แชร์

Pertemuan Yang Menggoda

ผู้เขียน: Rachel Bee
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-07 15:11:40

Satu minggu yang lalu.

Carol menghela napas panjang setelah perdebatan panjang dengan kliennya yang memakan waktu hampir satu jam lamanya. Sudah lewat jam makan siang tapi pria di depannya ini masih juga tak mau beranjak dari tempat duduknya. Entah apa yang membuat ia begitu ingin banyak bicara dengannya.

"Perusahaan kami sangat kompeten dalam menjalin hubungan komunikasi dengan berbagai investor. Kami pastikan tidak ada kekurangan satu pun dalam pengerjaan proyek pembangunan hotel tersebut," tegas Carol seakan ingin segera mengakhiri pertemuannya dengan kliennya ini.

Pria ini, satu diantara klien mahal milik Carol yang harus dipertahankan. Rumor mengatakan, pria ini jarang sekali mau berbicara lama dengan siapapun. Yang paling terbaru adalah pertemuan dengan pemilik resort mewah di pantai Eden. Ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk bertemu tanpa sempat berbincang.

"Aku tahu. Besok kirimkan proposal tambahan yang kau sebutkan tadi. Ini target awal tahun dan harus ada di susunan anggaran perusahaan tahun depan." pria itu menutup pertemuan siang ini dengan senyuman tipis cukup menggoda. Carol mengucapkan terima kasih padanya.

"Terima kasih atas waktunya tuan Damian. Semoga kerja sama ini akan terus berjalan di masa depan." Carol mengulurkan tangannya mengajak pria itu berjabat tangan.

Damian, pria dingin itu terdiam sejenak lalu membalas jabatan tangan Carol.

"Senang bekerja sama dengan anda, nona Carol. Sampai jumpa."

Pria itu pergi. Carol menghela napasnya sekali lagi. Perutnya tiba-tiba bergejolak dan ia membutuhkan kamar mandi sekarang. Setelah memasukkan dokumen ke dalam tas kerjanya, ia segera berlari menuju kamar mandi yang terletak di samping restoran tempat ia berada saat ini.

Dukk

Carol menutup salah satu bilik kamar mandi. Saat ia akan merapikan pakaiannya, terdengar suara pintu dibuka lalu dikunci dari dalam. Carol terdiam sejenak. Rupanya ada dua orang masuk ke dalam kamar mandi itu.

Tak lama kemudian, terdengar suara dua orang berbisik-bisik lalu tertawa. Setelahnya, entah siapa yang memulai lebih dulu tiba-tiba terdengar suara desahan yang diiringi dengan benturan cukup kuat di bilik paling ujung dekat pintu masuk sementara Carol berada di ujung dekat wastafel.

Carol mengerutkan dahinya. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tak sadarkah mereka jika ada orang lain di dalam salah satu bilik dalam kamar mandi yang sama?

"Henry, kapan kau akan menceraikan istrimu yang mandul itu? Kau tahu, aku bisa saja hamil saat kita berhubungan intim. Kau tak mengizinkanku memakai pengaman kan?"

Carol menghentikan pergerakannya mencuci tangan. Ia dengan seksama mendengarkan suara yang sangat dikenalnya itu. Tak ingin memikirkan hal buruk, ia berniat akan pergi dari kamar mandi itu. Namun, sebuah suara lagi-lagi membuatnya terdiam.

"Wanita itu selalu sibuk. Aku akan menceraikannya segera, sayang. Kau jangan khawatir."

Suara itu. Suara pria yang sangat dikenali oleh Carol sepanjang enam tahun ia bersamanya. Suara yang tiap malam selalu membisikkan kata cinta padanya. Suara yang membuatnya merasa nyaman.

Apakah?

Kriett

Pintu bilik itu dibuka. Carol cepat-cepat masuk kembali ke dalam bilik tadi lalu bersembunyi sembari mendengarkan suara mereka. Ia harus memastikan suara itu bukanlah suara yang dikenalnya.

"Lucy, kembalilah ke kantor lebih dulu. Aku ada pertemuan dengan tuan Damian di kantornya." Carol mematung mendengar kembali suara itu. Nama yang sama, suara yang sama. Penasaran, ia membuka ujung pintu. Ia mengintip dari celahnya.

Mata Carol terbelalak melihat apa yang terjadi di depannya. Pria yang berada di dalam pikirannya tadi adalah pria yang sama dan wanita itu adalah wanita yang setiap hari datang ke rumahnya untuk mengemis pekerjaan di perusahaan Henry.

'Tidak, tidak mungkin. Mereka tak mungkin mengkhianatiku.'

Satu menit Carol berada dalam posisi yang sama, di menit berikutnya kedua orang itu lenyap dari pandangannya. Tubuh Carol melemas. Ia terduduk di lantai kamar mandi dengan mulut yang ditutupi tangannya agar suara tangisnya tak terdengar.

Sial!

"Tiap hari aku memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa hamil, tapi ternyata dia memberikan benihnya pada orang lain! Awas, aku akan balaskan rasa sakit hatiku ini padamu!" umpat Carol dalam hati.

***

Dua hari setelahnya.

Damian Easton, pria yang disebut-sebut akan mewarisi kekayaan hebat milik David Easton adalah pria dingin yang tak banyak bicara saat sedang membahas masalah penting. Ia akan bicara jika diperlukan dan akan diam jika dirasakan semuanya sudah memenuhi keinginannya.

Di kalangan para selebritis wanita, ia yang paling terkenal dengan ketampanannya. Walau tak terdengar siapa wanita beruntung yang mendapatkan hatinya, orang terdekatnya sering mengatakan mungkin saja dia seorang wanita biasa saja.

Karena Damian menyukai wanita yang tenang dan mampu berkomunikasi dengan baik.

"Berapa jam pertemuan dengan Deluxe corp siang ini," tanya Damian setelah keluar dari restoran mewah tadi.

Ken, asisten sekaligus sekretaris pribadinya membuka kembali catatan khusus milik atasannya. Dibacanya dengan seksama lalu cepat-cepat ia menjawabnya. "Kurang lebih 40 menit."

"Ehm, hanya membahas pengadaan kontruksi tambahan bukan?" Ken mengangguk. "Persiapkan dokumennya lalu tanda tangan dan kembali ke apartemenku. Aku lelah sekali hari ini."

"Tuan Henry biasanya akan berbincang sebentar untuk sekedar mengakrabkan diri dengan koleganya. Bisakah meluangkan waktu untuk—"

"Tidak ada waktu untukku sekedar mengoceh tak berguna dengan siapapun. Kau tahu bukan, aku tak menyukai itu?" tiba-tiba Damian menoleh memelototi Ken yang menunduk takut. Damian tak bisa diganggu gugat. Apa yang ia mau harus dipenuhi.

"Baik, tuan."

"Jangan pernah mengguruiku. Atau aku pecat kau."

Lima belas menit kemudian mereka berdua sampai di gedung kantor Genius group milik keluarga Easton yang dikelola oleh Damian. Gedung lima belas lantai itu berdiri megah di tengah kota Amberfest.

Damian melangkah tenang masuk ke dalam lobby sambil merapikan kemejanya yang sedikit berantakan. Sementara itu, Ken mengikutinya dari belakang dengan langkah anggun yang memikat berpuluh pasang mata di sana.

Tiba di ruangannya, Damian meminta Ken membawakan teh hangat dan dua keping kukis keju yang selalu disediakan oleh ibunya di lemari pendingin sebelah rak tinggi ujung ruangan. Itu adalah kebiasaannya yang telah jadi rutinitas sehari-hari.

"Tuan, tuan Henry telah tiba dan saat ini berada di ruang pertemuan," lapor Ken sambil membawa nampan berisi teh dan kukis pesanan bosnya.

"Bawa mapnya."

Damian berjalan lebih dulu menuju ruang pertemuan. Saat ia masuk, orang yang ditunggunya telah duduk sambil membuka laptopnya. Ia berhenti sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Selamat siang tuan Damian. Saya—" Henry mengulurkan tangan namun ditolak oleh Damian.

"Langsung saja." tanpa mengindahkan perkenalan Henry, ia langsung mendudukkan pantatnya di kursi ruang pertemuan yang empuk.

Kecewa ditahannya. Henry menyunggingkan senyum tipis yang masam. Ia kembali duduk lalu menyerahkan surat perjanjian yang telah dibuat olehnya untuk Damian. Perusahaan mereka akan bekerjasama meluncurkan pemukiman sehat untuk para lanjut usia. Program yang merupakan ide David Easton tujuh tahun lalu dan baru saat ini bisa terwujudkan.

Damian pemilik proyek membutuhkan perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan kontruksi alat berat memilih bekerja sama dengan Deluxe corp yang telah bertahun-tahun meraih penghargaan sebagai perusahaan kontraktor terbaik di Amberfest.

"Ah, ini kontraknya. Sudah saya perbaiki dan semuanya menunggu tanda tangan tuan Damian," ujar Henry sambil menyerahkan berkas tersebut pada Damian.

"Baiklah, saya pelajari lebih dulu kontraknya. Ken, serahkan berkas kontrak milik Genius untuknya," perintah Damian. Ken menyerahkan kontrak itu pada Henry lalu kembali ke tempatnya berdiri. "Saya terbiasa membaca kontrak dengan teliti sebelum menandatanganinya. Besok, kontraknya langsung saya kirimkan ke sekretaris anda melalui asisten pribadi." Damian melirik Ken yang terlihat sedang menghela napasnya.

"Baiklah. Saya juga akan mempelajari kontrak milik anda."

Damian berdiri lebih dulu. Ia melirik arloji di tangannya. Pertemuannya telah menghabiskan waktu lebih dari setengah jam. Ia harus mengakhirinya sekarang.

"Sampai jumpa saat proyek itu berjalan. Karena saya yang akan menanganinya sendiri."

Damian pun melangkah lebih dulu menuju pintu keluar ruangan meninggalkan Henry yang menggerutu sendiri di sana.

Saat tiba di depan lift khusus, Damian berhenti sejenak lalu berkata pada Ken. "Aku kecewa, kukira yang akan datang tadi adalah Carol. Kenapa pria tadi?"

"Apa anda sengaja mengajukan kerja sama dengan mereka, tuan? Anda tahu sesuatu?" tanya Ken menyelidik.

"Ya. Kau akan tahu sendiri nanti."

Lift pun terbuka. Damian dan Ken masuk ke dalam lalu menghilang turun.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Dia Mengusirku

    Carol pulang dalam keadaan mabuk. Sepulang kerja tadi, ia mampir dulu ke bar milik sahabatnya, Kimi. Sekedar menghilangkan penat di kepalanya, Carol menenggak dua gelas champagne. Ia sadar jika memiliki toleransi alkohol yang rendah, hanya saja tingkat keegoisan dan harga dirinya sangatlah tinggi. Setiap kali sahabatnya mengejek, ia akan melawan dengan menyodorkan gelasnya. Namun ia kalah, baru dua teguk langsung terkapar di meja bar."Dari mana saja kau?" Henry datang menghampiri Carol yang nampak kusut. Pakaian, riasan dan rambutnya bagaikan pengemis pinggiran kota. Henry mengernyit jijik. Ia sangat anti dengan segala hal yang kotor dan bau. "Kau seperti pengemis. Mandi dan tidurlah." Carol tak mengindahkan kata-kata yang keluar dari bibir suaminya. Kepalanya masih berputar hebat tapi ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan suaminya. Dengan langkah terhuyung, ia berjalan mendekati Henry yang menghindarinya. "Kau!" bau alkohol menguar di udara. Henry menahan napasnya. Ia b

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pengusiran Kedua Kali

    Malam itu, Carol kembali ke rumah keluarga Parker untuk meminta keadilan. Ia berharap keluarga besar Parker akan membelanya dari segala perlakuan Henry. Namun yang didapatkan adalah perlakuan yang sama. Ia diusir, seluruh barang-barangnya dibuang. "Pergi kau dari rumah ini! Keluarga Parker tidak membutuhkan hama sepertimu di sini!" Nyonya Emma Welson berteriak keras hingga membuat seluruh pelayan di mansion mewah itu tersentak kaget. Carol yang baru saja pulang dari rumah sahabatnya terkejut, karena tiba-tiba ibu mertuanya itu memakai dirinya dengan kata-kata kotor. Sementara di sudut sana, Henry Parker suaminya hanya berdiam diri sambil meneguk minuman di gelas tinggi. Ia hanya tersenyum sinis melihat istrinya diperlakukan kasar oleh ibunya. "Apa maksud ibu? Apa salahku hingga harus diusir dari rumah ini?" Carol membela diri. Ia merasa tak bersalah sama sekali. Ia berjalan mendekati ibu mertuanya untuk meminta penjelasan tapi tangannya yang hendak memegang lengan nyonya Emma langs

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Diremehkan Orang

    Carol berjalan terseok-seok menyusuri jalanan panjang menuju jalan raya menuju arah pusat kota Amberfest. Ia mengurungkan niatnya menginap di rumah peninggalan ibunya. Besok pagi, ia harus mencari pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Carol berdiri di tepi jalan besar, tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Seorang wanita membuka jendela kaca, menatap Carol dengan tatapan sinis. "Kau pengemis?" "Aku terlihat seperti pengemis?" Carol balik bertanya. Wajah Carol terlihat kusam mengerikan. Rambut acak-acakan, riasan wajah hancur, mata merah dan hidung yang berair. Mungkin karena itu, wanita asing itu bertanya padanya. "Kau sedang menunggu taksi?" wanita itu kembali bertanya. Carol mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu ikutlah denganku sampai jalan raya menuju kota. Kudengar di sini sangat sulit mencari kendaraan." Carol masih terdiam di tempatnya. Ia masih mencerna ucapan wanita asing di depannya. Karena lama tak ada jawaban, wanita asing itu membuka pintu mobil lalu menarik Carol masuk. Ia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Awal Perlawanan

    Carol datang ke kantor Harold Times untuk bertemu dengan adik tirinya. Sejak ayahnya meninggal, hanya dia yang bersedia mengelola perusahaan peninggalan keluarga Dustin itu. Perusahaan penerbitan surat kabar yang telah hampir satu abad berdiri di kota Amberfest. Ruangan adik tiri Carol cukup nyaman. Nuansa merah maroon bercampur dengan hijau muda seperti warna natal menjadi interior yang hangat. Berbanding terbalik dengan misi perusahaan yang mencari berita panas setiap harinya tanpa mengenal takut. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mewah itu, mencari sesuatu yang bisa ditelusurinya. Tak ada, tak banyak harapan lagi. "Ah, kau datang kemari? Ada apa?" Erik Dustin, pemilik ruangan sekaligus adik tiri Carol masuk dan menyapanya."Aku, sedang ingin saja ke sini." Carol berbalik menuju kursi kebesaran Erik di dekat jendela besar sana. Ia duduk setelah dipersilakan oleh pria itu. "Aku ingin bercerita padamu."Erik mengerutkan dahinya membiarkan wanita cantik di depannya ini memulai pembi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07
  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Berita Perceraian

    [Breaking news: CEO Deluxe Corp telah mengumumkan perceraiannya ke publik dan berencana memperkenalkan calon istri barunya setelah acara di ulang tahun perusahaan bulan depan ]"Apa ini? Perceraian? Henry tak pernah membicarakan ini padaku!" gumam Carol lirih. Saat Carol mematikan televisi di ruangannya, telpon di meja berdering. Carol menjawabnya dengan mata penuh waspada. 'Nyonya Carol, dengan berat hati kami mengumumkan jika hari ini adalah hari terakhir anda bekerja.'"Apa maksud kalian? Hari terakhir bekerja?" Carol menggeram, rahangnya mengeras menahan amarah. 'Tuan Henry yang memerintahkan kami untuk memecat anda. Harap segera ke luar dari dalam ruangan.'"Apa maksud kalian—" Tut Tut Tut Carol membanting telponnya dengan kasar. Ia keluar dari ruangannya menuju ruangan Henry yang terletak di lantai sepuluh. Ia berjalan tergesa-gesa hingga tak sadar telah menabrak seseorang yang akan memasuki lift. "Kenapa dia terburu-buru?" gumam orang itu sebelum masuk ke dalam lift. Car

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-07

บทล่าสุด

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Awal Perlawanan

    Carol datang ke kantor Harold Times untuk bertemu dengan adik tirinya. Sejak ayahnya meninggal, hanya dia yang bersedia mengelola perusahaan peninggalan keluarga Dustin itu. Perusahaan penerbitan surat kabar yang telah hampir satu abad berdiri di kota Amberfest. Ruangan adik tiri Carol cukup nyaman. Nuansa merah maroon bercampur dengan hijau muda seperti warna natal menjadi interior yang hangat. Berbanding terbalik dengan misi perusahaan yang mencari berita panas setiap harinya tanpa mengenal takut. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mewah itu, mencari sesuatu yang bisa ditelusurinya. Tak ada, tak banyak harapan lagi. "Ah, kau datang kemari? Ada apa?" Erik Dustin, pemilik ruangan sekaligus adik tiri Carol masuk dan menyapanya."Aku, sedang ingin saja ke sini." Carol berbalik menuju kursi kebesaran Erik di dekat jendela besar sana. Ia duduk setelah dipersilakan oleh pria itu. "Aku ingin bercerita padamu."Erik mengerutkan dahinya membiarkan wanita cantik di depannya ini memulai pembi

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Diremehkan Orang

    Carol berjalan terseok-seok menyusuri jalanan panjang menuju jalan raya menuju arah pusat kota Amberfest. Ia mengurungkan niatnya menginap di rumah peninggalan ibunya. Besok pagi, ia harus mencari pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Carol berdiri di tepi jalan besar, tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Seorang wanita membuka jendela kaca, menatap Carol dengan tatapan sinis. "Kau pengemis?" "Aku terlihat seperti pengemis?" Carol balik bertanya. Wajah Carol terlihat kusam mengerikan. Rambut acak-acakan, riasan wajah hancur, mata merah dan hidung yang berair. Mungkin karena itu, wanita asing itu bertanya padanya. "Kau sedang menunggu taksi?" wanita itu kembali bertanya. Carol mengangguk pelan. "Ah, kalau begitu ikutlah denganku sampai jalan raya menuju kota. Kudengar di sini sangat sulit mencari kendaraan." Carol masih terdiam di tempatnya. Ia masih mencerna ucapan wanita asing di depannya. Karena lama tak ada jawaban, wanita asing itu membuka pintu mobil lalu menarik Carol masuk. Ia

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pengusiran Kedua Kali

    Malam itu, Carol kembali ke rumah keluarga Parker untuk meminta keadilan. Ia berharap keluarga besar Parker akan membelanya dari segala perlakuan Henry. Namun yang didapatkan adalah perlakuan yang sama. Ia diusir, seluruh barang-barangnya dibuang. "Pergi kau dari rumah ini! Keluarga Parker tidak membutuhkan hama sepertimu di sini!" Nyonya Emma Welson berteriak keras hingga membuat seluruh pelayan di mansion mewah itu tersentak kaget. Carol yang baru saja pulang dari rumah sahabatnya terkejut, karena tiba-tiba ibu mertuanya itu memakai dirinya dengan kata-kata kotor. Sementara di sudut sana, Henry Parker suaminya hanya berdiam diri sambil meneguk minuman di gelas tinggi. Ia hanya tersenyum sinis melihat istrinya diperlakukan kasar oleh ibunya. "Apa maksud ibu? Apa salahku hingga harus diusir dari rumah ini?" Carol membela diri. Ia merasa tak bersalah sama sekali. Ia berjalan mendekati ibu mertuanya untuk meminta penjelasan tapi tangannya yang hendak memegang lengan nyonya Emma langs

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Dia Mengusirku

    Carol pulang dalam keadaan mabuk. Sepulang kerja tadi, ia mampir dulu ke bar milik sahabatnya, Kimi. Sekedar menghilangkan penat di kepalanya, Carol menenggak dua gelas champagne. Ia sadar jika memiliki toleransi alkohol yang rendah, hanya saja tingkat keegoisan dan harga dirinya sangatlah tinggi. Setiap kali sahabatnya mengejek, ia akan melawan dengan menyodorkan gelasnya. Namun ia kalah, baru dua teguk langsung terkapar di meja bar."Dari mana saja kau?" Henry datang menghampiri Carol yang nampak kusut. Pakaian, riasan dan rambutnya bagaikan pengemis pinggiran kota. Henry mengernyit jijik. Ia sangat anti dengan segala hal yang kotor dan bau. "Kau seperti pengemis. Mandi dan tidurlah." Carol tak mengindahkan kata-kata yang keluar dari bibir suaminya. Kepalanya masih berputar hebat tapi ia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan suaminya. Dengan langkah terhuyung, ia berjalan mendekati Henry yang menghindarinya. "Kau!" bau alkohol menguar di udara. Henry menahan napasnya. Ia b

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pertemuan Yang Menggoda

    Satu minggu yang lalu.Carol menghela napas panjang setelah perdebatan panjang dengan kliennya yang memakan waktu hampir satu jam lamanya. Sudah lewat jam makan siang tapi pria di depannya ini masih juga tak mau beranjak dari tempat duduknya. Entah apa yang membuat ia begitu ingin banyak bicara dengannya."Perusahaan kami sangat kompeten dalam menjalin hubungan komunikasi dengan berbagai investor. Kami pastikan tidak ada kekurangan satu pun dalam pengerjaan proyek pembangunan hotel tersebut," tegas Carol seakan ingin segera mengakhiri pertemuannya dengan kliennya ini.Pria ini, satu diantara klien mahal milik Carol yang harus dipertahankan. Rumor mengatakan, pria ini jarang sekali mau berbicara lama dengan siapapun. Yang paling terbaru adalah pertemuan dengan pemilik resort mewah di pantai Eden. Ia hanya membutuhkan waktu lima menit untuk bertemu tanpa sempat berbincang. "Aku tahu. Besok kirimkan proposal tambahan yang kau sebutkan tadi. Ini target awal tahun dan harus ada di susunan

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Berita Perceraian

    [Breaking news: CEO Deluxe Corp telah mengumumkan perceraiannya ke publik dan berencana memperkenalkan calon istri barunya setelah acara di ulang tahun perusahaan bulan depan ]"Apa ini? Perceraian? Henry tak pernah membicarakan ini padaku!" gumam Carol lirih. Saat Carol mematikan televisi di ruangannya, telpon di meja berdering. Carol menjawabnya dengan mata penuh waspada. 'Nyonya Carol, dengan berat hati kami mengumumkan jika hari ini adalah hari terakhir anda bekerja.'"Apa maksud kalian? Hari terakhir bekerja?" Carol menggeram, rahangnya mengeras menahan amarah. 'Tuan Henry yang memerintahkan kami untuk memecat anda. Harap segera ke luar dari dalam ruangan.'"Apa maksud kalian—" Tut Tut Tut Carol membanting telponnya dengan kasar. Ia keluar dari ruangannya menuju ruangan Henry yang terletak di lantai sepuluh. Ia berjalan tergesa-gesa hingga tak sadar telah menabrak seseorang yang akan memasuki lift. "Kenapa dia terburu-buru?" gumam orang itu sebelum masuk ke dalam lift. Car

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status