!"
Ucapan Bara terpotong dengan suara datar dan dingin, siapa lagi kalau bukan Adit.
Ternyata Adit sudah bangun.Wajah Bara berubah masam ketika kalimatnya di potong oleh Adit.
Tawa Revan dan Daniel pecah melihat muka melas Bara.
"Hahahaha mampus," ucap Revan.
"Kualat lo."
Muka yang awalnya melas tambah memelas ketika kedua sahabatnya menertawakan. Sahabat laknat emang.
Tanpa memperdulikan ketiga sahabatnya Adit nyelonong pergi meninggalkan ketiganya.
Mereka yang melihat Adit pergi dengan segera menyusul.
Sepanjang perjalanan menuju kantin, mereka menjadi pusat perhatian. Adit berjalan paling depan dengan gaya coolnya seperti biasa. Di samping kanannya ada Daniel yang tersenyum membalas sapaan siswi-siswi.Sedangkan Revan merecoki Bara yang sedang menggoda adik kelas. "Woy, Bar, udah napa jangan godain terus," celetuk Daniel saat melihat Bara yang terus mengedipkan sebelah matanya pada siswi yang dilewatinya. "Tau tuh tobat Bar tobat," timpal Revan yang sudah terlanjut kesal dengan tingkah sahabatnya itu. "Wajah gue ganteng jadi gue manfaatin dong," jawab Bara seraya menyisir rambutnya ke belakang, membuat beberapa siswi memekik tertahan. "Hai, Adik cantik." Bara semakin menjadi hingga membuat adik kelas tersebut tersipu malu. "Cantik," lanjut Bara berkedip genit. "Diem, Bar!" geram Adit dengan nada kelewat datar. Dirinya cukup terganggu denga
Jalannya hidup tidak ada yang tau bukan?Sama seperti yang di rasakan Diva saat ini.Jika tadi pagi masih single, beda dengan sekarang yang menyandang gelar pacar ketua geng Dragon.Berita di kantin langsung menyebar luas.Saat ini Diva dan para sahabatnya sedang membereskan alat tulis, karna jam pelajaran telah usai.Memang setelah dari taman belakang mereka memutuskan untuk kembali ke kelas sebelum ketahuan telah menguping."Lo pulang bareng siapa, Va?" tanya Nisa setelah membereskan alat tulisnya."Enggak tau, mungkin naik taxi," jawab Diva tanpa menatap lawan bicaranya."Yaudah yuk kita kedepan aja," sambung Mira yang sedari tadi memperhatikan obrolan kedua sahabatnya."Gue masih gak nyangka tau Va, kalau lo jadi pacarnya Adit," celetuk Tika heboh.Mira yang mendengar celetukan Tika hanya memutar bola matanya malas. Pasalnya sedari tadi
Awali pagimu dengan sarapan.Karna harapan juga butuh energi.Seperti halnya Diva yang saat ini tengah melakukan sarapan bersama orang tuanya.Abang Diva sedang berada di negara Paman Sam untuk melanjutkan studinya."Ma, Pa, Diva berangkat dulu ya," pamit Diva setelah menyelesaikan sarapannya."Kamu di antar supir?" tanya Afnan sambil menatap wajah putri satu-satunya."Iya, Pa," jawab Diva."Yaudah Diva berangkat Ma, Pa," ucap Diva dengan mencium tangan kedua orang tuanya."Hati-hati ya, Sayang," pesan Githa."IYA, MA."**Sesampainya di sekolah Diva menjadi pusat perhatian.Banyak yang terang-terangan menatap dirinya.Apalagi semenjak kejadian di kantin."DIVAAA!"Mendengar ada yang memanggil dirinya Diva mencari sumber suara.Ternyata disana ketiga sahabatnya ber
Suasana kantin saat ini di penuhi dengan tawa."Gue itu pacarnya Adit," ucap Angel percaya diri.Mendengar ucapan Angel tawa yang tadinya mereka kini semakin keras.Angel bingung kenapa mereka ketawa?"Lo pacarnya Adit?" tanya Nisa mendengus geli."Iya dong," jawab Angel mengibaskan rambutnya."Heh, yang pacarnya Adit itu Diva," celetuk Mira ketus."Jelas disini yang pacarnya Adit itu gue!" teriak Angel tak terima."Coba lo tanya sama semua yang ada di sini," tantang Tika tersenyum meremehkan.Merasa tak terima Angel dengan percaya dirinya bertanya kepada semua yang ada di kantin."GUYS DISINI YANG PACARNYA ADIT GUE APA DIVA?" tanya Angel lantang."DIVA," Seru semuanya serempak.Wajah Angel berubah menjadi merah padam, antara malu dan marah."Urusan kita belum selesai
Semua mata terpaku pada 1 titik. Disana, Diva berdiri dengan anggunnya.Semua mata terpesona membuat Adit geram, ingin sekali dia mencongkel mata pria yang melihat kekasihnya dengan tatapan kagum.Diva menggunakan celana hottpans selutut dengan atasan baju crop dibalut rompi selutut tanpa lengan, yang memperlihatkan perut rata serta mulusnya."Woah gila cantik banget." "Mulus banget ya ampun.""Perutnya rata coy.""Aaa insecure."Lapangan indoor mulai gaduh setelah beberapa saat mereka tercengang dengan penampilan Diva yang memukau."SAAT INI KITA AKAN SELEKSI, SIAPA YANG LEBIH UNGGUL AKAN TERPILIH MENJADI KETUA DANCE," ucap Bu Rere lantang."Silahkan Angel," ucap Bu Rere mempersilahkan Angel memasuki lapangan indoor.Bisik-bisik mulai terdengar. Mereka tidak meny
Jika menghadapi lawan kita tidak perlu tergesa-gesa. Cukup tenang dan buat lawan mu bungkam dengan keberhasilan mu.Seperti yang dilakukan Diva sekarang. Jika orang lain mungkin sudah gugup, namun Diva tetap tenang dengan senyum manisnya."INI DIA DIVA," ucap Bu Rere keras."Woooo." Sorakan mereka terdengar bersahutan.Gerakan Diva mencepol rambutnya asal membuat semuanya terpekik takjub, dimana ia memperlihatkan leher jenjang putih mulusnya.Semua kaum Adam menelan salivanya susah payah, bahkan pak satpam sampai terjungkal karena terlalu fokus melihat Diva.Disaat semua orang takjub, berbeda dengan Adit yang justru menggeram marah. Dirinya tidak suka berbagi, Diva miliknya untuk sekarang dan selamanya.Gigi Adit bergemelutuk menahan emosi, mereka yang merasakan aura negatif dari Adit langsung mengalihkan pandangan, tidak mau berurusan dengan ketua danger yang terkenal brin
"Sayang, bangun," ujar wanita paruh baya yang merupakan Mama Diva. "Sebentar lagi ma," balasnya dengan suara serak khas bangun tidur. "Bangun Diva, enggak baik anak gadis bangun siang," tegas Mama Githa berkacak pinggang. "Iya, Mama," jawabnya malas. Dengan terpaksa Diva berjalan menuju kamar mandi, dalam keadaan mata belum terbuka dan berjalan sempoyongan. Semalam dia menonton drakor sampai tengah malam alhasil sekarang dirinya sangat mengantuk. Mama Githa yang melihat kelakuan putri bungsunya mendengkus geli. "Jangan merem, Sayang," ucap Mama Githa terkekeh dan keluar dari kamar putrinya. Weekend adalah hari yang selalu di nantikan oleh semua orang, terutama pelajar. Begitupun Diva yang juga bahagia karena dapat melakukan kegiatan selain belajar. Seperti menonton drakor, jalan-jalan, atau tidur seharian. Karena pada dasarnya Diva anak yang raj
Saat ini kedua sejoli yang sedang di mabuk cinta itu dalam perjalanan menuju rumah Adit.Pagi hari tadi orang tuanya berpesan untuk mengajak sang kekasih berkunjung."Adit, gue takut," ucap Diva setelah sampai di pekarangan rumah Adit."Ngapain takut?" tanya Adit datar seraya menaruh helm di spion motor.Diva tidak menjawab.Melihat sang kekasih di rundung kegugupan Adit berinisiatif menenangkan."Enggak papa, ayo," ajak Adit menggenggam tangan mungil Diva."Pulang aja yuk!" ajaknya memelas."Ortu gue enggak makan manusia kok," sahut Adit enteng dengan tetap berjalan mendekati pintu utama keluarga Bagaskara."Bisa serius gak sih!" sungutnya menabok pelan lengan Adit."Seriusnya nanti aja setelah lulus," jawab Adit tenang menatap dalam mata Diva.Diva yang diperlakukan seperti itu men