Home / Romansa / 30 Days Girlfriend / 125 Jangan Bikin Naren Malu!

Share

125 Jangan Bikin Naren Malu!

Author: Ans18
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rhea tengah menunggu kedatangan calon mertuanya di sebuah restoran sushi yang ada di Pondok Indah Mall, sesuai permintaan mama Naren.

Kali ini, rasa gelisahnya melebihi saat bertemu papa Naren atau kakek Naren sekalipun.

Naren: Makan siang di mana?

Satu pesan dari Naren itu langsung membuat Rhea berdebar. Harus jawab apa?

Rhea: Aku makan siang di PIM, Mas

Rhea: Ada janji

Naren: Sama siapa?

Rhea: Sama cewek, tenang aja

Setelahnya tidak ada lagi balasan dari Naren. Tak berselang lama, kursi yang ada di depan Rhea bergeser. Saat itu lah Rhea yakin kalau orang yang ditunggunya sudah datang.

"Siang, Tante," sapa Rhea.

"Udah lama? Maaf ya, Tante tadi ketemu temen dulu."

"Nggak apa-apa kok, Tante. Memang tadi saya berangkat lebih awal dari Bintaro."

Keduanya berhenti bicara sesaat setelah selesai memesan beberapa jenis sushi.

Dalam diamnya, Ajeng memperhatikan penampilan Rhea yang simple, hanya dengan mengenakan blouse berwarna soft mint dan flagged skirt berwarna putih.

Semua gesture Rhea j
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • 30 Days Girlfriend   126 Dia Tetap Mamamu

    Naren mengernyit bingung setelah mendengar pertanyaan calon istrinya itu. "Maksudnya? Kerjaanmu kan ngurus coffee shop, bentar lagi ada dua lagi yang mesti diurus. Itu kerjaan halal dan setauku bukan hal yang gampang loh. Kenapa aku harus malu?"Rhea menghela napas. Di dalam hatinya memang ia sama sekali tidak merasa malu dan di dalam otaknya masih belum bisa mencerna apa yang disampaikan mama Naren saat mereka makan siang."Beneran nggak apa-apa, Mas? Misal nih ya, ada pegawai Candra Group yang dateng ke Amigos, terus aku yang nganterin kopi dia karena pegawaiku lagi keteteran, gimana? Kamu nggak malu?""Sebenernya daripada malu, aku lebih takut kamu kecapekan." Naren lantas menatap Rhea penuh selidik. "Dari mana kamu dapet pikiran kalo aku bakal malu?"Rhea menggeleng sambil tersenyum, berusaha menunjukkan kalau pertanyaannya berasal dari pikirannya yang random. "Jabatanmu di perusahaan bakal makin tinggi, Mas. Aku jadi agak ... kepikiran. itu aja.""Apa kamu mau aku tetep di jabata

  • 30 Days Girlfriend   127 Di Bawah Tatapanku

    Rhea mengetuk pintu di depannya—yang ia tahu sebagai kamar untuk Naren beristirahat di kantor. "Maaas. Aku boleh masuk nggak?"Tidak terdengar jawaban dari Naren. "Mas, aku masuk ya." Dengan memberanikan diri, Rhea membuka pintu yang tidak terkunci itu. Apa sih yang akan terjadi padanya? Paling-paling hanya diusir setelah diamuk oleh Naren.Pemandangan pertama yang dilihat Rhea adalah Naren yang duduk di pinggir ranjang sambil menunduk dan mengepalkan tangan.Rhea mendekat, berjongkok di depan Naren, lalu menangkupkan tangannya di atas tangan Naren yang sedang mengepal erat. "Maaf ya, Mas. Aku belum cerita. Aku bingung gimana mau cerita ke kamu, takut kamu emosi lagi.""Udah," jawab Naren singkat sambil menatap manik mata Rhea tanpa berkedip."Hah?""Kamu udah berhasil bikin aku emosi. Kenapa sih kamu nggak cerita, Rhe? Apa dia yang nyuruh kamu nggak cerita ke aku?"Rhea menggeleng cepat. "Nggak, Mas. Mamamu nggak nyuruh aku buat rahasiain dari kamu. Aku ... aku cuma bingung aja mulai

  • 30 Days Girlfriend   128 Biarlah Wanita Itu Tersesat dalam Ketidaktahuannya

    "Mas beneran nggak mau ikut masuk?" tanya Rhea sebelum ia turun dari mobil Naren.Beberapa hari yang dihabiskannya untuk meyakinkan Naren sampai akhirnya Naren memperbolehkannya bertemu dengan mamanya. Rhea berjanji kalau ia akan aman-aman saja bertemu dengan mama Naren dan akan menyaring semua ucapan yang keluar dari mulut wanita itu.Tapi tentu saja Naren tidak bisa melepaskan Rhea dengan mudah. Ia mengantarkan Rhea sampai depan kediaman mamanya. Dan kini, ia masih terlihat enggan saat melihat Rhea hendak turun dari mobilnya."Aku yang harusnya tanya sama kamu, kamu nggak mau ngubah keputusanmu? Nggak usahlah nemuin dia, buat apa? Ya? Kita jalan-jalan aja ya.""Maaas." Rhea menangkup wajah Naren yang terlihat memelas. "Aku yakin ada sesuatu yang ingin disampaikan mamamu. Sampai aku tau maksudnya apa ngajak ketemu aku terus-terusan, aku nggak akan mundur. Tenang aja, Mas. Aku masuk ke rumah mamamu, bukan ke sarang penyamun. Segitu resahnya.""Aku nggak suka dia ngerendahin kamu." Nar

  • 30 Days Girlfriend   129 Pasangan Sepadan

    Rhea menoleh ke belakang, menatap Bayuni dan berpura-pura bingung. "Maksudmu?""Aku tau kamu cerdas, Rhe. Tenang aja. Aku memang kagum sama Naren, dia mungkin salah satu laki-laki yang bisa membuat aku menoleh dua kali.""Hah? Kenapa bawa-bawa aku?" sela Naren. Sejujurnya ia tidak terlalu mengerti apa yang dibicarakan dua wanita di dalam mobilnya itu."Aku lagi muji kamu loh, Ren. Jujur aja, cewek mana yang nggak menghayal jadi pasanganmu waktu pertama kali ketemu.""Aku nggak!" jawab Rhea cepat. "Dia nih, bikin aku nggak bisa jajan tiga hari gara-gara mesti gantiin baju seragamnya yang kena tumpahan es jeruk. Gimana aku bisa menghayal dia jadi pasanganku."Naren terbahak. "Ya kamu nggak hati-hati jalannya. Tapi akhirnya kamu tetep nembak aku duluan kan," goda Naren."Mas! Itu dulu ya, waktu aku masih belum bisa mikir bener." Rhea mengerucutkan bibir karena kesal. Perdebatan mereka membuat Rhea lupa apa yang baru saja disampaikan Bayuni.Helaan napas Bayuni dari kursi belakang bisa di

  • 30 Days Girlfriend   130 Tipe Ideal

    "Dia masih suka hubungi kamu atau minta ketemu kamu?" tanya Naren tiba-tiba di suatu sore saat menjemput Rhea dari Bintaro.Naren melajukan mobilnya menuju Kelapa Gading, rumah di mana keluarganya malam ini akan berkumpul untuk menyambut kepulangan keluarga tantenya dari Singapura. Padahal tantenya itu baru akan tiba esok hari, tetap saja kakeknya yang rela meninggalkan dinginnya udara Dieng itu, ingin mereka berkumpul sejak malam."Dia siapa?" tanya Rhea polos. "Ega?""Kenapa bawa-bawa Ega?" Sontak Naren menaikkan nadanya beberapa oktaf saat Rhea mambawa nama Ega dalam percakapan mereka."Loh terus maksudnya siapa?""Mantan istri Papa.""Ooh, mamamu?"Naren menahan kesalnya setiap ada orang yang menyebut wanita yang sedang mereka bicarakan itu sebagai mamanya. Tapi tentu saja di depan Rhea ia tidak bisa mengamuk seperti biasanya. "Kenapa sih semua orang nyebut dia 'mamaku'?""Mau kamu bantah kayak apa pun, dia tetep mamamu, Mas. Gimana lagi dong. Kan nggak bisa tuker mama di dunia i

  • 30 Days Girlfriend   131 Penerimaan Mami

    "Ini calon istri kamu, Ren?" tanya Adila, anak kedua Aditama yang memilih tinggal di Singapura dengan keluarganya.Setelah Adila dan keluarganya menyapa Aditama dan Adityo, perhatian mereka teralihkan oleh keberadaan wanita yang menempel di samping Naren."Iya. Mi. Kenalin, Rhea." Naren memang memanggil tantenya dengan panggilan 'Mami' sejak kecil.Rhea mengangguk sopan sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Rhea, Tante."Wanita itu manatap Rhea dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tangan Naren yang melingkari pinggang Rhea pun tidak luput dari perhatiannya."Udah lah, Mi, jangan ngerjain calon istrinya Naren, nanti dia takut sama kamu," ucap suami Adila yang menyeret koper di tangan kirinya.Naren beranjak untuk memeluk lelaki itu sambil menanyakan kabarnya. "Udah sehat, Om?"Lelaki itu mengangguk, juga memperkenalkan dirinya pada Rhea.Tersisa seseorang lelaki seumuran Naren yang menyeret dua koper, tersenyum lebar karena kejahilannya yang sudah dipersiapkan. Bukannya menyapa

  • 30 Days Girlfriend   132 Bantu Aku Jaga Diri

    Usai makan siang bersama dan mengobrol hingga sore, mereka semua kembali ke kamar masing-masing, bersiap untuk makan malam di luar, atas permintaan Adila yang sudah kangen dengan salah satu restoran favorit keluarga besar mereka sejak bertahun-tahun silam.Karena Naren merasa masih banyak waktu buat bersiap dan ia tidak tahu mau melakukan apa di kamarnya, Naren pikir ia bisa mengobrol dan berduaan dengan Rhea.Tapi saat Naren mengetuk beberapa kali pintu kamar yang ditempati Rhea, Rhea tidak kunjung menyahutinya."Tidur apa ya?" gumam Naren. Kemudian tangannya bergerak memegang handle pintu dan membukanya.Naren menghela napas ketika melihat pintu di depannya langsung terbuka. "Kenapa nggak dikunci sih? Udah tau ada Endra di sini."Naren masuk lebih jauh setelah menutup pintu. Terdengar suara air dari kamar mandi, jadi Naren menunggu saja di atas kasur sambil memainkan ponselnya. Saking asiknya Naren membalas chat di whatsapp group The Troublemakers, ia tidak menyadari kalau suara gem

  • 30 Days Girlfriend   133 Ketika Adila Bertindak

    "Tante tadi dari arisan, kebetulan anak temen Tante pengen ikut Tante ke sini. Nggak apa-apa kan, Rhe? Maaf ya, Tante ganggu kamu terus."'Lagi?' Rhea tersenyum sambil mengangguk. "Nggak apa-apa dong, Tante. Bahkan Tante lebih aktif daripada tim pemasaranku. Hampir setiap minggu kan Tante bawa anak temen Tante ke sini. Siapa tau pada cocok sama makanan dan minuman di sini, biar bisa jadi pelanggan tetap."Tim pemasaran apa? Tidak ada tim pemasaran yang dibentuknya. Semua pemasaran dilakukan Amee karena dia yang ahli di bidang branding produk. Tapi memang apa yang dilakukan Ajeng sedikit banyak membawa tambahan pelanggan buatnya. Buktinya Bayuni sudah berkali-kali mengajak teman-temannya mampir. Di antara semua wanita yang pernah diperkenalkan Ajeng padanya, Bayuni mungkin salah satu yang paling membuat Rhea nyaman, karena Bayuni terang-terangan mengakui perasaannya pada Naren dan terang-terangan juga mengundurkan diri dari jabatan baru yang hampir disandangnya—calon pelakor.Ajeng sem

Latest chapter

  • 30 Days Girlfriend   164 Extra Part (Sesak Napas)

    “Dek.” Rhea menatap anak bungsunya yang terlihat pucat. “Kenapa, Dek?”Yara menunjuk ke dadanya, ditambah dengan suara napasnya yang tersendat.Dengan panik, Rhea menghubungi Ega untuk mendapatkan pertolongan pertama untuk Yara.Syukurnya, dalam beberapa dering, Ega langung mengangkat sambungan telepon dari Rhea.“Ga. Yara, Ga.”“Kenapa, Rhe? Yara kenapa? Ceritain kondisinya.”“Dia lagi main di deket kolam renang, kucingnya dia kepleset masuk ke kolam renang, Yara ketakutan, trus nangis, sekarang dia pucet banget, napasnya mengi. Aku mesti gimana?”“Bikin Yara duduk tegak, arahin Yara buat narik napas panjang, berulang-ulang sampai normal lagi. Abis itu, kalo udah mulai normal, kasih air anget ya. Aku on the way ke sana.”Rhea memutus sambungan telepon, kemudian melakukan apa yang disarankan Ega. “Dek, ikutin Mama ya. Tarik napas ….”***Mobil Naren memasuki pelataran rumahnya bertepatan dengan sebuah mobil sedan hitam keluar. Dengan penasaran, Naren bertanya kepada security rumahnya.

  • 30 Days Girlfriend   163 Extra Part (Persidangan untuk Ervin)

    Aileen dan Ervin masuk ke dalam rumah sambil terbahak membicarakan uang jajan Ervin yang habis karena harus menyuap semua teman sekelasnya demi melindungi ia yang bolos setengah jam pelajaran olahraga.“Lagian pake cabut.” Aileen puas tertawa.Sedari kecil mereka sadar kalau kondisi keluarga mereka jauh di atas rata-rata. Mereka hidup berkecukupan. Apa yang mereka mau sebenarnya bisa dituruti orang tua mereka, tapi orang tua mereka memilih untuk tidak melakukannya.Sejak kelas 1 SMP mereka masing-masing diberikan uang saku per minggu. Hal itu sudah berlangsung sejak era Aileen, sekarang Ervin, dan mungkin nanti hingga Yara.Dan saat itu masih hari selasa, ketika Ervin menghabiskan jatah seminggunya.“Gantiin kek, Kak. Aku kan bantuin Kakak.”“Enak aja. Nggak ada yang minta bantuan kok,” sahut Aileen cuek, walau tentu saja Aileen tidak akan membiarkan Ervin gigit jari di sekolah karena kehabisan uang jajan.“Ck! Uang tabunganku buat beli PS, Kak.”“Pilih game apa pilih makan di kantin?

  • 30 Days Girlfriend   162 Extra Part (Pelindung)

    “Vin, kakak lo dipepet sama kakak kelas di deket gudang buat nyimpen alat olahraga.”Saat itu Ervin masih duduk di kelas 1 SMP ketika mendapat laporan dari temannya. Usianya yang hanya berbeda lima belas bulan dengan kakaknya membuat mereka bersekolah di tempat yang sama, beda satu tingkat.Aileen duduk di kelas 3 SMP dan … memiliki musuh bertebaran. Ervin tidak kaget lagi untuk satu hal ini. Ucapan kakaknya yang sepedas cabe dan kegalakan kakaknya yang mengalahkan satpam komplek, tentu saja membuatnya memiliki banyak musuh, baik dari makhluk berjenis kelamin perempuan, maupun lawan jenis.“Cewek apa cowok yang mepet kakak gue?” Karen Ervin yakin kakaknya itu mampu kalau hanya mengatasi sekumpulan gadis puber yang biasa melabraknya karena gebetan mereka naksir berat dengan Aileen dan segala keangkuhannya.“Cowok, dua orang.”Ervin langsung melemparkan bola basket yang sedang ia mainkan. Kelasnya memang sedang ada jam perlajaran olahraga, karena itu ia bingung kenapa kakaknya bisa dipe

  • 30 Days Girlfriend   161 Extra Part (Hilangnya Aileen)

    "Ibu ... Neng Aileen, Bu."Ucapan dari ujung sambungan telepon itu membuat Rhea langsung tersadar bahwa ada yang tidak beres dengan anaknya."Aileen kenapa, Mbak?" tanya Rhea kepada baby sitter yang biasa menjemput anak-anaknya saat ia tidak bisa menjemput. Seperti kali ini Rhea terpaksa meminta baby sitter untuk menjemput Aileen dan Ervin karena Yara sedang sakit."Neng Aileen nggak ada di sekolahannya."Jantung Rhea serasa mencelos saat mendengarnya. "Mbak udah nanya ke temen-temennya? Ke gurunya?""Sudah, Bu. Ini sekolahan udah hampir sepi, tapi nggak ada yang tau Neng Aileen di mana.""Ervin gimana?" tanya Rhea berusaha menutupi paniknya."Mas Ervin sudah di mobil, Bu.""Kamu minta supir pulang nganter Ervin ya. Kamu di situ dulu, cari di sekitaran sekolah, tanya sama temen-temennya, saya langsung jalan ke sana.""Iya, Bu."Rhea menghela napas, mencoba menenangkan diri walau rasanya sulit. Setelah menitipkan Yara yang sedang demam pada baby sitter, Rhea segera berlari, mengambil k

  • 30 Days Girlfriend   160 Extra Part (Tempat Duduk Aileen Callia Candra)

    "Ya ampun Nareeen, kamu tu nggak bisa nahan apa gimana sih? Kasihan kan Aileen masih nyusu, terus sekarang Rhea isi lagi. Mana kemaren pas Aileen kan operasi. Cek ke dokter, pastiin ini bahaya apa nggak."Pukulan bertubi-tubi dan ocehan panjang lebar didapatkan Naren dari tantenya yang langsung terbang ke Jakarta saat mendengar kabar Rhea hamil (lagi).Sementara Naren yang menjadi bulan-bulanan tantenya hanya tersenyum bangga, bukannya merasa bersalah. "Udah ke dokter kok, Mi. Biar rumahnya rame."Adila menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tatapan kesal. Kemudian ia mendekat ke sisi Rhea yang sedang menyusui Aileen di atas kasur, yang kadang terkikik mendengar perdebatan unfaedah suami dan tantenya."Rhea lagi pengen sesuatu nggak?""Pengen gelato, Mi.""Naren, tuh denger, Rhea pengen gelato.""Di mana, Sayang? Biar Mas cariin."Rhea menggeleng. "Nggak tau aku."Adila mencebik kesal melihat Naren hanya garuk-garuk kepala. "Udah sana, cari aja di google di mana gelato terenak se-Jakar

  • 30 Days Girlfriend   159 Ending

    "Sayang ...." Naren terdiam sesaat. Sebenarnya ia masih ragu untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya."Kenapa?" Rhea menjawab sambil lalu karena dia juga sedang berkutat memakaikan baju Aileen yang baru saja dimandikan.Sudah seminggu mereka tinggal di kediaman Candra. Rumah itu memang tidak ada yang menempati setelah Aditama pindah ke Dieng dan Adityo memilih tinggal sendiri di rumahnya. Aditama sendiri belum tega menjual atau menyewakan rumah itu. Karenanya, Aditama benar-benar memohon kepada cucu dan cucu menantunya itu agar menempati kediaman keluarga mereka, tidak perlu lagi mencari rumah.Naren mendekat, sambil menowel pipi Aileen dengan gemasnya, mencoba berbicara dengan istrinya. Biasanya mood Rhea lebih bagus kalau Aileen sedang tidak rewel. "Aku nggak tau terlalu cepet atau nggak aku ngomong gini. Tapi kayaknya mulai kita perlu pikirin. Kamu ... setelah ini mau berhenti ngurus Amigos atau gimana?"Rhea melirik suaminya sekilas, tapi kemudian perhatiannya kembali

  • 30 Days Girlfriend   158 Kado untuk Aileen

    “Mau kubantuin?” tanya Naren saat melihat istrinya berjalan tertatih menuju kamar mandi.Hari itu Rhea baru saja keluar dari rumah sakit. Dia sudah bisa berjalan tanpa bantuan, tapi memang harus pelan-pelan karena jahitannya masih terasa sakit. Naren mengambil cuti dadakan setelah kelahiran Aileen dan setia menemani Rhea dalam masa pemulihan sambil mencoba mengurus Aileen, walaupun masih terlihat sangat canggung.“Bisa sendiri kok, jagain Aileen aja. Nanti kalo nangis dan kamu nggak bisa nenangin, panggil Mama aja, Mas. Aku agak lama kayaknya di kamar mandi.”Naren mengangguk. “Nggak usah dikunci pintunya, kalo butuh bantuan, teriak aja.”“Iya.”Mereka memang tinggal di rumah orang tua Rhea untuk sementara. Seperti umumnya seorang wanita yang baru melahirkan, Rhea juga ingin berada di dekat mamanya untuk mendapatkan perhatian dan bimbingan dari mamanya. Bukan berarti ART di kediaman Candra tidak ada yang mengerti bagaimana mengurus anak, tapi tetap saja menurut Rhea rasanya berbeda de

  • 30 Days Girlfriend   157 Membuatku Utuh

    Tubuh Rhea melemas dan jantungnya mulai berdebar kencang saat menyadari apa yang terjadi padanya.Ia mencoba untuk tenang, walaupun rasanya sangat sulit. Sekarang baru ia tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan orang lain melebihi dirinya sendiri. Ya, dia jauh lebih khawatir pada keadaan janinnya dibanding dirinya sendiri.Rhea lantas meraih ponsel yang ada di atas meja, mencoba menghubungi dokter kandungannya. Untungnya dokter itu mengangkat panggilannya setelah dering ketiga. Rhea menceritakan semuanya, dan setelah sambungan itu berakhir, ia langsung beralih menekan nomor ponsel suaminya.Naren tidak langsung menjawab teleponnya. Memang saat itu belum masuk jam makan siang, jadi mungkin saja suaminya sedang meeting.Di saat Rhea mengatur napasnya untuk menenangkan diri dan agar tidak terdengar panik, Naren pun mengangkat teleponnya."Iya, Sayang?""Mas lagi apa?""Kerja lah. Masa jalan-jalan ke mall?" jawab Naren terkekeh. "Kenapa?""Mas kira-kira kalo ke sini butuh berapa lama?""Hm

  • 30 Days Girlfriend   156 Kelelahan yang Berakibat Fatal

    "Sayang, dua minggu lagi perusahaan ngadain dinner party. Perayaan tiga proyek baru kita."Intro pembicaraan yang membuat Rhea bertanya-tanya, apa yang selanjutnya akan diucapkan suaminya."Aku mau ngajak kamu tapi ... udah deket HPL-mu.""HPL-ku kan masih sebulan lagi, Mas.""Iya tapi kan itu riskan banget, tinggal dua minggu sebelum HPL kan.""Jadi aku nggak diajak?" Bukannya Rhea suka datang ke pesta-pesta. Tapi belakangan ini dia suka resah kalau ditinggal Naren, apalagi saat malam hari."Kamu mau ikut? Beneran nggak apa-apa? Nggak bakal kecapekan?""Mau ikut. Anggep aja terakhir sebelum lahiran. Boleh? Atau kamu malu?"Naren mengusapi puncak kepala istrinya. "Ngomong apa sih? Baper banget sejak hamil. Nggak mungkin aku malu ngajak kamu. Aku cuma beneran takut kamu capek."Rhea tidak menjawab lagi. Ia memberi waktu dan membiarkan suaminya mengambil keputusan."Ya udah, kita booking satu kamar aja buat istirahat kalau kamu kecapekan. Tapi kamu tetep nggak boleh pake heels ya. Aku n

DMCA.com Protection Status