Sejak Davin menyatakan perasaan tertariknya pada Lisa, kepribadian gadis itu yang awalnya dingin menjadi lebih dingin pada Davin. Sebenarnya hari itu Davin sudah mendapat peringatan dari Lisa, tapi pria itu tidak menanggapinya dengan serius dan sikap Lisa setelah hari itu bagaikan sebuah pukulan bagi Davin. Gadis itu benar-benar menolaknya.
Hari itu setelah Lisa mengetahui Davin memiliki perasaan tertarik padanya, ia membalasnya dengan mengatakan sebuah peringatan "Jangan jatuh cinta padaku" dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu respon Davin.
Kejadian hari itu masih teringat jelas di benak Davin dan hingga sekarang ia masih mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Lisa. Mereka memang tidak terlalu dekat hingga bisa disebut teman apalagi sahabat, tapi hubungan keduanya terbilang baik menilik dari interaksi Lisa dengan orang lain—tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ia buruk dalam bersosialisasi.
&
"Sejak kapan kau mengenal Lisa?" pertanyaan Azka memecah keheningan diantara kedua remaja yang sedang berjalan bersebelahan itu. Ini kesempatan untuk mengobrol dengan Destiny, jadi Azka akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya."Aku masih mengingatnya, pertemuan pertamaku dengan Lisa. Itu saat kami berumur 10 tahun" sebuah lengkungan tipis terukir di belah bibir Destiny, sepertinya ia sedang mengingat kejadian itu. Melihat senyuman Destiny membuat Azka ikut tersenyum, ia diam-diam bersorak dalam hati karena merasa obrolannya dengan Destiny akan berhasil kali ini."Apa kalian bersekolah di tempat yang sama waktu SD?" Azka kembali bertanya, namun kali ini hanya dijawab dengan gelengan oleh Destiny. Pemuda itu ingin bertanya lagi tentang bagaimana mereka bisa bertemu agar obrolan mereka terus berlanjut, namun tiba-tiba terpikirkan olehnya, bagaimana jika Destiny malah mengira ia menyukai Lisa karena terus bertanya tentang gadis it
Malam hari terasa berjalan lambat bagi Destiny, pikirannya terus tertuju pada sang Ibu, itu sebabnya ia terus terjaga sepanjang malam. Kedua matanya yang terlihat lelah menunjukkan dengan jelas bahwa tadi malam ia tidak tidur. Gadis kecil itu menuruni tangga dengan wajah lesu, mencekal lengan salah satu pekerja yang lewat di depannya dan dengan suara serak bertanya. "Apa Ibu sudah pulang?""Nona Destiny?!" pekerja wanita itu berseru, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan hingga membuat Destiny berkernyit bingung."Itu...." Destiny semakin kebingungan saat pekerja itu terlihat panik dan seperti bingung akan menjawab apa. Padahal pertanyaannya sangat sederhana, kenapa sepertinya sulit sekali untuk menjawabnya?"Dengan perasaan teramat sedih, saya ingin memberitau Nona—bahwa Nyonya telah kembali ke sisi-Nya pada pukul empat dini hari" seorang wanita paruh baya yang merupakan Kepala Pelayan itu maju dan bi
Ruang tamu keluarga Aldera kini sedang ramai. Keluarga Ganendra, keluarga yang belum lama ini menjadi rekan bisnis mereka kini sedang bertamu. Keluarga Aldera dan keluarga Ganendra sama-sama memiliki sejarah panjang, maka tak heran kini dunia para konglomerat sedang gempar karena keputusan mereka untuk bekerja sama. Dan tentu saja, untuk mempererat hubungan kedua keluarga itu, mereka sepakat untuk menjodohkan putra-putri mereka. Perjodohan antara putri tertua keluarga Aldera, Lalice Aldera dan putra tunggal keluarga Ganendra sedang asyik dibahas di ruang tamu keluarga Aldera. "Permisi, maaf menyela" suara tenang putri bungsu keluarga Aldera, Lalisa Aldera berhasil menghentikan percakapan antara para orang tua, kini perhatian mereka tertuju pada gadis yang telah berdiri dari duduknya itu. "Sepertinya, saya telah jatuh cinta pada Tuan Muda Ganendra. Karena itu, tolong pertimbangkan lagi tentang perjodohan antara kakak kembar sa
"Bagaimana kemarin?" Alice menoleh kala mendengar suara yang sangat familiar itu. Ia tersenyum lebar kala sang pacar merangkulnya. Paginya di sekolah diawali dengan pertemuannya dan pacarnya di koridor. Akhir-akhir ini pacarnya itu sibuk di sekolah, jadi mereka jarang bertemu. "Masalah perjodohannya sepertinya akan segera selesai, aku meminta tolong pada Lisa dan tentu saja dia mau membantuku" Zidan Arkala—sang pacar mengangguk mengerti. Beberapa hari lalu memang Alice bercerita tentang perjodohannya dengan putra tunggal keluarga Ganendra, ia yang sudah beberapa tahun menjadi pacarnya tentu saja sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk bahwa mereka akan putus, namun ternyata Alice dapat menyelesaikan masalahnya dengan bantuan Lisa. "Baguslah kalau begitu" Zidan mengusak rambut rapi Alice, membuat gadis itu kesal. Itu adalah salah satu kebiasaan Zidan yang tidak Alice sukai, karena pria itu selalu merusak tatanan rambutnya yan
Hari ini para guru ada rapat, sama seperti di sekolah pada umumnya, kini pun sekolah menjadi ramai karena para siswa-siswi bebas. Di saat-saat seperti ini, tempat yang paling ramai di sekolah adalah di kantin. Maka ketika Alice mengajak Lisa untuk makan di kantin, gadis itu langsung menolaknya. Lisa sedang tidak lapar sekarang dan sedang tidak ingin berada di tempat yang ramai. Lagi pula Alice pasti akan duduk dengan Zidan di kantin nanti, ia tidak ingin mengganggu pasangan itu. Sekarang Lisa hanya berjalan-jalan di koridor tanpa tujuan, ia bingung harus kemana. Di UKS pasti ada yang sedang tidur, di lapangan ramainya seperti di kantin karena sedang ada pertandingan basket dadakan, haruskah ia ke perpustakaan? Mungkin ke perpustakaan adalah ide yang cukup bagus, di sana hanya ada beberapa orang. Untung saja perpustakaan tidak dikunci karena biasanya dikunci jika guru penjaga perpustakaan sedang ikut rapat. "Saat kau bil
Di siang hari yang panas itu, Davin melihat melalui jendela kelasnya, mata pelajaran ketiga kelas Lisa adalah olahraga. Destiny Prameswari sang ketua kelas terlihat membawa beberapa bola basket. Umumnya sulit bagi seorang wanita untuk membawa beberapa buah bola basket sendirian seperti itu karena ukurannya yang cukup besar dan cukup berat, tapi melihat Destiny yang biasa saja, sepertinya dia tidak mendapat masalah dengan bola basket. Jadi, alasan Destiny menanyakan tentang bola basket kemarin ke Azka adalah karena pelajaran olahraga mereka hari ini tentang basket. "Selain cantik dan tegas, Destiny juga adalah seorang gadis yang kuat" Azka yang duduk di belakang Davin berbisik, sepertinya dia juga sedang memperhatikan pelajaran olahraga kelas Lisa. Mata pelajaran ketiga di kelas Davin adalah sejarah, guru sejarah mereka itu adalah seorang pria paruh baya, pelajarannya itu membosankan dan bisa menjadi obat tidur di kelas. Guru mereka itu juga seseorang yan
Lalisa Aldera terkenal sebagai anak yang baik dan pintar saat Sekolah Dasar. Maka saat memasuki Sekolah Menengah Pertama, ia jadi populer dan memiliki banyak teman. Namun karena memiliki banyak teman, ia jadi tidak pernah memiliki waktu untuk bersama Alice di sekolah.Sementara Lisa memiliki banyak teman di sekitarnya, Alice kebalikannya. Dia adalah anak yang dikenal pemalu, cengeng dan suka mengadu, hal itu membuat dirinya selalu sendirian di sekolah jika tidak sedang bersama Lisa.Alice yang dimanjakan di rumah, lalu Lisa yang memiliki banyak teman di sekolah. Itu adil, mereka memiliki kebahagiaan masing-masing. Memang awalnya Lisa berpikir seperti itu, namun lama-lama, ia tidak bisa melihat wajah murung Alice di sekolah karena dikucilkan. Hal itu membuatnya jadi sering mengajak Alice untuk ikut mengobrol bersama teman-temannya, mengajaknya ikut ke kantin dan mengajaknya ikut bermain, terkadang ia juga meminta teman-temannya un
"Bagaimana lukamu?" Lisa menoleh mendengar suara Alice. Pagi ini kakaknya itu terlihat lelah, dia pasti kurang tidur karena merawatnya semalam. "Sudah lebih baik" senyum terbit di bibir Alice kala mendengar jawaban Lisa. Setidaknya hari ini Lisa bisa beraktivitas dengan lebih nyaman. "Syukurlah kalau begitu" kedua gadis itu pun berjalan bersama hingga sampai di halaman rumah, mereka melihat Nyonya Aldera yang tersenyum senang bersama... Davin? "Oh! Itu dia Alice dan Lisa" ujar Nyonya Aldera saat melihat kedua putrinya, ia lantas mengisyaratkan Alice dan Lisa untuk segera mendekat. Alice dan Lisa saling bertatapan denga raut wajah bingung, mereka berjalan menuju sang Ibu. "Davin kemari untuk mengajak kalian berangkat ke sekolah bersama" ucap Nyonya Aldera masih dengan senyum senangnya, menyampaikan maksud Davin ada di rumah mereka pagi-pagi begini. Alice tersenyum cangg