Share

Diremehkan Orang

Penulis: Rachel Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-07 15:15:07

Carol berjalan terseok-seok menyusuri jalanan panjang menuju jalan raya menuju arah pusat kota Amberfest. Ia mengurungkan niatnya menginap di rumah peninggalan ibunya. Besok pagi, ia harus mencari pekerjaan untuk menopang kehidupannya.

Carol berdiri di tepi jalan besar, tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Seorang wanita membuka jendela kaca, menatap Carol dengan tatapan sinis. "Kau pengemis?"

"Aku terlihat seperti pengemis?" Carol balik bertanya. Wajah Carol terlihat kusam mengerikan. Rambut acak-acakan, riasan wajah hancur, mata merah dan hidung yang berair. Mungkin karena itu, wanita asing itu bertanya padanya.

"Kau sedang menunggu taksi?" wanita itu kembali bertanya. Carol mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu ikutlah denganku sampai jalan raya menuju kota. Kudengar di sini sangat sulit mencari kendaraan."

Carol masih terdiam di tempatnya. Ia masih mencerna ucapan wanita asing di depannya. Karena lama tak ada jawaban, wanita asing itu membuka pintu mobil lalu menarik Carol masuk. Ia juga memerintahkan supir taksi untuk memasukkan lima koper milik Carol ke bagasi.

"Namamu siapa?" tanya Carol sebelum berangkat. Wanita itu tersenyum lebar lalu menepuk-nepuk bahu Carol. "Aku takut dengan orang asing."

"Ah, namaku Anna. Aku tinggal di Amberfest seorang diri. Kebetulan aku lewat di tempat ini dan bertemu denganmu. Aku, hanya ingin menolongmu saja."

"Terima kasih. Omong-omong, bagaimana kau tahu kalau aku sedang membutuhkan tumpangan? Dan, memang benar wajahku seperti pengemis?"

Anna mengangguk. "Kau seperti pengemis. Aku yakin kau baru saja diusir."

"Kau adalah cenayang."

Perjalanan ternyata cukup jauh dan keduanya tiba di sebuah rumah kecil di pinggiran kota Amberfest yang padat. Selama perjalanan Carol tertidur, ia cukup lelah untuk sekedar bercakap-cakap dengan Anna.

Setelah tiba, Anna membangunkan Carol yang masih terlelap. Saat wanita itu bangun, matanya terbelalak. Pemandangan di sekelilingnya tampak asing.

"Kita sampai," ujar Anna tenang. Ia menyuruh supir taksi menurunkan koper lalu mengajak Carol untuk turun.

"Ini dimana?" Carol belum sepenuhnya sadar. Ia masih terbawa mimpi lelapnya tadi.

"Ini rumahku, kau menginap saja di sini. Besok, kau bisa mencari tempat tinggal kalau kau mau," usul Anna yang turun lebih dulu dari taksi. Carol mengikutinya dari belakang.

Carol menyeret masuk kopernya ke dalam rumah Anna yang sederhana. Rumah itu tampak sepi dari luar. Tak ada hiruk pikuk di dalamnya. Lampu depan belum dinyalakan dan saat mereka masuk, denting jam menyapa mereka dengan suaranya yang damai.

"Tempat tinggal yang nyaman," gumam Carol.

Carol mengedarkan pandangannya ke segala arah. Ada dua lukisan yang terlihat usang saat membuka pintu depan. Anna ikut memandang ke arah lukisan itu. "Ah, itu lukisan kakek dan nenekku saat masih muda. Aku tinggal sendiri karena keluargaku telah tiada."

"Maaf, aku—"

"Kau boleh tinggal denganku selama mencari pekerjaan di sini. Ah, dulu kau bekerja sebagai apa? Mungkin aku bisa bantu carikan." Anna terlihat begitu tulus saat menawarkan bantuan. Tadinya Carol berpikir jika dirinya adalah orang jahat tapi ternyata tidak.

Carol menghela napas kasarnya. "Konsultan bisnis di Deluxe Corp, anak perusahaan Parker Group. Aku dipecat setelah pulang ke rumah dan—"

Carol menarik napas panjang lalu menghelanya. Sementara Anna mengerutkan dahinya bingung. "—diceraikan."

"Tepat sekali dugaanku. Kau punya masalah pribadi yang cukup pelik. Tidurlah di sini, besok aku bantu cari pekerjaan di sebuah restoran untuk sementara."

"Kau mau membantuku?" Anna mengangguk membuat Carol tersenyum. "Terima kasih."

"Aku hanya bisa membantumu di restoran ayam. Selanjutnya, kau bisa cari penggantinya jika keberatan."

"Tidak, aku butuh uang untuk kebutuhanku. Jadi, tak mengapa jadi pelayan."

"Baiklah. Tidurlah, besok aku bangunkan pagi hari."

***

Keesokan harinya, Carol melamar kerja di sebuah restoran ayam yang terkenal di pinggiran kota Amberfest sebagai seorang pelayan. Pendidikannya yang tinggi ternyata harus kalah dengan kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga Parker. Setelah diceraikan dan diusir, ia juga dipecat dari pekerjaannya. Bahkan, namanya diblacklist dari seluruh perusahaan besar di negara ini.

Saat jam istirahat, Carol menyempatkan diri membuka email lowongan pekerjaan yang dikirimkannya ke beberapa perusahaan terkenal. Lagi-lagi ia menghela napas kasarnya kala mendapati penolakan dari perusahaan itu. Padahal, ia sangat mengenal pemimpin perusahaan mereka. Bahkan pernah bertemu dengannya berkali-kali.

"Kenapa mereka sombong sekali? Apa mereka pikir aku penipu?" umpat Carol mendesis kesal.

Carol memasukkan lagi ponselnya ke dalam loker lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

Lantai satu restoran telah penuh dengan pelanggan. Suara anak kecil dan tumpukan piring sudah menantinya sejak ia keluar dari ruangan istirahat. Carol menarik napas sejenak, ketegangan mulai terasa dari ujung rambutnya. Keringat dingin pun mulai menetes dari ujung dahinya. Semua tidak ada yang tahu jika dirinya memiliki gangguan kecemasan yang cukup tinggi.

"Carol, tolong bersihkan meja nomor lima!" teriak Dania dari seberang meja. Carol mengangguk berjalan menuju meja nomor lima.

"Ternyata, ini pekerjaanmu sekarang?" Carol menoleh ke belakang merasa familiar dengan suara yang tadi menyapanya. "Pelayan restoran ayam? Wow, sungguh kejatuhan yang luar biasa."

'Sial!'

Carol membersihkan meja tersebut lalu mengambil buku menu untuk mereka tanpa senyum dan basa-basi. Hingga lima menit berlalu, tak ada juga yang dipesannya, membuat Carol mendengus kesal.

"Kami tak jadi memesan. Sayang, kita pulang." wanita yang dikenalnya itu membuang buku menu tepat di depan Carol. Membuat wanita itu menggeram marah.

"Kau! Tidak punya sopan santun!" teriak Carol yang sialnya diketahui oleh manajer restoran.

"Oh, maaf."

"Carol, kau dipecat!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Awal Perlawanan

    Carol datang ke kantor Harold Times untuk bertemu dengan adik tirinya. Sejak ayahnya meninggal, hanya dia yang bersedia mengelola perusahaan peninggalan keluarga Dustin itu. Perusahaan penerbitan surat kabar yang telah hampir satu abad berdiri di kota Amberfest. Ruangan adik tiri Carol cukup nyaman. Nuansa merah maroon bercampur dengan hijau muda seperti warna natal menjadi interior yang hangat. Berbanding terbalik dengan misi perusahaan yang mencari berita panas setiap harinya tanpa mengenal takut. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mewah itu, mencari sesuatu yang bisa ditelusurinya. Tak ada, tak banyak harapan lagi. "Ah, kau datang kemari? Ada apa?" Erik Dustin, pemilik ruangan sekaligus adik tiri Carol masuk dan menyapanya."Aku, sedang ingin saja ke sini." Carol berbalik menuju kursi kebesaran Erik di dekat jendela besar sana. Ia duduk setelah dipersilakan oleh pria itu. "Aku ingin bercerita padamu."Erik mengerutkan dahinya membiarkan wanita cantik di depannya ini memulai pembi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Kontrak Pernikahan

    "Selamat malam tuan Domsley. Senang bertemu denganmu," balas Erik menyapa kembali tuan Domsley yang agung. Pria itu berseri-seri, ia memang senang dipuji oleh orang lain. "Ah, aku ingat tentang Harold Times. Kau beruntung bisa menyelamatkan perusahaan itu. Apa kau berniat melepas sedikit saham untuk kubeli?" Erik menoleh ke arah Carol yang tersenyum manis padanya. Sepertinya ia akan meminta pendapat kakak tirinya itu."Aku memiliki 20% saham. Kalau tuan Domsley berkenan, aku bisa menjual 10%. Aku adalah putri tertua James Dustin. Tapi aku tidak terlalu bersenang-senang dengan saham itu." Carol menampakkan raut wajah sendu dan sedih. Ia sengaja, tuan Domsley sangat suka cerita menyayat hati."Kenapa tidak? Apa kau terluka? Tunggu, bukankah kau istri tuan Henry pemilik Deluxe corp?" tuan Domsley menunjuk ke arah Henry sehingga semua orang ikut melihatnya. "Lalu kenapa dia—""Aku telah berpisah. Sekarang aku bekerja menjadi sekretaris Erik dan beren

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Resmi Menikah

    Henry tak membawa hasil apapun sepulangnya dari pesta pertemuan pengusaha malam ini. Tak ada satupun yang berniat membuka pertemuan selanjutnya untuk membicarakan bisnisnya yang masih terus berkembang. Lucy tak bisa diharapkan lagipula memang bukan keahliannya meyakinkan para pengusaha itu. Lucy hanya bertindak sebagai orang ketiga yang membantunya di balik layar. Berbeda dengan Carol yang akan mencarikan mangsa untuknya. "Kau pulang dalam keadaan lesu. Apa yang terjadi?" nyonya Ferlestin, istri pamannya menyapa. Henry menggelengkan kepalanya. "Mungkin saja aku bisa membantu.""Aku tak mendapatkan satupun pengusaha yang bisa aku ajak bekerja sama. Tak biasanya mereka begitu acuh saat melihat keberadaanku di pesta itu." Henry duduk di samping nyonya Ferlestin yang tengah membuka majalah fashion terkenal. Ia menutup wajahnya dengan sebelah tangan sambil memejamkan matanya. "Siapa yang kau incar? Aku mungkin bisa membantumu," ujar nyonya Ferlestin.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Putri Rakyat Jelata

    Perut Carol berbunyi nyaring. Sudah pukul tujuh malam dan ia harus mengisi perutnya yang belum dimasuki makanan sejak sore. Carol memang memiliki kebiasaan untuk mengunyah makanan sebelum tidur, karena itu membuatnya lebih mudah tertidur. Ia tak pernah mempedulikan bentuk tubuhnya yang akan membesar. Toh selama ini ia tak pernah merasakan hal itu. "Kau mau kemana?" langkah Carol terhenti mendengar suara dingin nan tajam berseru di belakangnya. "Mengendap-endap seperti perampok saja." "Damian, aku lapar. Maaf jika aku seperti sedang menguntit di rumahmu tapi ini bukan salahku. Rumahmu begitu besar dan banyak tangga dimana-mana. Aku juga tak tahu dimana dapurmu. Sedangkan perutku—" "Aku baru saja akan mengajakmu untuk makan malam. Apakah rumahku lebih besar dari milik bedebah itu?" Carol mengerutkan dahinya. Siapa yang dimaksud dengan bedebah? "Maksudku, Henry. Rumahnya tak sebesar rumahku?" "Oh, rumah Henry? Sepertinya hanya setengahnya dari ru

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Rahasia Saint Monsdaile

    Tugas Carol sebagai seorang sekretaris Erik hanya berlaku satu hari. Setelahnya, ia dibawa oleh asisten Ken ke kantor milik Damian. Suaminya itu menginginkan Carol bekerja sebagai konsultan bisnisnya. Mengingat betapa piawainya wanita itu saat presentasi memberikan pandangannya terhadap bisnis menjanjikan di masa depan. Intuisinya benar-benar bermanfaat. Sayang sekali wanita secerdas dia dicampakkan begitu saja oleh si pecundang Henry Parker. Carol duduk di kursi yang telah disediakan oleh Damian. Lebih baik daripada kursi di tempat kerjanya yang dulu. Damian begitu memanjakannya dengan berbagai alat penunjang. Laptop keluaran terbaru, meja kerja yang sangat cantik, hiasan dinding serta vas bunga yang diisi dengan bunga segar. "Dia membuatku seperti putri kerajaan," gumam Carol. Dua jam Carol berkutat dengan laptop dan laporan di tangannya, hampir separuhnya telah selesai dikerjakan. Carol sangat menghargai waktu. Ia sangat menyenangi pekerjaannya sehin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Makan Malam Mewah

    Henry baru saja kembali dari kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahannya dengan Lucy. Sekembalinya dari kantor itu, ia tak segera menuju kantornya. Ia datang ke rumah nyonya Ferlestin yang sudah pulang tadi pagi. Jantung Henry berdebar-debar menunggu hasil pertemuan antara nyonya Ferlestin dan tuan Domsley."Bagaimana keputusannya? Apakah tuan Domsley mau membantu?" tanya Henry tak sabar. Ini proyek besar yang mempertaruhkan nama baik dan reputasinya. Nyonya Ferlestin menyesap teh hijaunya. Sekilas ia menahan napasnya sebelum ia menjawab pertanyaan beruntun dari keponakannya. "Tuan Domsley tak berminat. Ia terlihat marah saat menolaknya. Menurutmu, apa mungkin ia mengetahui masalah di balik pembangunan sekolah itu?" tanya nyonya Ferlestin hati-hati."Tak mungkin ada yang tahu kecuali ia mencarinya ke pengadilan," ujar Henry dengan raut wajah penuh curiga tapi dipendamnya. "Aku hanya berfirasat saja. Karena saat aku menanyakannya sekali lagi, tiba-tiba wajah dan nada suara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Wanita Entah Siapa

    Saat kembali dari restoran mewah itu, Lucy segera menemui Henry yang ternyata telah berada di rumah terlebih dulu. Lucy memang meminta izin pada Henry untuk keluar kantor saat siang hari untuk bertemu dengan klien yang katanya akan membantu pembangunan sekolah akting milik keluarga Parker. Pertemuan berjalan rumit dan akhirnya semua lepas begitu saja tanpa ada alasan. "Kau sudah pulang?" tanya Henry yang baru turun dari ruangan kerjanya di lantai dua. "Bagaimana hasilnya? Ada perkembangan?" Lucy menurunkan wajahnya. Auranya sangat suram. Senyum di bibirnya tak nampak sedikitpun. Henry langsung mencurigainya mendapat berita kurang menyenangkan. "Henry, maafkan aku. Tadi, saat aku berhasil meyakinkan salah satunya, tiba-tiba saja mereka mendapat email dari seseorang untuk membatalkan kerjasama dengan kita. Padahal, kita perlu dukungan mereka untuk kembali melanjutkan projek itu," keluh Lucy. Henry tak terima dengan alasan itu. Projek besar itu terlalu sayang untuk dilewatkan. Ia tel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Kau Menggila Semalam

    Keesokan paginya, Carol terbangun dengan wajah yang pucat pasi ketakutan. Di dalam ingatannya, tiba-tiba terlintas wajah Damian yang sedang tersenyum menggoda dirinya. Selimut tebal yang ia kenakan disibakkan hingga terlihat tubuh putihnya yang terbalut gaun tipis persis seperti saat ia sedang menikmati anggur di ruangan kecil itu. Tubuhnya menegang, ia pun menepuk dahinya setelah ia menyadari sesuatu yang baru saja terjadi padanya. "Bukankah aku menggila ketika mabuk? Apa yang terjadi padaku semalam?" Carol turun dari ranjangnya, berlari ke luar kamar tanpa mempedulikan rambutnya yang hancur berantakan. Ia mencari-cari sosok Damian yang pastinya akan menertawainya pagi ini. "Wow rambutmu seperti singa yang baru bangun tidur," ejek Damian. Pria itu tertawa melihat gaya rambut istrinya yang seperti terkena badai angin topan tadi malam. Ia mengajak Carol untuk duduk menikmati sarapan pagi dan secangkir kopi yang hangat. "Makanlah dulu. Setelah itu mandi dan kita ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19

Bab terbaru

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Kau Berbohong?

    Wajah kesal Henry tercetak jelas saat ia memasuki ruangan, mengetahui jika di dalam ruangan itu ada Carol yang pernah menjadi teman kerja juga hidupnya. Lucy yang berdiri di sebelahnya pun merasakan hal yang sama. Rasa tak nyaman dan juga tekanan dari atmosfer di sekitarnya membuat punggungnya serasa dihujani ribuan batu es. Lucy memilih duduk di meja yang berseberangan dengan Carol. Ia berusaha tenang menetralkan detak jantungnya. Kadang ia melirik ke kanan hanya untuk melihat interaksi Carol dengan pria di sampingnya. 'Apakah itu kekasihnya?'Waktu berjalan cepat. Dua orang maju untuk presentasi secara singkat konsep yang akan mereka kerjakan jika terpilih menjadi pemenang sebagai konseptor terbaik. Kini giliran Lucy untuk maju sebagai perwakilan dari Deluxe Corp. Dengan wajah penuh percaya diri, ia berjalan menuju podium depan menyiapkan bahan presentasinya. Satu persatu slide presentasi dibuka menampilkan gambar dengan animasi 3D yang memukau mata. Dari kejauhan Carol menyipit

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Terkejut Melihat Kehadiran Carol

    Hari ini Damian mengajak Carol ke kantor milik tuan Gallant. Ditemani oleh tuan Domsley dan Ken. Tadi pagi saat mereka akan berangkat, Erik melakukan sedikit drama. Ia ingin ikut tapi Damian melarangnya. Tuan Gallant sangat sensitif terhadap media dan Erik telah terkenal di dunia pengusaha sebagai pemimpin utama Harold Times.Saat memasuki gedung dua puluh lantai yang megah itu, Carol merasa hawa kurang nyaman dari sekitarnya. Seolah semua orang tengah membicarakannya. Beberapa dari mereka memang tengah berbisik-bisik sambil menatap kedatangannya. Ia berusaha menghilangkan pikiran buruk itu. 'Mungkin saja mereka tengah mengagumi Damian.'Namun, pemikiran Carol ternyata salah. Mata sekelilingnya bukan tengah membicarakan Damian, tapi dirinya sendiri. Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang mengatakan jika dirinya adalah menantu yang tak diinginkan oleh keluarga Parker. Lucy adalah yang terbaik. 'Dia menantu yang dibuang.''Untuk apa dia ke sini? Mengemis pekerjaan?''Apakah dia ak

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Api Dendam

    Carol tengah mengutak-atik laptopnya untuk mencari file penyimpanan projek yang pernah dipresentasikan dua tahun lalu saat dirinya masih berada di Deluxe Corp. Senyumnya mengembang, data yang ia butuhkan masih ada di laptop tua itu. Dalam sekejap mata, data itu diperbaiki untuk ditambahkan banyak detil yang diperlukan. 'Damian mengatakan padaku untuk membuatkan sebuah desain yang minimalis tapi berkesan. Sepertinya, desain ini harus ku tambahkan detail yang lain.' Carol berkata dalam hati.Hanya membutuhkan waktu dua jam, Carol berhasil menambah detail yang lebih baik. Tak lama kemudian, Damian masuk ke dalam kamar dengan hanya menggunakan celana pendek tanpa pakaian. Carol meliriknya, tiba-tiba saja pipinya memerah seperti tomat. "Kau sedang apa?" Damian mengintip dari atas. Carol menutup sebagian pekerjaannya. Sengaja agar Damian tak mengganggunya lagi. "Besok saja lagi. Sudah malam.""Tak apa. Aku sedang luang hari ini."Damian berjalan menuju lemari pakaian, mengambil kaus leng

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Projek Baru

    Henry menggeram menahan marah, mengabaikan panggilan dari asistennya yang sejak tadi berdiri di dekat meja. Satu jam lalu, seseorang memberitahu sebuah informasi yang menurutnya sangat berbahaya untuk masa depan perusahaannya. Henry memejamkan matanya. Ia memikirkan skenario untuk mencegah kerugian apabila apa yang ada di kepalanya benar terjadi. 'Carol bekerja di perusahaan milik Damian.' Sebuah informasi yang cukup membuat darahnya berdesir hebat. Bukan karena kemunculan kembali Carol setelah sekian lama menghilang. Sempat beredar kabar jika dirinya bekerja di Harold Times tapi kini ia malah berada di perusahaan pesaingnya. Bukan, bukan takut hanya saja nasib perusahaan sedang dipertaruhkan kali ini. "Bodoh!" Henry meremas rambutnya. "Kenapa dia berada di pihak Damian? Apa mungkin semua kegagalan yang perusahaanku alami akhir-akhir ini karena ulah Carol dan Damian?"Pintu ruangan diketuk. Asisten Henry masuk bersama nyonya Ferlestin. Istri pamannya itu sering datang mengunjunginy

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Sesuatu Yang Janggal

    Carol menatap serius ke arah layar proyektor yang menampilkan data hasil pengembangan perusahaan beberapa bulan ke belakang. Data itu pernah dibacanya saat ia baru masuk ke perusahaan Damian. Matanya menyipit dan kedua alisnya berkerut tak nyaman. Tangannya begitu lincah menari di atas kertas putih, mencatat apa saja hal yang dirasanya janggal dan aneh. Saat Jessica masuk ke dalam rencana anggaran, tiba-tiba tangannya berhenti bergerak. Jessica si pembaca presentasi terus berbicara sesuai dengan deretan angka yang tengah diperlihatkan di layar proyektor. "Semua rencana anggaran berasal dari rekomendasi dari berbagai macam pihak. Saya, sudah mendapatkan persetujuan dari tuan Damian dan tuan Marco," ujar Jessica sebelum menyelesaikan presentasinya. Carol mengangkat tangannya. Mulutnya gatal ingin mengomentari isi dari presentasi wanita berambut pendek di depannya. "Saya pernah membaca draftnya beberapa minggu lalu. Semua yang anda ceritakan di depan tadi, sedikit berbeda dengan yang

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Rahasia Erik Dan Damian

    Awal hari yang indah, diawali senin pagi yang membuat semua orang enggan pergi dari peraduannya. Begitu juga dengan Damian. Matanya masih setengah mengantuk, karena tadi malam Carol mengajaknya berkeliling pasar malam tengah kota. Carol mencoba berbagai macam makanan khas tanpa henti. Damian saja yang hanya melihatnya, sangat enggan untuk mencoba. Carol rupanya belum bangun dari tidurnya. Wanita itu masih nyaman bergelung di dalam selimut. Jam dinding telah menunjukkan pukul enam pagi. Sudah waktunya, mereka mempersiapkan diri untuk berangkat menuju kantor. Hari ini, ada presentasi hasil rapat minggu lalu. Akan ada tuan Domsley datang untuk mengawasi. "Carol, bangunlah. Hari ini ada presentasi dari divisi pengembangan. Kau ikut mengawasinya." Damian mengguncang-guncang tubuh Carol yang masih belum mau bergerak. Damian menarik lengannya, lalu memberi satu kecupan di dahi mulus Carol. "Kalau tidak bangun, akan aku cium bibirmu hingga bengkak." Mata Carol tiba-tiba terbuka. Lalu berla

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Henry Mencurigai Sesuatu

    Henry begitu menikmati waktunya yang santai bersama Lucy hari ini. Di tengah kesibukannya, ia teringat dengan istrinya yang telah diabaikannya berhari-hari. Wanita yang selalu bersama dengannya itu sungguh bahagia melihat perubahan sang suami. Perhatian inilah yang diharapkannya sejak pernikahan mereka dua bulan lalu."Kau memesan kamar VVIP?" tanya Lucy begitu dirinya masuk ke dalam bioskop. Seorang pekerja bioskop mengajak mereka naik ke lantai dua, di sana terdapat lima kamar VVIP yang diisi khusus bagi pengunjung terpilih. "Aku memesannya tiga hari lalu. Ini kejutan untukmu." Henry tersenyum. Lucy bahagia mendengarnya. Pria yang dicintainya memberikan kejutan di saat dirinya sedang sedih. "Terima kasih." Keduanya kini duduk di kamar VVIP ketiga yang terletak di lantai dua. Sebenarnya Henry ingin di bagian tengah, karena pemandangannya lebih menarik. Tapi di bagian itu, telah dipesan dua jam sebelum dirinya. Kedua mata Henry menyipit, melihat pekerja bioskop berkali-kali masuk

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Dia Juga Datang

    Fakta mengenai siapa Damian sebenarnya, belum ada yang berani membicarakan. Erik mengatakan, apa yang terlihat di depan mata bukanlah yang sebenarnya terjadi. Damian hanya menyembunyikan separuh dari misteri hidupnya. Tak ada yang tahu pasti apakah dia iblis atau malaikat. Carol melihat sosok Damian sebagai sosok dingin dan misterius yang terkadang sering bertingkah aneh. Selama ini, tak pernah sekalipun pria itu ringan tangan padanya. Walau wajahnya nampak sedikit kejam. Setidaknya, ia tetap memakai topeng malaikat di depannya. "Sedang membicarakan aku?" tanya Damian dari balik pintu ruang kerja yang kini terbuka lebar. Carol dan Erik saling melirik. Carol melengos, Erik terkekeh melihat reaksi kakak tirinya itu. "Kau terlalu percaya diri." Carol mencebik. Ia segera pergi dari hadapan Damian dan Erik. Kedua pria itu saling tatap lalu menggelengkan kepalanya. Erik melihat ke arah ruang tengah, memastikan Carol telah pergi dari sana. Setelah itu, ia berbisik perlahan di telinga Dam

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Hanya Ingin Tahu

    "Rachel itu, istri kedua mendiang kakak Billy yang meninggal karena kecelakaan." Carol duduk di sofa dekat kolam belakang mansion. Tadi Damian mengajaknya untuk bersantai di sana setelah makan malam. Rencananya, mereka juga akan menginap di mansion keluarga Easton yang mewah itu. "Kenapa dia masih di sini?" tanya Carol. "Maksudku, kan suaminya telah tiada. Jadi—""Ayah yang menyuruhnya tinggal di sini." Damian menghela napas berat. Matanya menerawang jauh ke atas langit yang malam ini berwarna terang. Carol mengikuti arah pandang suaminya. "Wanita itu rapuh. Dia butuh perlindungan.""Boleh aku berteman dengannya?" Damian mengangguk. "Kau boleh berteman dengan siapapun. Kecuali keluarga Parker."Carol terkekeh. "Aku bahkan tak memikirkan keluarga itu lagi.""Tapi tetap ingin membalas dendammu kan?"Carol tak membahasnya lagi. Ia sungguh lelah malam ini. Setelah masuk ke dalam kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Matanya terpejam sejenak, sebelum seseorang tib

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status