Share

Penguasa Hati Tuan Arogan
Penguasa Hati Tuan Arogan
Author: Rachel Bee

Berita Perceraian

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2025-03-07 15:10:44

[Breaking news: CEO Deluxe Corp telah mengumumkan perceraiannya ke publik dan berencana memperkenalkan calon istri barunya setelah acara di ulang tahun perusahaan bulan depan ]

"Apa ini? Perceraian? Henry tak pernah membicarakan ini padaku!" gumam Carol lirih.

Saat Carol mematikan televisi di ruangannya, telpon di meja berdering. Carol menjawabnya dengan mata penuh waspada.

'Nyonya Carol, dengan berat hati kami mengumumkan jika hari ini adalah hari terakhir anda bekerja.'

"Apa maksud kalian? Hari terakhir bekerja?" Carol menggeram, rahangnya mengeras menahan amarah.

'Tuan Henry yang memerintahkan kami untuk memecat anda. Harap segera ke luar dari dalam ruangan.'

"Apa maksud kalian—"

Tut Tut Tut

Carol membanting telponnya dengan kasar. Ia keluar dari ruangannya menuju ruangan Henry yang terletak di lantai sepuluh. Ia berjalan tergesa-gesa hingga tak sadar telah menabrak seseorang yang akan memasuki lift.

"Kenapa dia terburu-buru?" gumam orang itu sebelum masuk ke dalam lift.

Carol berbelok mencari ruangan Henry namun matanya malah tertuju pada sekretaris suaminya yang duduk di ruangannya dengan nyaman. Terbakar api kemarahan, ia mendatanginya.

"Mana Henry?" tanyanya pada Lucy, sekretaris Henry yang baru. Lucy hanya menggedikkan bahunya enggan berbicara dengan Carol. "Kau tuli ya?"

"Maaf, anda tidak berhak memerintah saya," jawab Lucy ketus.

"Heh, aku ini istri bosmu. Bilang padanya aku ingin bertemu!" teriak Carol yang mengundang perhatian beberapa karyawan yang lewat untuk melihatnya.

"Sekarang bukan lagi," ujar Lucy sambil tersenyum mengejek.

"Apa maksud—"

Lucy beranjak dari duduknya pergi entah kemana. Tak lama kemudian dua penjaga yang biasa berdiri di depan pintu ruangan Henry datang menghampiri. Rupanya tadi Lucy memanggil keduanya untuk datang kemari.

Dua penjaga tadi menarik tubuh Carol menjauh dari ruangan Lucy. Carol memberontak, ia tak merasa berbuat salah. Tangannya menunjuk ke arah Lucy yang kini tersenyum miring ke arahnya.

"Apa-apaan ini? Aku adalah istri bos kalian! Mengapa kalian bertindak kejam seperti ini?" Carol menghempas tangan yang dicengkeram keras oleh dua penjaga tadi. Keduanya menundukkan kepalanya di hadapan Carol.

"Maaf nyonya. Ini adalah perintah tuan Henry. Mulai sekarang, nyonya dilarang masuk ke ruangannya tanpa seizin sekretaris Lucy;" ucap keduanya meminta maaf.

"Lucy? Apa hubungannya—"

Lucy datang dengan langkah anggun menghampiri Carol yang berdiri dengan mata kebingungan. Kejadian hari ini begitu banyak dan membuat dirinya tak bisa berkata apa-apa.

"Carol, mulai sekarang batasi dirimu bertemu dengan tuan Henry di kantor. Mungkin sebentar lagi itu berlaku juga di rumah kalian," ucap Lucy dengan nada mengejek.

"Apa maksudmu?" Carol tak terima dengan kata-kata Lucy yang jelas-jelas merendahkannya. Kedudukan wanita itu tak lebih hanya sekedar sekretaris Henry, bukan untuk mengurusi masalah rumah tangga atasannya.

"Nanti juga anda mengerti begitu sampai di rumah. Kalian, bawa nyonya Carol ke luar. Mulai hari ini, ia bukan lagi karyawan Deluxe Corp." kedua orang tadi mengangguk paham. Carol membelalakkan matanya tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Lucy. Ia terus memberontak tapi kedua orang tadi tak mau melepaskannya.

Hingga akhirnya ia terjatuh di tangga luar gedung karena dihempas keduanya.

"Maaf nyonya, kami hanya mematuhi perintah." kedua orang itu pergi dari hadapan Carol, masuk kembali ke dalam gedung.

"Ah, sial! Kenapa seperti ini?"

***

Henry menatap puas kepergian Carol yang bisa diintipnya dari kaca jendela ruangannya. Carol nampak seperti pengemis dengan pakaian berantakan. Bertahun-tahun ia menginginkan hari ini terjadi dan akhirnya semua terwujudkan. Betapa senang hatinya hari ini.

Hampir lima tahun terakhir dirinya harus bersikap pura-pura mencintai Carol di depan orangtuanya demi mendapatkan warisan keluarga Parker. Kini, setelah orangtuanya mewariskan semuanya, Henry akhirnya bebas.

Carol yang bodoh terlalu mencintai Henry hingga memberikan semuanya pada suaminya itu. Cinta ternyata bisa membuat isi kepala wanita cerdas itu tak lebih besar dari anak kecil. Mereka bisa saja ditipu.

"Masuk!"

Henry menyunggingkan senyumnya melihat kedatangan Lucy ke dalam ruangannya. Lucy berjalan meliuk memamerkan pinggangnya yang ramping. Ia berjalan menghampiri Henry yang menyambutnya dengan tangan terbuka lebar untuk memberikannya pelukan.

"Aku berterima kasih karena kau mengabulkan permintaanku untuk menceraikan wanita itu. Kau tahu, berpura-pura jadi sekretarismu membuatku muak. Aku tak bisa bersenang-senang dengan bebas denganmu."

Lucy naik ke pangkuan Henry. Tangannya menyusuri dada bidang pria itu yang masih tertutup kemeja. Mata mereka saling bertatapan mengunci satu sama lain. Bibir mereka bersentuhan, detik demi detik hingga keduanya berciuman panas.

Lucy membuka dasi ketat Henry lalu membuangnya ke lantai. Satu persatu kancing kemejanya juga tak luput dari sentuhan tangannya. Tangan Henry juga tak hanya diam saja. Ia mengusap lembut pinggang Lucy lalu merematnya hingga membuat wanita itu memekik kecil.

"Aku hanya mencintaimu, sayang. Cukup lima tahun dalam kebodohan itu. Ayahku juga sudah meninggal," bisiknya di telinga Lucy.

"Aku juga mencintaimu, sayang."

Sementara itu, Carol yang berantakan kini tengah berada di sebuah bar kecil milik Kimi, sahabatnya. Setelah diusir dengan cara tidak manusiawi, dirinya memilih mengistirahatkan kepalanya di dalam bar kecil itu.

Tak hanya satu, dua gelas champagne dihabiskan sekaligus tanpa ada jeda. Kimi sang sahabat hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia cepat-cepat menarik gelas minuman Carol agar wanita itu tak meminumnya lagi.

"Pulanglah. Ini sudah hampir larut malam. Kau bawa mobil atau tidak?" tanya Kimi.

"Kimi, aku ingat. Beberapa waktu lalu aku pernah melihat mereka di toilet perusahaan. Mereka bercinta di sana. Kenapa aku lupa?" Carol mengetukkan kepalanya di atas meja. Ia merutuki kebodohannya karena melupakan kejadian beberapa hari lalu.

"Kau membicarakan apa?" tanya Kimi lagi.

"Henry mengusir dan menceraikanku. Kau tak melihat berita besar hari ini?" Kimi menggelengkan kepalanya. Ia memang tak menyukai rumor atau permasalahan rumah tangga siapapun itu. "Lucy, dia adalah penghancur rumah tanggaku. Dia mengambil semuanya."

"Carol, pulanglah. Aku akan pesankan taksi untukmu." Kimi mengambil ponselnya lalu mengetik nomor pemesanan taksi. Carol tak menolak tapi matanya masih menerawang jauh mengingat kembali detik-detik ia memergoki perselingkuhan Lucy dan Henry saat itu.

Carol memukul kepalanya lalu menangis keras. "Kenapa aku bodoh? Dasar bodoh!"

"Carol, kau jangan seperti ini. Kalau Henry menceraikanmu, bukankah akan dengan mudah kau lepas dari cengkeraman kuat keluarga gila itu?" Kimi membantu Carol membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Ia menarik tangan sahabatnya lalu mengajaknya ke luar dari bar. "Aku akan mengantarkanmu pulang. Kau tak boleh sedih. Ada aku yang bisa membantumu."

Tak ada jawaban dari bibir Carol. Rupanya wanita itu telah terpejam.

'Kasihan dia.'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pertemuan Yang Menggoda

    Satu minggu yang lalu.Carol menghela napas panjang setelah perdebatan panjang dengan kliennya yang memakan waktu hampir satu jam lamanya. Sudah lewat jam makan siang tapi pria di depannya ini masih juga tak mau beranjak dari tempat duduknya. Entah apa yang membuat ia begitu ingin banyak bicara dengannya."Perusahaan kami sangat kompeten dalam menjalin hubungan komunikasi dengan berbagai investor. Kami pastikan tidak ada kekurangan satu pun dalam pengerjaan proyek pembangunan hotel tersebut," tegas Carol seakan ingin segera mengakhiri pertemuannya dengan kliennya ini.Pria ini, satu diantara klien mahal milik Carol yang harus dipertahankan. Rumor mengatakan, pria ini jarang sekali mau berbicara lama dengan siapapun. Yang paling terbaru adalah pertemuan dengan pemilik resort mewah di pantai Eden. Ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk bertemu tanpa sempat berbincang. "Aku tahu. Besok kirimkan proposal tambahan yang kau sebutkan tadi. Ini target awal tahun dan harus ada di susunan

    Last Updated : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Dia Mengusirku

    Carol pulang dalam keadaan mabuk. Sepulang kerja tadi, ia mampir dulu ke bar milik sahabatnya, Kimi. Sekedar menghilangkan penat di kepalanya, Carol menenggak dua gelas champagne. Ia sadar jika memiliki toleransi alkohol yang rendah, hanya saja tingkat keegoisan dan harga dirinya sangatlah tinggi. Setiap kali sahabatnya mengejek, ia akan melawan dengan menyodorkan gelasnya. Namun ia kalah, baru dua teguk langsung terkapar di meja bar."Dari mana saja kau?" Henry datang menghampiri Carol yang nampak kusut. Pakaian, riasan dan rambutnya bagaikan pengemis pinggiran kota. Henry mengernyit jijik. Ia sangat anti dengan segala hal yang kotor dan bau. "Kau seperti pengemis. Mandi dan tidurlah." Carol tak mengindahkan kata-kata yang keluar dari bibir suaminya. Kepalanya masih berputar hebat tapi ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan suaminya. Dengan langkah terhuyung, ia berjalan mendekati Henry yang menghindarinya. "Kau!" bau alkohol menguar di udara. Henry menahan napasnya. Ia b

    Last Updated : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pengusiran Kedua Kali

    Malam itu, Carol kembali ke rumah keluarga Parker untuk meminta keadilan. Ia berharap keluarga besar Parker akan membelanya dari segala perlakuan Henry. Namun yang didapatkan adalah perlakuan yang sama. Ia diusir, seluruh barang-barangnya dibuang. "Pergi kau dari rumah ini! Keluarga Parker tidak membutuhkan hama sepertimu di sini!" Nyonya Emma Welson berteriak keras hingga membuat seluruh pelayan di mansion mewah itu tersentak kaget. Carol yang baru saja pulang dari rumah sahabatnya terkejut, karena tiba-tiba ibu mertuanya itu memakai dirinya dengan kata-kata kotor. Sementara di sudut sana, Henry Parker suaminya hanya berdiam diri sambil meneguk minuman di gelas tinggi. Ia hanya tersenyum sinis melihat istrinya diperlakukan kasar oleh ibunya. "Apa maksud ibu? Apa salahku hingga harus diusir dari rumah ini?" Carol membela diri. Ia merasa tak bersalah sama sekali. Ia berjalan mendekati ibu mertuanya untuk meminta penjelasan tapi tangannya yang hendak memegang lengan nyonya Emma langs

    Last Updated : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Diremehkan Orang

    Carol berjalan terseok-seok menyusuri jalanan panjang menuju jalan raya menuju arah pusat kota Amberfest. Ia mengurungkan niatnya menginap di rumah peninggalan ibunya. Besok pagi, ia harus mencari pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Carol berdiri di tepi jalan besar, tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Seorang wanita membuka jendela kaca, menatap Carol dengan tatapan sinis. "Kau pengemis?" "Aku terlihat seperti pengemis?" Carol balik bertanya. Wajah Carol terlihat kusam mengerikan. Rambut acak-acakan, riasan wajah hancur, mata merah dan hidung yang berair. Mungkin karena itu, wanita asing itu bertanya padanya. "Kau sedang menunggu taksi?" wanita itu kembali bertanya. Carol mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu ikutlah denganku sampai jalan raya menuju kota. Kudengar di sini sangat sulit mencari kendaraan." Carol masih terdiam di tempatnya. Ia masih mencerna ucapan wanita asing di depannya. Karena lama tak ada jawaban, wanita asing itu membuka pintu mobil lalu menarik Carol masuk. Ia

    Last Updated : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Awal Perlawanan

    Carol datang ke kantor Harold Times untuk bertemu dengan adik tirinya. Sejak ayahnya meninggal, hanya dia yang bersedia mengelola perusahaan peninggalan keluarga Dustin itu. Perusahaan penerbitan surat kabar yang telah hampir satu abad berdiri di kota Amberfest. Ruangan adik tiri Carol cukup nyaman. Nuansa merah maroon bercampur dengan hijau muda seperti warna natal menjadi interior yang hangat. Berbanding terbalik dengan misi perusahaan yang mencari berita panas setiap harinya tanpa mengenal takut. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mewah itu, mencari sesuatu yang bisa ditelusurinya. Tak ada, tak banyak harapan lagi. "Ah, kau datang kemari? Ada apa?" Erik Dustin, pemilik ruangan sekaligus adik tiri Carol masuk dan menyapanya."Aku, sedang ingin saja ke sini." Carol berbalik menuju kursi kebesaran Erik di dekat jendela besar sana. Ia duduk setelah dipersilakan oleh pria itu. "Aku ingin bercerita padamu."Erik mengerutkan dahinya membiarkan wanita cantik di depannya ini memulai pembi

    Last Updated : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Kontrak Pernikahan

    "Selamat malam tuan Domsley. Senang bertemu denganmu," balas Erik menyapa kembali tuan Domsley yang agung. Pria itu berseri-seri, ia memang senang dipuji oleh orang lain. "Ah, aku ingat tentang Harold Times. Kau beruntung bisa menyelamatkan perusahaan itu. Apa kau berniat melepas sedikit saham untuk kubeli?" Erik menoleh ke arah Carol yang tersenyum manis padanya. Sepertinya ia akan meminta pendapat kakak tirinya itu."Aku memiliki 20% saham. Kalau tuan Domsley berkenan, aku bisa menjual 10%. Aku adalah putri tertua James Dustin. Tapi aku tidak terlalu bersenang-senang dengan saham itu." Carol menampakkan raut wajah sendu dan sedih. Ia sengaja, tuan Domsley sangat suka cerita menyayat hati."Kenapa tidak? Apa kau terluka? Tunggu, bukankah kau istri tuan Henry pemilik Deluxe corp?" tuan Domsley menunjuk ke arah Henry sehingga semua orang ikut melihatnya. "Lalu kenapa dia—""Aku telah berpisah. Sekarang aku bekerja menjadi sekretaris Erik dan beren

    Last Updated : 2025-03-15
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Resmi Menikah

    Henry tak membawa hasil apapun sepulangnya dari pesta pertemuan pengusaha malam ini. Tak ada satupun yang berniat membuka pertemuan selanjutnya untuk membicarakan bisnisnya yang masih terus berkembang. Lucy tak bisa diharapkan lagipula memang bukan keahliannya meyakinkan para pengusaha itu. Lucy hanya bertindak sebagai orang ketiga yang membantunya di balik layar. Berbeda dengan Carol yang akan mencarikan mangsa untuknya. "Kau pulang dalam keadaan lesu. Apa yang terjadi?" nyonya Ferlestin, istri pamannya menyapa. Henry menggelengkan kepalanya. "Mungkin saja aku bisa membantu.""Aku tak mendapatkan satupun pengusaha yang bisa aku ajak bekerja sama. Tak biasanya mereka begitu acuh saat melihat keberadaanku di pesta itu." Henry duduk di samping nyonya Ferlestin yang tengah membuka majalah fashion terkenal. Ia menutup wajahnya dengan sebelah tangan sambil memejamkan matanya. "Siapa yang kau incar? Aku mungkin bisa membantumu," ujar nyonya Ferlestin.

    Last Updated : 2025-03-15
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Putri Rakyat Jelata

    Perut Carol berbunyi nyaring. Sudah pukul tujuh malam dan ia harus mengisi perutnya yang belum dimasuki makanan sejak sore. Carol memang memiliki kebiasaan untuk mengunyah makanan sebelum tidur, karena itu membuatnya lebih mudah tertidur. Ia tak pernah mempedulikan bentuk tubuhnya yang akan membesar. Toh selama ini ia tak pernah merasakan hal itu. "Kau mau kemana?" langkah Carol terhenti mendengar suara dingin nan tajam berseru di belakangnya. "Mengendap-endap seperti perampok saja." "Damian, aku lapar. Maaf jika aku seperti sedang menguntit di rumahmu tapi ini bukan salahku. Rumahmu begitu besar dan banyak tangga dimana-mana. Aku juga tak tahu dimana dapurmu. Sedangkan perutku—" "Aku baru saja akan mengajakmu untuk makan malam. Apakah rumahku lebih besar dari milik bedebah itu?" Carol mengerutkan dahinya. Siapa yang dimaksud dengan bedebah? "Maksudku, Henry. Rumahnya tak sebesar rumahku?" "Oh, rumah Henry? Sepertinya hanya setengahnya dari ru

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Haruskah Membalasnya?

    Setelah keributan yang terjadi antara Carol dan Lucy, suasana makan siang di gedung pertemuan menjadi sedikit canggung dan tak nyaman. Lucy terus menunduk menekuri piring, sesekali matanya melirik ke arah Carol yang sejak tadi nampak tenang menghabiskan makanannya.Suasana sedikit mencair ketika asisten tuan Gallant berdiri di depan podium menyampaikan ucapan terima kasihnya pada seluruh peserta presentasi yang hadir. Ini memang ciri khas dan strategi tuan Gallant. Ia selalu menjaga nama baik dan reputasinya di dunia bisnis dengan merangkul semua orang termasuk musuhnya. Tuan Gallant maju ke depan setelah asisten memanggilnya. Badan tegap pria itu terlihat tegang. Kharismanya begitu kuat hingga orang yang melihatnya pun segan. Tak heran banyak wanita yang suka padanya, termasuk Carol. Wanita itu sangat menyukai kepribadian tuan Gallant yang kharismatik. Damian tahu hal itu. Lihat saja matanya yang memicing tajam ke arahnya. Pasalnya, Carol menatap kagum tuan Gallant yang berbicara d

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Memalukan

    Henry menarik tangan Lucy pergi dari kantor milik tuan Gallant. Ia harus segera menyelamatkan muka dari tatapan sinis para petinggi perusahaan yang tadi ikut dalam rapat presentasi. Bukan salah Lucy sepenuhnya, Carol pasti sengaja mencari cara agar menjegal semua projek yang sedang dikerjakan oleh perusahaannya. "Henry, kenapa kau menarik tanganku? Kita harus ikut makan siang bersama tuan Gallant." Lucy menghempas tangan kasar Henry. Ia tak suka dipaksa. "Kalau kita menghindar, mereka akan semakin melecehkan kita.""Ini semua karenamu. Kenapa bahan presentasimu sama dengan milik Carol? Apa kau mengambilnya?" tuduh Henry. Lucy terkejut tapi ia berhasil menetralkannya. Ia harus mencari cara agar Henry tak memarahinya. "Tidak. Aku hanya terinspirasi dan aku yakinkan padamu kalau itu semua adalah hasil karyaku sendiri," ujar Lucy dengan bangga. "Kau bisa buktikan?" "Ya, aku bisa."Henry mengalah. Ia segera pergi ke ruangan besar dekat tempat pertemuan tadi untuk menghadiri makan siang

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Kau Berbohong?

    Wajah kesal Henry tercetak jelas saat ia memasuki ruangan, mengetahui jika di dalam ruangan itu ada Carol yang pernah menjadi teman kerja juga hidupnya. Lucy yang berdiri di sebelahnya pun merasakan hal yang sama. Rasa tak nyaman dan juga tekanan dari atmosfer di sekitarnya membuat punggungnya serasa dihujani ribuan batu es. Lucy memilih duduk di meja yang berseberangan dengan Carol. Ia berusaha tenang menetralkan detak jantungnya. Kadang ia melirik ke kanan hanya untuk melihat interaksi Carol dengan pria di sampingnya. 'Apakah itu kekasihnya?'Waktu berjalan cepat. Dua orang maju untuk presentasi secara singkat konsep yang akan mereka kerjakan jika terpilih menjadi pemenang sebagai konseptor terbaik. Kini giliran Lucy untuk maju sebagai perwakilan dari Deluxe Corp. Dengan wajah penuh percaya diri, ia berjalan menuju podium depan menyiapkan bahan presentasinya. Satu persatu slide presentasi dibuka menampilkan gambar dengan animasi 3D yang memukau mata. Dari kejauhan Carol menyipit

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Terkejut Melihat Kehadiran Carol

    Hari ini Damian mengajak Carol ke kantor milik tuan Gallant. Ditemani oleh tuan Domsley dan Ken. Tadi pagi saat mereka akan berangkat, Erik melakukan sedikit drama. Ia ingin ikut tapi Damian melarangnya. Tuan Gallant sangat sensitif terhadap media dan Erik telah terkenal di dunia pengusaha sebagai pemimpin utama Harold Times.Saat memasuki gedung dua puluh lantai yang megah itu, Carol merasa hawa kurang nyaman dari sekitarnya. Seolah semua orang tengah membicarakannya. Beberapa dari mereka memang tengah berbisik-bisik sambil menatap kedatangannya. Ia berusaha menghilangkan pikiran buruk itu. 'Mungkin saja mereka tengah mengagumi Damian.'Namun, pemikiran Carol ternyata salah. Mata sekelilingnya bukan tengah membicarakan Damian, tapi dirinya sendiri. Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang mengatakan jika dirinya adalah menantu yang tak diinginkan oleh keluarga Parker. Lucy adalah yang terbaik. 'Dia menantu yang dibuang.''Untuk apa dia ke sini? Mengemis pekerjaan?''Apakah dia ak

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Api Dendam

    Carol tengah mengutak-atik laptopnya untuk mencari file penyimpanan projek yang pernah dipresentasikan dua tahun lalu saat dirinya masih berada di Deluxe Corp. Senyumnya mengembang, data yang ia butuhkan masih ada di laptop tua itu. Dalam sekejap mata, data itu diperbaiki untuk ditambahkan banyak detil yang diperlukan. 'Damian mengatakan padaku untuk membuatkan sebuah desain yang minimalis tapi berkesan. Sepertinya, desain ini harus ku tambahkan detail yang lain.' Carol berkata dalam hati.Hanya membutuhkan waktu dua jam, Carol berhasil menambah detail yang lebih baik. Tak lama kemudian, Damian masuk ke dalam kamar dengan hanya menggunakan celana pendek tanpa pakaian. Carol meliriknya, tiba-tiba saja pipinya memerah seperti tomat. "Kau sedang apa?" Damian mengintip dari atas. Carol menutup sebagian pekerjaannya. Sengaja agar Damian tak mengganggunya lagi. "Besok saja lagi. Sudah malam.""Tak apa. Aku sedang luang hari ini."Damian berjalan menuju lemari pakaian, mengambil kaus leng

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Projek Baru

    Henry menggeram menahan marah, mengabaikan panggilan dari asistennya yang sejak tadi berdiri di dekat meja. Satu jam lalu, seseorang memberitahu sebuah informasi yang menurutnya sangat berbahaya untuk masa depan perusahaannya. Henry memejamkan matanya. Ia memikirkan skenario untuk mencegah kerugian apabila apa yang ada di kepalanya benar terjadi. 'Carol bekerja di perusahaan milik Damian.' Sebuah informasi yang cukup membuat darahnya berdesir hebat. Bukan karena kemunculan kembali Carol setelah sekian lama menghilang. Sempat beredar kabar jika dirinya bekerja di Harold Times tapi kini ia malah berada di perusahaan pesaingnya. Bukan, bukan takut hanya saja nasib perusahaan sedang dipertaruhkan kali ini. "Bodoh!" Henry meremas rambutnya. "Kenapa dia berada di pihak Damian? Apa mungkin semua kegagalan yang perusahaanku alami akhir-akhir ini karena ulah Carol dan Damian?"Pintu ruangan diketuk. Asisten Henry masuk bersama nyonya Ferlestin. Istri pamannya itu sering datang mengunjunginy

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Sesuatu Yang Janggal

    Carol menatap serius ke arah layar proyektor yang menampilkan data hasil pengembangan perusahaan beberapa bulan ke belakang. Data itu pernah dibacanya saat ia baru masuk ke perusahaan Damian. Matanya menyipit dan kedua alisnya berkerut tak nyaman. Tangannya begitu lincah menari di atas kertas putih, mencatat apa saja hal yang dirasanya janggal dan aneh. Saat Jessica masuk ke dalam rencana anggaran, tiba-tiba tangannya berhenti bergerak. Jessica si pembaca presentasi terus berbicara sesuai dengan deretan angka yang tengah diperlihatkan di layar proyektor. "Semua rencana anggaran berasal dari rekomendasi dari berbagai macam pihak. Saya, sudah mendapatkan persetujuan dari tuan Damian dan tuan Marco," ujar Jessica sebelum menyelesaikan presentasinya. Carol mengangkat tangannya. Mulutnya gatal ingin mengomentari isi dari presentasi wanita berambut pendek di depannya. "Saya pernah membaca draftnya beberapa minggu lalu. Semua yang anda ceritakan di depan tadi, sedikit berbeda dengan yang

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Rahasia Erik Dan Damian

    Awal hari yang indah, diawali senin pagi yang membuat semua orang enggan pergi dari peraduannya. Begitu juga dengan Damian. Matanya masih setengah mengantuk, karena tadi malam Carol mengajaknya berkeliling pasar malam tengah kota. Carol mencoba berbagai macam makanan khas tanpa henti. Damian saja yang hanya melihatnya, sangat enggan untuk mencoba. Carol rupanya belum bangun dari tidurnya. Wanita itu masih nyaman bergelung di dalam selimut. Jam dinding telah menunjukkan pukul enam pagi. Sudah waktunya, mereka mempersiapkan diri untuk berangkat menuju kantor. Hari ini, ada presentasi hasil rapat minggu lalu. Akan ada tuan Domsley datang untuk mengawasi. "Carol, bangunlah. Hari ini ada presentasi dari divisi pengembangan. Kau ikut mengawasinya." Damian mengguncang-guncang tubuh Carol yang masih belum mau bergerak. Damian menarik lengannya, lalu memberi satu kecupan di dahi mulus Carol. "Kalau tidak bangun, akan aku cium bibirmu hingga bengkak." Mata Carol tiba-tiba terbuka. Lalu berla

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Henry Mencurigai Sesuatu

    Henry begitu menikmati waktunya yang santai bersama Lucy hari ini. Di tengah kesibukannya, ia teringat dengan istrinya yang telah diabaikannya berhari-hari. Wanita yang selalu bersama dengannya itu sungguh bahagia melihat perubahan sang suami. Perhatian inilah yang diharapkannya sejak pernikahan mereka dua bulan lalu."Kau memesan kamar VVIP?" tanya Lucy begitu dirinya masuk ke dalam bioskop. Seorang pekerja bioskop mengajak mereka naik ke lantai dua, di sana terdapat lima kamar VVIP yang diisi khusus bagi pengunjung terpilih. "Aku memesannya tiga hari lalu. Ini kejutan untukmu." Henry tersenyum. Lucy bahagia mendengarnya. Pria yang dicintainya memberikan kejutan di saat dirinya sedang sedih. "Terima kasih." Keduanya kini duduk di kamar VVIP ketiga yang terletak di lantai dua. Sebenarnya Henry ingin di bagian tengah, karena pemandangannya lebih menarik. Tapi di bagian itu, telah dipesan dua jam sebelum dirinya. Kedua mata Henry menyipit, melihat pekerja bioskop berkali-kali masuk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status