Semua Bab Penguasa Hati Tuan Arogan : Bab 1 - Bab 10

36 Bab

Berita Perceraian

[Breaking news: CEO Deluxe Corp telah mengumumkan perceraiannya ke publik dan berencana memperkenalkan calon istri barunya setelah acara di ulang tahun perusahaan bulan depan ]"Apa ini? Perceraian? Henry tak pernah membicarakan ini padaku!" gumam Carol lirih. Saat Carol mematikan televisi di ruangannya, telpon di meja berdering. Carol menjawabnya dengan mata penuh waspada. 'Nyonya Carol, dengan berat hati kami mengumumkan jika hari ini adalah hari terakhir anda bekerja.'"Apa maksud kalian? Hari terakhir bekerja?" Carol menggeram, rahangnya mengeras menahan amarah. 'Tuan Henry yang memerintahkan kami untuk memecat anda. Harap segera ke luar dari dalam ruangan.'"Apa maksud kalian—" Tut Tut Tut Carol membanting telponnya dengan kasar. Ia keluar dari ruangannya menuju ruangan Henry yang terletak di lantai sepuluh. Ia berjalan tergesa-gesa hingga tak sadar telah menabrak seseorang yang akan memasuki lift. "Kenapa dia terburu-buru?" gumam orang itu sebelum masuk ke dalam lift. Car
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Pertemuan Yang Menggoda

Satu minggu yang lalu.Carol menghela napas panjang setelah perdebatan panjang dengan kliennya yang memakan waktu hampir satu jam lamanya. Sudah lewat jam makan siang tapi pria di depannya ini masih juga tak mau beranjak dari tempat duduknya. Entah apa yang membuat ia begitu ingin banyak bicara dengannya."Perusahaan kami sangat kompeten dalam menjalin hubungan komunikasi dengan berbagai investor. Kami pastikan tidak ada kekurangan satu pun dalam pengerjaan proyek pembangunan hotel tersebut," tegas Carol seakan ingin segera mengakhiri pertemuannya dengan kliennya ini.Pria ini, satu diantara klien mahal milik Carol yang harus dipertahankan. Rumor mengatakan, pria ini jarang sekali mau berbicara lama dengan siapapun. Yang paling terbaru adalah pertemuan dengan pemilik resort mewah di pantai Eden. Ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk bertemu tanpa sempat berbincang. "Aku tahu. Besok kirimkan proposal tambahan yang kau sebutkan tadi. Ini target awal tahun dan harus ada di susunan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Dia Mengusirku

Carol pulang dalam keadaan mabuk. Sepulang kerja tadi, ia mampir dulu ke bar milik sahabatnya, Kimi. Sekedar menghilangkan penat di kepalanya, Carol menenggak dua gelas champagne. Ia sadar jika memiliki toleransi alkohol yang rendah, hanya saja tingkat keegoisan dan harga dirinya sangatlah tinggi. Setiap kali sahabatnya mengejek, ia akan melawan dengan menyodorkan gelasnya. Namun ia kalah, baru dua teguk langsung terkapar di meja bar."Dari mana saja kau?" Henry datang menghampiri Carol yang nampak kusut. Pakaian, riasan dan rambutnya bagaikan pengemis pinggiran kota. Henry mengernyit jijik. Ia sangat anti dengan segala hal yang kotor dan bau. "Kau seperti pengemis. Mandi dan tidurlah." Carol tak mengindahkan kata-kata yang keluar dari bibir suaminya. Kepalanya masih berputar hebat tapi ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan suaminya. Dengan langkah terhuyung, ia berjalan mendekati Henry yang menghindarinya. "Kau!" bau alkohol menguar di udara. Henry menahan napasnya. Ia b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Pengusiran Kedua Kali

Malam itu, Carol kembali ke rumah keluarga Parker untuk meminta keadilan. Ia berharap keluarga besar Parker akan membelanya dari segala perlakuan Henry. Namun yang didapatkan adalah perlakuan yang sama. Ia diusir, seluruh barang-barangnya dibuang. "Pergi kau dari rumah ini! Keluarga Parker tidak membutuhkan hama sepertimu di sini!" Nyonya Emma Welson berteriak keras hingga membuat seluruh pelayan di mansion mewah itu tersentak kaget. Carol yang baru saja pulang dari rumah sahabatnya terkejut, karena tiba-tiba ibu mertuanya itu memakai dirinya dengan kata-kata kotor. Sementara di sudut sana, Henry Parker suaminya hanya berdiam diri sambil meneguk minuman di gelas tinggi. Ia hanya tersenyum sinis melihat istrinya diperlakukan kasar oleh ibunya. "Apa maksud ibu? Apa salahku hingga harus diusir dari rumah ini?" Carol membela diri. Ia merasa tak bersalah sama sekali. Ia berjalan mendekati ibu mertuanya untuk meminta penjelasan tapi tangannya yang hendak memegang lengan nyonya Emma langs
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Diremehkan Orang

Carol berjalan terseok-seok menyusuri jalanan panjang menuju jalan raya menuju arah pusat kota Amberfest. Ia mengurungkan niatnya menginap di rumah peninggalan ibunya. Besok pagi, ia harus mencari pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Carol berdiri di tepi jalan besar, tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Seorang wanita membuka jendela kaca, menatap Carol dengan tatapan sinis. "Kau pengemis?" "Aku terlihat seperti pengemis?" Carol balik bertanya. Wajah Carol terlihat kusam mengerikan. Rambut acak-acakan, riasan wajah hancur, mata merah dan hidung yang berair. Mungkin karena itu, wanita asing itu bertanya padanya. "Kau sedang menunggu taksi?" wanita itu kembali bertanya. Carol mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu ikutlah denganku sampai jalan raya menuju kota. Kudengar di sini sangat sulit mencari kendaraan." Carol masih terdiam di tempatnya. Ia masih mencerna ucapan wanita asing di depannya. Karena lama tak ada jawaban, wanita asing itu membuka pintu mobil lalu menarik Carol masuk. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Awal Perlawanan

Carol datang ke kantor Harold Times untuk bertemu dengan adik tirinya. Sejak ayahnya meninggal, hanya dia yang bersedia mengelola perusahaan peninggalan keluarga Dustin itu. Perusahaan penerbitan surat kabar yang telah hampir satu abad berdiri di kota Amberfest. Ruangan adik tiri Carol cukup nyaman. Nuansa merah maroon bercampur dengan hijau muda seperti warna natal menjadi interior yang hangat. Berbanding terbalik dengan misi perusahaan yang mencari berita panas setiap harinya tanpa mengenal takut. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mewah itu, mencari sesuatu yang bisa ditelusurinya. Tak ada, tak banyak harapan lagi. "Ah, kau datang kemari? Ada apa?" Erik Dustin, pemilik ruangan sekaligus adik tiri Carol masuk dan menyapanya."Aku, sedang ingin saja ke sini." Carol berbalik menuju kursi kebesaran Erik di dekat jendela besar sana. Ia duduk setelah dipersilakan oleh pria itu. "Aku ingin bercerita padamu."Erik mengerutkan dahinya membiarkan wanita cantik di depannya ini memulai pembi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-07
Baca selengkapnya

Kontrak Pernikahan

"Selamat malam tuan Domsley. Senang bertemu denganmu," balas Erik menyapa kembali tuan Domsley yang agung. Pria itu berseri-seri, ia memang senang dipuji oleh orang lain. "Ah, aku ingat tentang Harold Times. Kau beruntung bisa menyelamatkan perusahaan itu. Apa kau berniat melepas sedikit saham untuk kubeli?" Erik menoleh ke arah Carol yang tersenyum manis padanya. Sepertinya ia akan meminta pendapat kakak tirinya itu."Aku memiliki 20% saham. Kalau tuan Domsley berkenan, aku bisa menjual 10%. Aku adalah putri tertua James Dustin. Tapi aku tidak terlalu bersenang-senang dengan saham itu." Carol menampakkan raut wajah sendu dan sedih. Ia sengaja, tuan Domsley sangat suka cerita menyayat hati."Kenapa tidak? Apa kau terluka? Tunggu, bukankah kau istri tuan Henry pemilik Deluxe corp?" tuan Domsley menunjuk ke arah Henry sehingga semua orang ikut melihatnya. "Lalu kenapa dia—""Aku telah berpisah. Sekarang aku bekerja menjadi sekretaris Erik dan beren
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Resmi Menikah

Henry tak membawa hasil apapun sepulangnya dari pesta pertemuan pengusaha malam ini. Tak ada satupun yang berniat membuka pertemuan selanjutnya untuk membicarakan bisnisnya yang masih terus berkembang. Lucy tak bisa diharapkan lagipula memang bukan keahliannya meyakinkan para pengusaha itu. Lucy hanya bertindak sebagai orang ketiga yang membantunya di balik layar. Berbeda dengan Carol yang akan mencarikan mangsa untuknya. "Kau pulang dalam keadaan lesu. Apa yang terjadi?" nyonya Ferlestin, istri pamannya menyapa. Henry menggelengkan kepalanya. "Mungkin saja aku bisa membantu.""Aku tak mendapatkan satupun pengusaha yang bisa aku ajak bekerja sama. Tak biasanya mereka begitu acuh saat melihat keberadaanku di pesta itu." Henry duduk di samping nyonya Ferlestin yang tengah membuka majalah fashion terkenal. Ia menutup wajahnya dengan sebelah tangan sambil memejamkan matanya. "Siapa yang kau incar? Aku mungkin bisa membantumu," ujar nyonya Ferlestin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

Putri Rakyat Jelata

Perut Carol berbunyi nyaring. Sudah pukul tujuh malam dan ia harus mengisi perutnya yang belum dimasuki makanan sejak sore. Carol memang memiliki kebiasaan untuk mengunyah makanan sebelum tidur, karena itu membuatnya lebih mudah tertidur. Ia tak pernah mempedulikan bentuk tubuhnya yang akan membesar. Toh selama ini ia tak pernah merasakan hal itu. "Kau mau kemana?" langkah Carol terhenti mendengar suara dingin nan tajam berseru di belakangnya. "Mengendap-endap seperti perampok saja." "Damian, aku lapar. Maaf jika aku seperti sedang menguntit di rumahmu tapi ini bukan salahku. Rumahmu begitu besar dan banyak tangga dimana-mana. Aku juga tak tahu dimana dapurmu. Sedangkan perutku—" "Aku baru saja akan mengajakmu untuk makan malam. Apakah rumahku lebih besar dari milik bedebah itu?" Carol mengerutkan dahinya. Siapa yang dimaksud dengan bedebah? "Maksudku, Henry. Rumahnya tak sebesar rumahku?" "Oh, rumah Henry? Sepertinya hanya setengahnya dari ru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Rahasia Saint Monsdaile

Tugas Carol sebagai seorang sekretaris Erik hanya berlaku satu hari. Setelahnya, ia dibawa oleh asisten Ken ke kantor milik Damian. Suaminya itu menginginkan Carol bekerja sebagai konsultan bisnisnya. Mengingat betapa piawainya wanita itu saat presentasi memberikan pandangannya terhadap bisnis menjanjikan di masa depan. Intuisinya benar-benar bermanfaat. Sayang sekali wanita secerdas dia dicampakkan begitu saja oleh si pecundang Henry Parker. Carol duduk di kursi yang telah disediakan oleh Damian. Lebih baik daripada kursi di tempat kerjanya yang dulu. Damian begitu memanjakannya dengan berbagai alat penunjang. Laptop keluaran terbaru, meja kerja yang sangat cantik, hiasan dinding serta vas bunga yang diisi dengan bunga segar. "Dia membuatku seperti putri kerajaan," gumam Carol. Dua jam Carol berkutat dengan laptop dan laporan di tangannya, hampir separuhnya telah selesai dikerjakan. Carol sangat menghargai waktu. Ia sangat menyenangi pekerjaannya sehin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status