Home / Romansa / Penguasa Hati Tuan Arogan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Penguasa Hati Tuan Arogan : Chapter 21 - Chapter 30

37 Chapters

Salah Sasaran

"Carol!" Erik melambaikan tangannya menyapa kakak tirinya yang telah sampai lebih dulu di tempat yang mereka inginkan. Duduk di sebuah kafe anak muda sambil membicarakan hal-hal tidak penting. Mereka biasa seperti ini jika tak ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. "Menunggu lama?" tanyanya lalu duduk di bangku yang berhadapan dengan Carol. "Belum. Pesanlah makan dan minum." Carol menyerahkan buku menu pada Erik. Sambil menunggu adiknya memesan, ia sibuk berselancar di dunia maya."Bagaimana pekerjaanmu? Apa kau senang bekerja dengan Damian?" Erik terkekeh melihat reaksi Carol. Mata kakak tirinya itu melirik disertai dengusan tak suka. "Ehm, lumayan. Dia membuatku seperti pengangguran. Kau tahu, dia tak pernah mengizinkan aku bekerja terlalu keras. Satu hari, aku hanya memeriksa satu projek saja." Carol kesal. Rasa kesalnya itu ia lampiaskan pada minuman dingin yang dipesannya. Diteguknya susu kocok rasa strawberry dalam satu tegukan. Erik dibuat melongo melihatnya. "Wow,
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Phobia Terungkap

"S-siapa kau?"Bulu leher Carol seketika meremang. Tangan kasar yang menutupi bibirnya membuatnya tak bisa berpikir jernih. Carol hanya bisa diam tak berkutik. Ia pikir, dirinya akan berakhir di tangan pemilik tangan itu. Carol memejamkan matanya, pasrah akan nyawanya. Namun sekejap, ia kembali membuka mata. Sebuah sentuhan di bibir akhirnya membuat dirinya tersadar. "Damian?" si pemilik tangan itu tertawa. Carol memukul lengan Damian cukup keras. Lampu kamar pun menyala. Terlihat rona merah menahan marah dan malu di wajah cantik Carol. Damian menangkupnya. "Kau marah?" mata Damian menelusuri mata Carol yang berkaca-kaca. "Maafkan aku.""Kau pikir itu lucu? Aku takut setengah mati hingga tak dapat bergerak," omel Carol. Tangannya menghentak kasar lengan Damian yang bertengger di bahunya. Carol memiliki trauma masa lalu dengan penculikan yang hampir merenggut nyawanya. Beruntung saat itu asisten pribadi ayahnya datang menolong. Hal yang paling membekas adalah ruangan gelap dan mulu
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Siapa Sebenarnya Damian?

Damian bangun lebih dulu. Setelah pergulatan panas di ranjang semalam, tampaknya Carol tak bisa menahan lelahnya. Damian tak memaksakan diri, ia hanya mengajak Carol satu kali, itupun Carol langsung tertidur setelahnya. "Dia harus istirahat yang banyak hari ini," gumam Damian. Sebenarnya, akhir pekan ini Damian akan mengajak Carol berjalan-jalan ke sebuah peternakan milik kakeknya. Kabarnya, Carol menyukai hal-hal yang menenangkan bersama hewan. Itu diketahuinya dari Erik. Ah, teringat tentang Erik sepertinya Damian akan menanyakan sesuatu padanya. "Kau telah hidup bersama saudara tirimu lebih dari sepuluh tahun, apa kau mengetahui tentang traumanya?" tanya Damian dari sambungan telepon yang baru saja terhubung dengan Erik. Ini masih pagi, Erik baru saja membuka matanya dan Damian langsung menanyakan pertanyaan sulit padanya. [Damian, ini masih pagi. Aku baru saja bangun dan kau bertanya tentang trauma Carol. Astaga!] omel Erik yang geram pada Damian. "Aku tiba-tiba teringat den
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Hanya Sebuah Omong Kosong

Carol tak mau bicara pada suaminya sejak kemarin siang. Setelah dirinya memergoki Damian dan Erik membicarakan sebuah rahasia, ia merasa seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Tampak keduanya hanya duduk tenang tanpa rasa bersalah sedikitpun padanya. Ia geram tapi memilih diam saja walau hatinya terasa sedikit panas. "Erik, kau ada waktu ke kantorku?" Erik yang tengah menyeruput kopi panasnya mendongak lalu mengangguk. "Aku ingin bicarakan tentang saham di Harold Times."Erik melirik Carol yang menghentikan kunyahannya. Kakak tirinya itu tampak tertarik dengan pembicaraan tentang perusahaan warisan ayahnya. "Kau ingin menjualnya?" tanya Erik. Damian menggelengkan kepalanya. "Aku ingin memberikannya pada seseorang." "Wanita?" Erik menyeringai, ingin menggoda kakaknya. Damian mengangguk. "Cantik?" Damian sadar jika Erik tengah menggoda Carol yang masih mendiamkannya. Damian mengangguk. Carol mendengus kesal. Cemburu, ia melempar sendoknya ke tengah meja hingga berdenting. Erik
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bertemu Pria Aneh

Carol tak bisa diam saja di dalam kantor. Isi kepalanya penuh dengan pemikiran aneh tentang suaminya. Entah mengapa ia merasa tidak terima jika seandainya suaminya memiliki wanita lain di luar sana. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, wanita cantik itu berjalan-jalan di sebuah mall besar di Amberfest untuk mencari pakaian serta gaun untuk pesta tahunan para pemilik perusahaan bulan depan. Ia datang mewakili Harold Times bersama Erik tentunya. Puas mencari barang yang diinginkannya, ia pergi membeli satu cup kecil es krim vanila untuk mengembalikan moodnya. Kepalanya mengangguk-angguk sambil memperhatikan setiap etalase yang dilewatinya. Begitu terpesonanya ia pada barang pajangan itu, tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang yang tengah berdiri di sebuah etalase toko barang kebutuhan pria. BrukCarol jatuh terduduk dengan es krim yang jatuh di atas pakaiannya. "Ah, pantatku sakit," keluhnya disertai ringisan. Seseorang yang ditabraknya tadi menoleh. Matanya terbelalak melihat seor
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Apa Carol Diterima?

Carol kembali ke kantor setelah berhasil kabur dari pria aneh di mall tadi. Peluh di pelipisnya semakin terurai sebesar biji jagung. Kakinya lemas setelah berlari cukup jauh. Beruntung pria itu tak mengejarnya. "Kau kenapa?" tegur Damian yang berdiri tegak sambil menyilangkan tangannya di dada. Carol tengah duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk ruangan Damian. Ia tadi berniat ingin masuk ke dalam tapi lututnya tiba-tiba lemas tak bisa digerakkan. "Aku lemas tak bisa jalan. Bisa kau bantu aku?" Damian mengulurkan tangannya untuk membantu Carol berdiri. Ia memapah istrinya masuk ke dalam ruangannya. Ada yang aneh dengan Carol. "Ken, ambilkan air minum dingin dan segelas teh chamomile," perintahnya pada Ken. Asistennya itu segera pergi setelah diperintahkan. Sementara Damian membaringkan tubuh istrinya di kursi lebar dalam ruangan. "Kau kenapa?""Ada seseorang mengikutiku," ucap Carol, sedetik kemudian ia menggeleng. "Bukan, dia tertarik padaku."Damian mengerutkan dahinya bingung.
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bertemu Keluarga Besar

Mansion keluarga Easton sangatlah mewah. Kabar di luar sana beredar jika mansion itu adalah salah satu mansion tertua di kota Amberfest. Sejak tujuh puluh tahun yang lalu, bangunannya tak pernah berubah. Terhitung sejak kakek Damian lahir hingga sekarang, bangunan itu tetap kokoh berdiri. Saat Carol melangkahkan kakinya masuk ke halaman luas mansion keluarga Easton, suasana di sekitarnya tiba-tiba berubah. Terasa sejuk, tapi ada perasaan sungkan dan canggung di hatinya. "Apa kau akan diam saja di sini?" tanya Damian yang membuyarkan lamunan Carol. Karena sejak tadi, istrinya itu hanya diam mematung tak bergerak sedikit pun. "Kakiku terasa melekat di atas bumi. Bisakah aku pulang lebih dulu?" Carol tersenyum kaku. Kakinya memang tak bergerak. Mungkin efek takut dan ragu yang bercampur menjadi satu."Ada Erik di dalam." Damian menarik tangan Carol, mengajaknya masuk ke dalam mansion mewah itu. Carol terseok-seok walau akhirnya ia mengalah dan masuk dengan tenang ke dalam sana. "Woah
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Hanya Ingin Tahu

"Rachel itu, istri kedua mendiang kakak Billy yang meninggal karena kecelakaan." Carol duduk di sofa dekat kolam belakang mansion. Tadi Damian mengajaknya untuk bersantai di sana setelah makan malam. Rencananya, mereka juga akan menginap di mansion keluarga Easton yang mewah itu. "Kenapa dia masih di sini?" tanya Carol. "Maksudku, kan suaminya telah tiada. Jadi—""Ayah yang menyuruhnya tinggal di sini." Damian menghela napas berat. Matanya menerawang jauh ke atas langit yang malam ini berwarna terang. Carol mengikuti arah pandang suaminya. "Wanita itu rapuh. Dia butuh perlindungan.""Boleh aku berteman dengannya?" Damian mengangguk. "Kau boleh berteman dengan siapapun. Kecuali keluarga Parker."Carol terkekeh. "Aku bahkan tak memikirkan keluarga itu lagi.""Tapi tetap ingin membalas dendammu kan?"Carol tak membahasnya lagi. Ia sungguh lelah malam ini. Setelah masuk ke dalam kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Matanya terpejam sejenak, sebelum seseorang tib
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Dia Juga Datang

Fakta mengenai siapa Damian sebenarnya, belum ada yang berani membicarakan. Erik mengatakan, apa yang terlihat di depan mata bukanlah yang sebenarnya terjadi. Damian hanya menyembunyikan separuh dari misteri hidupnya. Tak ada yang tahu pasti apakah dia iblis atau malaikat. Carol melihat sosok Damian sebagai sosok dingin dan misterius yang terkadang sering bertingkah aneh. Selama ini, tak pernah sekalipun pria itu ringan tangan padanya. Walau wajahnya nampak sedikit kejam. Setidaknya, ia tetap memakai topeng malaikat di depannya. "Sedang membicarakan aku?" tanya Damian dari balik pintu ruang kerja yang kini terbuka lebar. Carol dan Erik saling melirik. Carol melengos, Erik terkekeh melihat reaksi kakak tirinya itu. "Kau terlalu percaya diri." Carol mencebik. Ia segera pergi dari hadapan Damian dan Erik. Kedua pria itu saling tatap lalu menggelengkan kepalanya. Erik melihat ke arah ruang tengah, memastikan Carol telah pergi dari sana. Setelah itu, ia berbisik perlahan di telinga Dam
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Henry Mencurigai Sesuatu

Henry begitu menikmati waktunya yang santai bersama Lucy hari ini. Di tengah kesibukannya, ia teringat dengan istrinya yang telah diabaikannya berhari-hari. Wanita yang selalu bersama dengannya itu sungguh bahagia melihat perubahan sang suami. Perhatian inilah yang diharapkannya sejak pernikahan mereka dua bulan lalu."Kau memesan kamar VVIP?" tanya Lucy begitu dirinya masuk ke dalam bioskop. Seorang pekerja bioskop mengajak mereka naik ke lantai dua, di sana terdapat lima kamar VVIP yang diisi khusus bagi pengunjung terpilih. "Aku memesannya tiga hari lalu. Ini kejutan untukmu." Henry tersenyum. Lucy bahagia mendengarnya. Pria yang dicintainya memberikan kejutan di saat dirinya sedang sedih. "Terima kasih." Keduanya kini duduk di kamar VVIP ketiga yang terletak di lantai dua. Sebenarnya Henry ingin di bagian tengah, karena pemandangannya lebih menarik. Tapi di bagian itu, telah dipesan dua jam sebelum dirinya. Kedua mata Henry menyipit, melihat pekerja bioskop berkali-kali masuk
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status