Bianka, seorang remaja yang terobsesi dengan sosok Awan yang dia temui dalam mimpi saat kecelakaan. Dia menuliskan banyak puisi tentang awan yang dia yakini adalah belahan jiwanya. Sementara itu, ada sosok pria lain yang selama ini diam-diam menaruh rasa kepadanya. Siapakah cinta sejati Bianka pada akhirnya?
View More31 Januari 2011Kusapa pagi ini dengan senyum raguJelas karena ada pikir sebelum lelapkuTentang punggung itu, tentang rasa yang raguAwanku,Ingatan yang sama masih berputar tanpa celaBagian itu jua rinci aku ingatYang kupandang sebelum kujelangwaktu senjaMasih rasa untuk sosok yang samaAwanku,Selalu seperti ini pada akhirnyaDengan begini caraku untuk tahuMengenalmu, untuk tidak melupakanmuSajakku masih bercerita untuk objek yang samaKamu.Bianka gagal menyadari bahwa seseorang tengah seksama mengawasinya sedari tadi. Tepat di belakangnya. Mematung. Perlahan Pandu memperkecil jaraknya dari objek pandang. Hingga berada tepat disampingnya.Fokus Bianka pun pecah. Oleh bau yang sudah tidak asing. Tepat disampingnya,
Begitu cepat waktu berlalu. Dan begitu retoris pernyataan seperti itu. Tanpa sadar minggu memasuki penghujung. Menyapa kedua mata yang sempat terlelap sembari mendekap erat benda kesayangannya. Sebuah figura sesosok anak kecil yang Bianka panggil "Awan" selama ini.Bianka selalu menantikan Awan hadir kembali dalam mimpinya sama seperti saat sosok itu mengulurkan tangannya dan menyelematkan nyawa Bianka saat dia dalam keadaan kritis dua tahun yang lalu. Namun mimpi itulah satu-satunya kenangan yang mengingatkannya tentang Awan.Dan setiap kali Bianka mengingatnya, hatinya merasa begitu terikat kuat pada sosok itu. Bianka tidak mampu menjelaskan dan selama ini dia tidak pernah merasakan hal serupa dengan siapapun. Dia hanya mengingat Awan sebagai penyelamat hidupnya.“Bianka, bangun, sayang! Bunda sudah siapkan sarapan untukmu.” Belaian itu membangunkan Bianka dari tidur lelapnya.“Bunda, jam berapa sekarang? Aku kesiangan lagi ya? Ahh..si
26 Januari 2011‘Dapat melihat cahayamu sebelum kamu kembali kerumahHanya itu yang membuatku merasa lebih baikMungkin kelak mataku tak mampu lagi menatapmuSedalam aku melakukannya saat iniPerasaan ini tak semestinya adaDan tak seharusnya terlalu lamaTapi hanya dengan seperti iniAku dapat merasakanmu, dekat dan hangatAwanku,Aku tepat 90 derajat diatasmuDan hingga detik iniJantungku masih berdetak untuk alasan yang samaAwanku,Sajak ke-187 ini masih untukmu’“Awanku, kamu pasti akan sedih juga bukan melihat pandangan nyinyir mereka kepadaku? Manusia selalu menghakimi apa yang mereka lihat, apa yang dilihat oleh mata telanjang tidak selalu dapat menjelaskan segalanya.” Gadis berwajah sendu itu lant
Dua tahun kemudian..25 Januari 2011Ada apa dengan Awanku?Sepertinya dia ingin menangisSungguh terlihat dari visualnya yang suramAda apa gerangan, Awanku?Kita memang berbeda. Ya aku tahuTapi tidak lantas menghalangiku untukmendengarkan bimbangmuAku pun barangkali tidak membuat ringan pundakmuYa akupun pahamTapi aku mendengarkanmu dengan hatikuJika memang kesedihan itu terasa begitu pedihDan jika memang kebimbangan membutakan arahmuAku disini. Masih di titik yang sama dan seksamaMenunggumu, melihatmu,Dan berharap yang merisaukan hatimu cepat berlaluLihatlah aku, Awanku!Dan seharusnya tidak lagi ada alasan atas sedih dan bimbangmuSaat anak manusia meya
25 Januari 2009... Meskipun Bianka tidak sepenuhnya sadar, namun batinnya cukup kuat merasakan dan mendengar. Langkah kaki, airmata, dan suara parau. Kekhawatiran. Dia mendengar orang-orang itu diliputi kekhawatiran dalam alam bawah sadarnya. Dan suara itu kini tidak hanya satu, tapi berlipat. “Mong... Mong...” Saat itu seperti terakhir kalinya Bianka mendengarkan suaranya. Suara itu tidak seperti biasanya. Suara yang biasanya terdengar merdu saat itu terdengar parau. Dan Bianka merasakan kelu dihatinya, seolah apa yang dia rasakan saat ini begitu nyata. “Kenapa dengan suara mereka? Kenapa begitu banyak isakan? Dan apakah semua itu untukku? Aku kenapa, Tuhan?” Ya, Bianka tidak tertidur di alam bawah sadarnya dia meracaukan berbagai kekhawatirannya, dia yakin saat ini dirinya tidak sedang bermimpi. Yang dia rasakan begitu nyata. Jelas dia tidak sedang bermimpi. Tapi semuanya tampak gelap, Bianka tidak begitu mengenali lagi sekelilingnya
25 Januari 2009... Meskipun Bianka tidak sepenuhnya sadar, namun batinnya cukup kuat merasakan dan mendengar. Langkah kaki, airmata, dan suara parau. Kekhawatiran. Dia mendengar orang-orang itu diliputi kekhawatiran dalam alam bawah sadarnya. Dan suara itu kini tidak hanya satu, tapi berlipat. “Mong... Mong...” Saat itu seperti terakhir kalinya Bianka mendengarkan suaranya. Suara itu tidak seperti biasanya. Suara yang biasanya terdengar merdu saat itu terdengar parau. Dan Bianka merasakan kelu dihatinya, seolah apa yang dia rasakan saat ini begitu nyata. “Kenapa dengan suara mereka? Kenapa begitu banyak isakan? Dan apakah semua itu untukku? Aku kenapa, Tuhan?” Ya, Bianka tidak tertidur di alam bawah sadarnya dia meracaukan berbagai kekhawatirannya, dia yakin saat ini dirinya tidak sedang bermimpi. Yang dia rasakan begitu nyata. Jelas dia tidak sedang bermimpi. Tapi semuanya tampak gelap, Bianka tidak begitu mengenali lagi sekelilingnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments