Semua Bab Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin : Bab 21 - Bab 30

86 Bab

Muncul Tepat Waktu

Raynar kembali meletakkan cangkir setelah menyesap sedikit cairan hitam buatan Sindy, lalu kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya.Namun, baru beberapa menit, dia mulai menguap berulang kali. Raynar menggelengkan kepala, berusaha mengusir rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang.Raynar melirik jam di atas meja kerjanya. Malam memang sudah larut jadi wajar dirinya sudah mengantuk.Dia menutup berkas-berkasnya dan memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya besok. Dia bangkit dari kursi dan menguap lagi. Namun, saat berdiri, tubuhnya terasa lemas. Dia terhuyung, dan harus berpegangan pada meja agar tak jatuh.Dari celah pintu ruang kerja yang tak tertutup rapat, Sindy masih ada di sana dan mengintip. Senyum licik mengembang di wajahnya. Dia senang karena rencananya berhasil.Dia bersiap melangkah masuk untuk melancarkan aksi keduanya."Sedang apa kamu di situ?!"Suara keras itu membuat Sindy tersentak. Dia menoleh dan wajahnya langsung memucat.Itu Arunika!"Apa yang kamu lakukan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Terpesona

Arunika kepayahan memapah Raynar sampai akhirnya mereka sampai di kamar.Dengan hati-hati Arunika berusaha membaringkan Raynar dengan tidak membangunkan pria itu lalu membenarkan posisi tidurnya. Kelopak mata Raynar sudah terpejam, napasnya teratur, tetapi Raynar tidak benar-benar terlelap.Saat akan melepas tangan Raynar yang merangkul lehernya, Arunika terhuyung karena kedua kakinya tidak berpijak dengan benar.Akibatnya, Arunika ikut terjatuh ke ranjang dengan posisi Raynar yang ada di bawahnya.Wajah mereka sangat dekat. Tanpa sadar, Arunika menyentuh dada pria itu untuk menahan dirinya agar tubuh bagian atasnya tak bersentuhan dengan Raynar.Sejenak Arunika terpaku mengamati wajah tampan Raynar yang tenang dalam lelapnya. Bulu mata yang lentik, alis tebal yang tegas. Suaminya memang begitu tampan.Dengan perlahan, satu jari Arunika terangkat untuk menyentuh hidung bangir Raynar.Namun, lenguhan pelan terdengar dari bibir Raynar.Arunika tersentak, buru-buru menegakkan tubuhnya.‘
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

Hari Pertama Bekerja

Arunika baru saja sampai di perusahaan Raynar. Dia berdiri memandang bangunan tinggi itu dengan seulas senyum di wajahnya.“Semangat, Aru!” Arunika mengepalkan tangan di udara, menyemangati dirinya demi masa depannya.Arunika pergi melapor ke HRD. Setelah mendapat briefing, Arunika diantar melapor ke departemen hukum.“Pak Nichole tidak suka pekerja yang lamban atau suka datang terlambat, jadi usahakan kamu datang tepat waktu. Paling tidak sebelum beliau datang,” ucap kepala HRD saat berjalan di koridor bersama Arunika.“Baik, Bu.” Arunika mengangguk seraya terus mengikuti langkah kepala HRD.Mereka sampai di depan ruang salah satu pengacara di perusahaan itu. Arunika melihat beberapa staff yang bekerja di departemen itu memperhatikan dirinya.Seolah kedatangannya ke sana membuat aneh, sampai semua pandangan tertuju padanya.“Ayo!” ajak kepala HRD setelah membuka pintu ruang pengacara.Arunika mengangguk. Dia masuk bersama kepala HRD.“Pak Nichole.” Kepala HRD itu menyapa seraya berja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

Lupa Suaminya Kaya

Tepat saat jam kerja berakhir, Arunika menyelesaikan tumpukan berkas yang diberikan Nichole.Lega, dia merentangkan tangannya untuk mengusir pegal. Senyum tipis terukir di wajahnya, lalu dia menoleh ke arah meja Nichole, dan melihat pria paruh baya itu sudah bersiap pulang."Anda sudah mau pulang, Pak?" tanya Arunika seraya berdiri dari duduknya.Nichole menatap Arunika datar. "Besok jangan datang terlambat!" perintahnya sebelum melangkah ke luar ruangan.Arunika mengangguk, meskipun Nichole tak melihatnya. Dia segera merapikan mejanya dan meja kerja atasannya sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.Arunika bekerja di ruangan yang sama dengan Nichole, jadi Arunika belum sempat berinteraksi dengan staf lain.Saat keluar dari ruang kerja Nichole, Arunika mendapati area kantor divisinya sudah kosong. Sepertinya Arunika menjadi staff terakhir yang pulang dari divisi itu.Hari sudah menjelang malam ketika Arunika melangkah keluar gedung. Di depan gedung, Arunika memandang langit y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

Dikira Anak Kecil

Arunika merasa tidak senang. Terlebih dua wanita dewasa di kedai es krim itu terus menatap Raynar, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapan mereka pada Raynar membuat Arunika tiba-tiba jadi sebal.Saat Arunika masih mengamati dua wanita itu, Raynar tiba-tiba berkata, "Tunggulah di sini. Aku mau menghubungi asistenku dulu."Tanpa menunggu jawaban Arunika, Raynar berbalik pergi. Tepat saat Raynar keluar dari kedai, kedua wanita itu mendekati Arunika.‘Mau apa mereka?’ batin Arunika curiga. Kedua wanita itu tersenyum aneh pada dirinya."Hai, Adik," sapa salah satu wanita.‘Adik? Memangnya aku adiknya?’ Arunika ingin membalas, tetapi dia tahan.Kedua wanita itu masih terus tersenyum, lalu salah satunya melirik ke arah Raynar pergi."Pria tadi itu pamanmu, ya?" tanya wanita itu.Mata Arunika membulat.‘Apa?!’ Ingin rasanya dia menyangkal, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan."Kamu imut sekali," kata wanita yang satunya lagi.Arunika ternganga. Apa dia sekecil itu sampai dibilang ‘i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

Masih Muda

Arunika terkesiap mendengar pertanyaan Raynar. Akan tetapi, dia mencoba bersikap biasa saja, meskipun kekesalan masih menggerogoti hatinya. Masalahnya adalah Arunika sendiri tidak paham mengapa dia merasa kesal."Tidak ada apa-apa," jawabnya datar dan menghindari tatapan Raynar.Arunika memainkan jari telunjuknya, itu adalah kebiasaannya ketika merasa gelisah dan tak bisa dia sembunyikan.Raynar masih menatap Arunika. Namun, dering ponselnya memecah keheningan. Raynar mengalihkan pandangannya ke ponsel di atas meja, lalu menjawab panggilan dari Erik. Tanpa merespon Arunika pun menunggu istrinya itu mengatakan sesuatu, Raynar langsung bangkit, dan melangkah keluar kamar.Arunika menghela napas kasar, menatap punggung Raynar yang menjauh. Sekarang tiba-tiba dia jadi merasa sebal, tetapi masih tetap tidak tahu mengapa harus sesebal ini.Dia melipat tangannya di depan dada dan mulai mengomel tak jelas. "Lain kali, memang jangan pergi dengannya lagi!” Arunika menganggukkan kepala keras. “O
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Takut Gosip

Arunika merasakan tatapan datar dari Raynar. Apa pria itu tidak senang dengan penolakannya? Memang Arunika berulang kali menolak Raynar, tetapi itu ada alasannya.Sebelum pikiran Raynar mungkin akan ke mana-mana, buru-buru Arunika menjelaskan. “Di perusahaan, tidak ada yang tahu soal pernikahan kita. Aku juga karyawan baru di sana. Menghindari gosip yang macam-macam jika mereka melihat kita datang bersama.” Dia melirik Raynar, berharap suaminya itu mengerti."Kamu menikah denganku supaya tidak digosipkan macam-macam. Bukankah itu yang kamu katakan malam itu?" Raynar mengingatkan ucapan Arunika di malam pernikahan mereka.Arunika tersentak. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Apa yang dikatakan Raynar benar juga, tetapi dia juga masih bingung.Kalau Arunika bekerja di perusahaan lain, akan lebih mudah baginya mengaku sebagai istri pria itu. Setidaknya, dia tak akan dicap masuk perusahaan karena koneksi."Ya ... itu ... nanti, gampang. Jangan sekarang," elak Arunika gugup, mencoba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Tuduhan Hendry

‘Apa benar Pak Raynar yang membuatku lolos? Tapi kenapa?’ Pertanyaan itu terus berputar di kepala Arunika saat dia merapikan meja Nichole. Arunika berusaha fokus pada pekerjaannya, menyalakan komputer, memastikan semua yang dibutuhkan Nichole siap sebelum pria itu datang. Namun, ucapan Winnie terus mengganggunya. Wawancaranya memang terasa terlalu mudah, tidak seperti wawancara kerja pada umumnya. Dia juga sudah bertanya pada Raynar dan pria itu menjawab tidak. Arunika menghela napas berat, bahunya naik turun. Dia masih tenggelam dalam lamunannya saat Nichole masuk ke ruangan. Nichole melihat Arunika berdiri mematung, wajahnya terlihat kusut. Dia juga melihat mejanya sudah rapi dan komputer sudah menyala. "Ehem ...." Nichole berdeham, membuat Arunika tersentak. Arunika menegakkan tubuhnya, buru-buru menjauh dari meja Nichole. "Selamat pagi, Pak," sapanya, sedikit membungkuk. "Pagi," jawab Nichole dingin seperti kemarin. Arunika menunduk saat Nichole melewatinya dan du
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Masih Anak-anak

Di ruang rapat, Nichole menyampaikan hal-hal penting terkait pekerjaan yang tak bisa dia ungkapkan di depan Hendry saat rapat tadi. Dia sudah bekerja untuk keluarga Raynar sejak ayah Raynar masih hidup. Dia berpihak pada Raynar karena dia melihat kemampuan dan ketekunan Raynar, sama seperti mendiang ayahnya."Aku akan pastikan berkas legal untuk pembangunan itu selesai secepatnya," kata Nichole, mengakhiri penjelasannya."Terima kasih," balas Raynar. Dia tak bersikap dingin pada Nichole yang memang setia padanya.Nichole hendak bangkit, tetapi dia kembali duduk dan menatap Raynar.Raynar menunggu dan memerhatikan Nichole. Pria itu seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya."Aku terkejut, kamu meminta HRD menempatkan anak baru itu menjadi asistenku," kata Nichole, akhirnya.Raynar tetap terlihat tenang."Bagaimana kinerjanya?" tanya Raynar menanggapi ucapan Nichole."Apa yang mau dinilai? Dia baru satu setengah hari bekerja di sini," jawab Nichole.Senyum tipis terukir di bibir Raynar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Sikap Manis

Arunika duduk di depan cermin, menyisir rambutnya perlahan. Pikirannya melayang pada Hendry dan Raynar. Arunika penasaran dengan hubungan antara paman dan keponakan itu. Namun, dia masih mencari waktu yang tepat untuk bertanya soal hubungan Raynar dengan pamannya itu.Dia melirik bayangan Raynar di cermin. Pria itu sedang duduk di sofa dengan pandangannya yang fokus pada tablet pintar di tangannya.Arunika masih menyisir rambutnya, tenggelam dalam lamunan. Tatapannya terpaku pada bayangan Raynar."Apa ada masalah di kantor?"Suara Raynar mengejutkan Arunika. Dia baru sadar, Raynar juga sedang menatapnya dari pantulan cermin.Apa pria itu menyadari kalau sejak tadi Arunika sedang mengamati Raynar? Wajah Arunika memanas. Dia salah tingkah, takut Raynar akan salah paham karena dirinya memandang pria itu secara diam-diam.Belum sempat dia menjawab, Raynar sudah berdiri dan berjalan menghampirinya. Jantung Arunika berdebar semakin kencang.Raynar menyentuh rambut Arunika yang masih setenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status