All Chapters of Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin: Chapter 11 - Chapter 20

92 Chapters

Bab 11 : Surprise!

"Selamat, Boy dan Cleo sudah cukup kuat untuk pulang."Suara lembut Dokter Samantha seharusnya membawa kebahagiaan, tetapi bagi Yasmin, kata-kata itu justru terasa menyesakkan.Dia menatap bayi kembar yang terlelap damai dalam inkubator. Mereka terlihat sehat, lebih berisi setelah sebulan ini menyusu darinya setiap hari. Namun, satu hal kini menghantam kesadarannya.Mereka akan pulang. Maka itu berarti … dia harus ikut.Dada Yasmin berdebar kencang. Dia menoleh ke arah Barra yang berdiri tepat di sampingnya, berharap pria itu memberinya pilihan terbaik. Namun, yang dia temukan hanyalah tatapan dingin dan perintah singkat.“Kamu ikut!”Ucapan itu menunjukkan bahwa Yasmin tidak memiliki ruang untuk menolak. Bahkan ketika Boy dan Cleo digendong oleh babysitter, Yasmin hanya bisa mengawasi dengan cermat, memastikan mereka nyaman.“Tugasmu hanya menyusui mereka, bukan merawat mereka!” tegas Barra lagi, lalu b
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 12 : Kejutan Tak Terduga

Cindy menunduk sambil menyeka air matanya, tetapi Yasmin bisa melihat ada senyum kemenangan tersungging di wajah wanita itu.Mungkinkah ini sebuah pertanda bahwa dia harus pergi? Pengakuan Cindy benar-benar memojokkannya.Saat Yasmin berjalan di belakang Barra, dan hendak masuk ke dalam ruangan, Cindy menatapnya intens dengan seringai halus, jemari panjang yang dihiasi kuku cantik melambai anggun.“Cepat, Yasmin!” perintah Barra, suaranya tajam.Yasmin buru-buru melangkah masuk, tetapi rasa dingin yang menjalar di tengkuknya tak kunjung hilang.Di dalam ruangan, Yasmin berdiri kaku di hadapan Barra. Jantungnya berdetak begitu kencang, mungkin saja pria itu bisa mendengarnya.Tatapan Barra kosong. Dingin. Tak terbaca.Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. "Nomor rekeningmu."Yasmin membelalak. Seolah-olah baru saja mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.“Maksud Bapak apa, ya?” tanyanya dengan hati-hati, bersiap dimarahi kapan saja.“Gaji untukmu,” ujar Barra datar, jemarinya saling
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Bab 13 : Dan Terjadi Lagi?

Suara ketukan sepatu di lantai marmer menggema, memecah keheningan yang menyesakkan. Yasmin tersentak, napasnya tertahan. Dia pikir itu Barra, tetapi … ternyata seorang pria lain yang berdiri di sana, muncul dari salah satu ruangan. Pria tampan itu bermata sipit dengan sikap tenang dan senyum ramah.Dengan nada sopan, dia berkata, "Yasmin, ayo saya antar ke kamar."Yasmin tetap diam, tubuhnya menegang. Dia tidak mengenal pria ini, tidak tahu apa maunya."Saya Bahtiar, asisten Pak Barra. Bapak minta saya antar kamu ke kamar," lanjut pria itu dengan suara datar.Yasmin masih bingung, tetapi tubuhnya bergerak mengikuti langkah Bahtiar seolah-olah sedang dikendalikan.Cindy, yang sejak tadi menyaksikan dengan mata melotot, tiba-tiba berteriak, "Hei! Dia itu udah diusir! Kenapa kalian masih meladeni?!"Tidak ada satu pun yang menjawab. Bahtiar tetap berjalan, mengabaikan Cindy seakan wanita itu tidak ada."Hei! Aku ngomong sama kalian!" Cindy makin histeris, "sialan si Yasmin, belum sehari
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 14 : Lebih Rendah Dari Pembantu

Sejenak Yasmin menahan napas dia masih terkejut pada kejadian barusan. Setelah kesadarannya kembali dia bergerak dengan cepat, meraih kaos usang dan celana panjangnya yang tergeletak di atas kasur. Tangan kurus itu gemetar saat menarik kain ke tubuh, dan telinganya tajam mengawasi langkah kaki yang menjauh. "Tuhan ... tolong lindungi aku di rumah ini," lirihnya sembari memejamkan mata sesaat. Dia menggigit bibirnya, menunduk, dan memeluk dirinya sendiri. Setelah yakin Barra benar-benar pergi, Yasmin menggendong dan mendekap erat Boy dan Cleo, lalu memindahkan ke dalam kereta bayi. Keduanya sudah tertidur pulas, napas kecil mereka teratur. Dia menempelkan pipinya ke dahi Boy, mencari sedikit kehangatan dari bayi tampan ini. Dengan langkah perlahan, Yasmin keluar dari kamarnya. Namun, baru saja menutup pintu, tubuhnya membeku. Ternyata Barra berdiri tegak tidak jauh dari sani. Mata cokelatnya menusuk tanpa ampun. Yasmin menunduk seketika. Dadanya berdenyut keras, seakan j
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 15 : Ibu Susu Baru

Malam ini, Yasmin berdiri di samping tempat tidur bayi. Manik hitamnya menatap Boy dan Cleo yang sudah terlelap setelah menyusu. Dia merasakan dadanya sesak. Ada rasa perih yang terus menggerogoti hati. Yasmin merutuk diri. Berkas persidangan milik Barra sudah hancur, dan ini kesalahan besar.Sayup-sayup Yasmin bisa mendengar suara percakapan, karena pintu kamar bayi tidak tertutup rapat. Yasmin mengintip, terlihat Barra berdiri bersama Bahtiar. Meskipun suara mereka pelan, tetapi itu cukup tajam menusuk telinganya."Cari pengganti dia. Aku tidak mau wanita itu ada di sini!""Tapi Pak, apa tidak sebaiknya berikan Yasmin kesempatan lagi? Boy dan Cleo mulai nyaman dengannya," sahut Bahtiar dengan hati-hati."Tidak perlu." Ucapan itu lolos dengan mudah dari mulut Barra.Hati Yasmin mencelos. Tenggorokannya tercekat. Perlahan, dengan pandangan getir dia menoleh ke arah bayi kembar yang masih pulas.Setelah beberapa saat, dia membelai lembut kepala Boy dan Cleo. "Kalian harus tumbuh se
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 16 : Yasmin Tidak Ada Di Kamar?

Pukul tiga pagi, Yasmin terbangun karena rengekan Cleo. Dalam redupnya lampu kamar, dia buru-buru meraih bayi itu sebelum tangisannya membangunkan Boy. Dengan cekatan, Yasmin menyusui Cleo, membiarkan bayi itu menyusu dengan tenang. Namun, pikirannya mulai melayang. ‘Kenapa tadi aku … ada di sofa ini? Padahal semalam aku tidur di ….’ Ucapan dalam hati itu tertahan karena Yasmin menunduk, menatap karpet. Yasmin mengerjap, mencoba mengingat-ingat. Tidak mungkin Barra yang melakukannya. Pria itu bahkan tidak peduli padanya. “Pasti Mbak Babysitter yang pindahi aku, itu lebih masuk akal. Nggak mungkin juga Mbok Inah,” gumamnya mengingat asisten rumah tangga di sini sudah sepuh. Rengekan kecil Cleo menyadarkan Yasmin dari lamunannya. Dia membenarkan perlekatan bayi cantik itu dan mengayun tubuh mungilnya perlahan. “Maafin Bunda, Sayang. Harusnya Bunda nggak bengong,” ucapnya. Kemudian Yasmin bersenandung pelan, tangan kurusnya membelai kepala Cleo dengan hati-hati, takut melukai tula
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

Bab 17 : Dingin Dingin Tapi ....

“Pak… tolong, lepas …," pinta Yasmin lirih. Suaranya kalah terdengar dari hentakkan sepatu Barra. Tubuh Yasmin terasa limbung. Pandangan wanita itu berbayang, seakan ada dua Barra di depannya. Cengkeraman pria itu di pergelangan tangannya sangat kuat, membuatnya kesulitan berdiri tegak. "Sshh," ringis Yasmin merasakan perutnya kembali nyeri. Akan tetapi, Barra tidak menghiraukannya. Pria bertubuh tinggi menjulang itu terus menarik Yasmin menuju ruang keluarga, langkahnya cepat dan sangat tegas. Baru setelah sampai, pria itu melepaskannya dengan kasar. Yasmin hampir terhuyung jatuh, jika tidak segera bertumpu pada sofa. Ekor mata Barra melirik sekilas dan bibirnya bergumam, "Lemah." Dia juga mengeluarkan telepon genggamnya, tampak menekan sesuatu, lalu menempelkan perangkat itu ke telinga. “Ke rumahku sekarang!” Hanya itu yang Yasmin dengar, lalu kepalanya terasa makin berat. Saat Yasmin membuka mata, seseorang tengah menyentuh pergelangan tangannya. Dia mencoba berke
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 18 : Perlakuan Keji

"Benar ‘kan Mam apa yang aku bilang? Perempuan ini cuma manfaatin keadaan doang. Dasar penggoda murahan!" Cindy menyindir, tatapannya pada Yasmin berkilat penuh kebencian. "Asal Mami tahu, dia bahkan tinggal di sini berlagak jadi nyonya rumah!"Seketika mata wanita paruh baya itu melotot. Napasnya terdengar menderu, dan rahangnya berkedut dengan tangan terkepal.Airin, Ibu Cindy sekaligus mertua dari Barra mendengkus.l, "Aku heran bagaimana perempuan sepertimu bisa bertahan di rumah ini. Jangan-jangan karena ulahmu, Berliana stres dan meninggal? Oh putriku yang malang ….""Itu tidak benar, Bu!" Yasmin buru-buru menyangkal, tetapi Airin tidak peduli, hanya berdecih sinis. Wanita paruh baya itu langsung meraih Boy dari gendongan Yasmin, menyerahkannya kepada Cindy."Sebagai Ibu kandung Berliana, aku tidak ridho kamu jadi ibu sambung cucu-cucuku," Airin menatap Yasmin dengan penghinaan dan kebencian. "Jangan kira karena Berliana sudah meninggal, kamu seenaknya merampas tempat anakku!"“I
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 19 : Yasmin Terkejut Dengan Sikap Barra

Suara hentakan boots menggema di ruang tamu. Aura pria itu begitu kuat. Rasa dingin seketika menyeruak memenuhi ruangan. Tidak ada kata terucap, tetapi sorot matanya yang gelap sudah membuat udara menipis.Yasmin menegang. Tubuhnya masih kaku layaknya terdakwa yang menjalani persidangan. Dia tahu siapa yang datang, bahkan sebelum menoleh.‘Pak Barra,’ lirihnya dalam hati.Yasmin menahan napas saat pria itu berhenti di depannya. Mereka hanya berjarak beberapa langkah.Barra tidak langsung bicara. Mata cokelatnya menyapu wajah Yasmin yang memerah, lalu turun ke tangan gemetar wanita itu yang masih erat memeluk Cleo.Tanpa menunggu izin, Barra meraih Cleo dari dekapan ibu susunya.Yasmin mencoba mempertahankan, tetapi jemarinya melemah di bawah tekanan, dan dalam sekejap, pelukannya kosong.“Cleo—”"Yasmin. Cleo anakku,” sela Barra.Jantung Yasmin mencelos. Itu menegaskan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Dia menatap Barra dengan getir.“Tolong jangan pisahkan saya dari Cleo dan Boy, Pa
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 20 : Barra Perhatian?

Barra menghela napas panjang. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, membuat buku jemarinya memutih, dan urat-urat di lehernya mengencang."Pintu rumah ini selalu terbuka, silakan Mami berkunjung kapan saja,” ucapnya, dengan suara tegas dan ekspresi wajah datar. “Tapi bukan untuk menetap," sambungnya.Airin menunduk dan tangan berhias cincin berlian itu meremas ujung bajunya. Mata wanita paruh baya itu mulai berkaca-kaca, lalu sejurus kemudian, bulir air mata jatuh."Mami hanya ... masih terpukul karena kehilangan Berliana, Bar.” Airin geleng-geleng, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Cindy. “Satu-satunya yang bisa menenangkan hati Mami, ya, Cleo. Dia mirip dengan Berliana." Suaranya bergetar, penuh permohonan.Ada sesuatu dalam ucapan wanita itu yang menjadikan Barra meragu, dia menatap Ibu Mertuanya lebih intens. Lalu, dengan suara rendah dan berat, dia berkata, "Baiklah. Tapi dengan satu syarat, jaga sikap Mami, terutama dengan Cindy.”Airin mengangguk cepat, seolah takut kesempa
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status