Sudah dapat ditebak bagaimana nasib Alice dan Lisa kemarin jika menilik dari raut wajah Alice yang murung pagi ini. Dengan enggan, Davin mulai berjalan mendekati kedua gadis itu.
"Pergilah, aku yang akan bicara dengannya" Alice mengangguk menuruti ucapan Lisa, lantas kembali berjalan, meninggalkan Lisa dan Davin di koridor yang masih sepi itu. Sekarang masih pagi, mungkin baru ada beberapa murid di sekolah selain ketiga remaja itu. Dan sekarang di koridor sedang tidak ada murid lain, jadi Lisa dan Davin bisa leluasa untuk berbicara tanpa ada seseorang yang keheranan melihat kedua murid yang tidak pernah berinteraksi itu tiba-tiba saling berbicara.
"Seperti yang kau perkirakan, kami dimarahi habis-habisan kemarin karena berbohong. Ah, lebih tepatnya Alice, aku hanya mendapat satu tamparan" ucap Lisa yang mengerti alasan mengapa Davin menemuinya dan Alice di koridor pagi-pagi begini.
"Aku tidak perl
"Sepertinya hari ini adalah hari yang baik untuk Hera yaa?" pertanyaan Alice itu mengalihkan fokus ketiga temannya yang sedang asyik mengobrol dan membuat gadis bernama Hera itu mengangkat kepalanya dari ponsel."Ah, benar juga! Sedari tadi hanya Hera yang sibuk dengan ponselnya, bahkan sampai tersenyum sembari memandangi ponsel. Apa ada hal yang lebih menyenangkan dalam ponselmu dibanding perkumpulan kita setelah sekian lama?" Felia Maharza, si bungsu dari keluarga Maharza itu tertawa menggoda Hera, membuat gadis itu tersenyum malu-malu. Melihat respon Hera yang seperti itu, membuat keempat temannya tertawa."Emm, sebenarnya ini rahasia, tapi aku ingin sekali menceritakannya pada kalian. Jadi, tolong rahasiakan ini demi aku" keempat gadis itu mengangguk, menunjukkan jari kelingking mereka sebagai tanda perjanjian.Menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan agar tak gugup, Hera lantas mu
Lisa menoleh ketika mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Siapa yang ingin menemuinya malam-malam begini? Apa itu Alice? Ia beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu, dan benar saja, itu adalah Alice. Tadi siang, Alice mengatakan akan bertemu dengan teman-temannya untuk memperbaiki suasana hatinya, tapi apa yang terjadi dengannya? Wajahnya tidak terlihat baik, mata dan hidungnya memerah, terlihat jelas bahwa ia habis menangis.Alice masuk ke dalam kamar tanpa meminta persetujuan Lisa, ia duduk di pinggir tempat tidur."Kau... Habis menangis?" pertanyaan dari Lisa itu tidak langsung dijawab Alice, ia menghela napas, beberapa menit kemudian ia baru mulai mengatakan kejadian yang menimpanya hari ini."Aku putus dengan Zidan" kabar yang membuat Lisa terkejut dan kesal. Akhirnya mereka putus juga setelah melibatkan Lisa dalam hubungan rumit yang membuat hidupnya kacau. Menyebalkan sekali, di hari s
Sejak Davin menyatakan perasaan tertariknya pada Lisa, kepribadian gadis itu yang awalnya dingin menjadi lebih dingin pada Davin. Sebenarnya hari itu Davin sudah mendapat peringatan dari Lisa, tapi pria itu tidak menanggapinya dengan serius dan sikap Lisa setelah hari itu bagaikan sebuah pukulan bagi Davin. Gadis itu benar-benar menolaknya.Hari itu setelah Lisa mengetahui Davin memiliki perasaan tertarik padanya, ia membalasnya dengan mengatakan sebuah peringatan "Jangan jatuh cinta padaku" dan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu respon Davin.Kejadian hari itu masih teringat jelas di benak Davin dan hingga sekarang ia masih mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Lisa. Mereka memang tidak terlalu dekat hingga bisa disebut teman apalagi sahabat, tapi hubungan keduanya terbilang baik menilik dari interaksi Lisa dengan orang lain—tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ia buruk dalam bersosialisasi.&
"Sejak kapan kau mengenal Lisa?" pertanyaan Azka memecah keheningan diantara kedua remaja yang sedang berjalan bersebelahan itu. Ini kesempatan untuk mengobrol dengan Destiny, jadi Azka akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya."Aku masih mengingatnya, pertemuan pertamaku dengan Lisa. Itu saat kami berumur 10 tahun" sebuah lengkungan tipis terukir di belah bibir Destiny, sepertinya ia sedang mengingat kejadian itu. Melihat senyuman Destiny membuat Azka ikut tersenyum, ia diam-diam bersorak dalam hati karena merasa obrolannya dengan Destiny akan berhasil kali ini."Apa kalian bersekolah di tempat yang sama waktu SD?" Azka kembali bertanya, namun kali ini hanya dijawab dengan gelengan oleh Destiny. Pemuda itu ingin bertanya lagi tentang bagaimana mereka bisa bertemu agar obrolan mereka terus berlanjut, namun tiba-tiba terpikirkan olehnya, bagaimana jika Destiny malah mengira ia menyukai Lisa karena terus bertanya tentang gadis it
Malam hari terasa berjalan lambat bagi Destiny, pikirannya terus tertuju pada sang Ibu, itu sebabnya ia terus terjaga sepanjang malam. Kedua matanya yang terlihat lelah menunjukkan dengan jelas bahwa tadi malam ia tidak tidur. Gadis kecil itu menuruni tangga dengan wajah lesu, mencekal lengan salah satu pekerja yang lewat di depannya dan dengan suara serak bertanya. "Apa Ibu sudah pulang?""Nona Destiny?!" pekerja wanita itu berseru, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan hingga membuat Destiny berkernyit bingung."Itu...." Destiny semakin kebingungan saat pekerja itu terlihat panik dan seperti bingung akan menjawab apa. Padahal pertanyaannya sangat sederhana, kenapa sepertinya sulit sekali untuk menjawabnya?"Dengan perasaan teramat sedih, saya ingin memberitau Nona—bahwa Nyonya telah kembali ke sisi-Nya pada pukul empat dini hari" seorang wanita paruh baya yang merupakan Kepala Pelayan itu maju dan bi
Ruang tamu keluarga Aldera kini sedang ramai. Keluarga Ganendra, keluarga yang belum lama ini menjadi rekan bisnis mereka kini sedang bertamu. Keluarga Aldera dan keluarga Ganendra sama-sama memiliki sejarah panjang, maka tak heran kini dunia para konglomerat sedang gempar karena keputusan mereka untuk bekerja sama. Dan tentu saja, untuk mempererat hubungan kedua keluarga itu, mereka sepakat untuk menjodohkan putra-putri mereka. Perjodohan antara putri tertua keluarga Aldera, Lalice Aldera dan putra tunggal keluarga Ganendra sedang asyik dibahas di ruang tamu keluarga Aldera. "Permisi, maaf menyela" suara tenang putri bungsu keluarga Aldera, Lalisa Aldera berhasil menghentikan percakapan antara para orang tua, kini perhatian mereka tertuju pada gadis yang telah berdiri dari duduknya itu. "Sepertinya, saya telah jatuh cinta pada Tuan Muda Ganendra. Karena itu, tolong pertimbangkan lagi tentang perjodohan antara kakak kembar sa
"Bagaimana kemarin?" Alice menoleh kala mendengar suara yang sangat familiar itu. Ia tersenyum lebar kala sang pacar merangkulnya. Paginya di sekolah diawali dengan pertemuannya dan pacarnya di koridor. Akhir-akhir ini pacarnya itu sibuk di sekolah, jadi mereka jarang bertemu. "Masalah perjodohannya sepertinya akan segera selesai, aku meminta tolong pada Lisa dan tentu saja dia mau membantuku" Zidan Arkala—sang pacar mengangguk mengerti. Beberapa hari lalu memang Alice bercerita tentang perjodohannya dengan putra tunggal keluarga Ganendra, ia yang sudah beberapa tahun menjadi pacarnya tentu saja sudah bersiap untuk kemungkinan terburuk bahwa mereka akan putus, namun ternyata Alice dapat menyelesaikan masalahnya dengan bantuan Lisa. "Baguslah kalau begitu" Zidan mengusak rambut rapi Alice, membuat gadis itu kesal. Itu adalah salah satu kebiasaan Zidan yang tidak Alice sukai, karena pria itu selalu merusak tatanan rambutnya yan
Hari ini para guru ada rapat, sama seperti di sekolah pada umumnya, kini pun sekolah menjadi ramai karena para siswa-siswi bebas. Di saat-saat seperti ini, tempat yang paling ramai di sekolah adalah di kantin. Maka ketika Alice mengajak Lisa untuk makan di kantin, gadis itu langsung menolaknya. Lisa sedang tidak lapar sekarang dan sedang tidak ingin berada di tempat yang ramai. Lagi pula Alice pasti akan duduk dengan Zidan di kantin nanti, ia tidak ingin mengganggu pasangan itu. Sekarang Lisa hanya berjalan-jalan di koridor tanpa tujuan, ia bingung harus kemana. Di UKS pasti ada yang sedang tidur, di lapangan ramainya seperti di kantin karena sedang ada pertandingan basket dadakan, haruskah ia ke perpustakaan? Mungkin ke perpustakaan adalah ide yang cukup bagus, di sana hanya ada beberapa orang. Untung saja perpustakaan tidak dikunci karena biasanya dikunci jika guru penjaga perpustakaan sedang ikut rapat. "Saat kau bil